Jumat, 03 November 2017

Kau tau, Natal sebentar lagi

Ini hari terakhir di bulan Oktober berarti besok sudah November, semacam menemukan semangat tersendiri dalam diri kenapa karena tau Natal sebentar lagi akan datang.
Entah mengapa bulan Desember selalu akan memberikan arti sendiri, manis.
Semacam bulan yang menjadi perenungan semua orang, sudah buat apa saja dia selama setahun ini.

Pagi ini dimulai dengan sangat biasa. Saya bangun pagi dan ke kamar mandi, bersih-bersih lalu menunggu grab bike didepan. Hari ini saya terlambat memberikan selamat pagi kepada papa, aldi dan grandy karena perut saya lapar. Grandy tiba-tiba mengirimkan chat Ini hari terakhir di bulan Oktober, besok sudah bulan November dan berarti Natal sebentar lagi. Dan disaat seperti itu baru saya menyadari tahun ini akan several berakhir.
Sudah beberapa hari ini timeline medsos saya penuh dengan lagu natal, semacam mendekatkan diri ke rumah.
Semua anak perantauan pasti sangat mengerti bagian ini, mencari tiket jauh-jauh hari, dan natal itu adalah moment terbaik sepanjang tahun untuk pulang.

Besok saya ujian dan rasanya saya sudah terlalu tertekan dengan rutinitas mematikan ini. Jadi saya memilih untuk berada disini, setelah saya melewati beberapa lembar kertas kertas kuning usang yang berisi tulisan dan gambar tulang tulang.

Saya punya semacam obat penenang, tatkala saya rindu rumah, rindu mama disana, rindu papa dan aldi dan semuanya atau saat saya sedang banyak pikiran, selain saya menyingkirkan diri ke kedai kopi, saya sering mendengar lagu natal yang durasinya satu sampai tiga jam. Percaya atau tidak, lagu natal selalu memberikan semangat tersendiri, energi saya semacam tercharge kembali dan ya menenangkan sekali lagi.



Satu dari lagu playlist lagu itu ada lagu Swing and Jingle by Leonardo. Dan yah, kaki kecil saya berjingkrak kesana kemari, dan saya membawa diri saya masuk kedalam arena dansa. Terkadang saat kau begitu pennt dengan rutinitas dan terkadang kamu ingin lari dari kesibukan, buatlah dirimu seperti ada di sebuah arena dansa. Kali ini saya memilih memakai gaun backless sematakaki lalu menari dengan lincah kesana dan kamari mengikuti irama. Saya berada dibawa sorotan lampu warna warni, sendirian menggoyangkan badan dan tak peduli dengan orang lain.
Mereka mungkin mencibir saya gila, mereka yang berada disekitar saya mungkin beranggapan saya terlalu memonopoli lantai dansa sehingga mereka pun tak bisa ikut bergabung. Oh come on, mari menari. Bahkan saya pun lupa ini lagu natal. Tapi bukankah Natal itu buat siapa saja?
Natal untuk saya. Untuk mereka. Untuk siapa saja yang tidak percaya natal itu ada. Terserah saja, yang penting saya tidak pernah bisa berhenti menggerakan badan saya kesana dan kemari, saya tidak bisa berhenti menghentakan kaki, saya tidak bisa menghentikan kepala saya keatas dan kebawah.
Semangat di lagu ini membuat saya meloncat-loncat dilatas negara dan agama, dan bersenang-senanglah. Tidak ada kesenangan dalam agama, jadi saya memilih untuk bersenang-senang dan bardansa saja. Ada kegembiraan yang begitu panjang dalam lagu ini.
Semacam mengecharge energi secara cuma-cuma.

Selamat menikmati suasana menjelang natal, merindukan semua hal yang dilakukan dirumah. Mulai dari berbelanja bahan-bahan untuk membuat kue natal, menyicil belanjaan untuk makan-makan, mengecat rumah, bersih-bersih, berburu aksesoris natal, merangkai pohon natal dan menjadi design interior dadakan, mencari baju baru, menikmati sore dengan coca cola dan kue natsar dan ditemani dengan lagu natal adalah bagian favorite saya.
December akan menjelang, satu-satunya waktu yang saya berharap agar ia bergulir dengan sangat lamban.

Kamis, 26 Oktober 2017

Kata Joko Pinurbo .....

Titik nol kilometer, Jogjakarta



Kota sejuta kenangan. Maka jika kamu ke Jogja bersiaplah untuk di hujani kenangan. Begitu kata orang-orang yang sering ke Jogja dan menaruh hati kepadanya.

Jogja.
Adalah satu kata yang membekas di sanubari, yang memberikan getaran berdenyut di dada ketika mendengarnya.
Jogja memang hanya sebuah kota, tapi bagi sebagian orang Jogja adalah sebuah tempat yang magis, dimana sebuah kehidupan dimulai penuh drama, romantika dan cinta.
Jogja tidak bisa hanya disebut sebagai sebuah kata benda saja. Ia bukanlah sebuah objek semata tapi juga sebuah subjek. Jogja adalah pencipta dan pemungul kenangan yang tersisa.
Maka saat pergi tempo hari, saya menulis di caption instagram saya begini
"Kalau kamu punya masalah dengan rindu jangan pernah ke Jogja. Buktinya saya!"

Kata Joko Pinurbo, Jogja itu tercipta dari Rindu, Pulang dan Angkringan.
Mungkin benar.

Frasa rindu, adalah sebuah makna yang mengantarmu secara sengaja pada masa lalumu yang penuh dengan berbagai cerita. Bisa saja bahagia yang kau ukir atau mungkin cerita sendu mendayu yang ingin kau buka hari ini.
Siapapun yang pernah ke Jogja pasti akan sepaham dengan saya, ada banyak rasa yang tercipta saat di Jogja entah mantra apa yang dia pakai, dan rindu adalah perasaan semacam nyeri yang menusuk dan sakit namun tak berdarah saat kamu hendak pergi dari sini. Entah dia yang hanya datang berlibur, numpang tinggal karena kebetulan merantau disini atau lahir dan besar di Jogja.
Jogja memang istimewa.
Senyuman ramah tamah orang Jogja yang dengan percuma ia beri, berani jamin saya seminggu kamu disini saja kamu akan jatuh cinta pada mereka. Keramahtamahan ini yang susah saya dapatkan di Jakarta, dan percaya saja keramahtamahan ini tidak hilang sama sekali walaupun beberapa orang mencoba merubah Jogja menjadi semi metropolitan.
Setiap tempat di Jogja punya kenangan. Iya. Riuhnya Sekaten setiap tahunnya, naik bianglala, kora-kora, tong setan dengan 5000 rupiah saja kamu bisa merasakan sensasi naik tornado di Dufan. Hiruk pikuk Babarsari dan Seturan, padatnya Ringroad dan Jakal, kenikmatan makan angkringan di sepanjang jalanan Malioboro dan Mangkubumi punya sensasi tersendiri.
Lama-lama Jogja itu seperti mantan, susah sekali dilupakan.

Pulang. Lagi-lagi banyak orang akan mengklaim Jogja adalah tempat untuk pulang meskipun KTP tidak mengamininya. Boleh kamu dari Jakarta, Bandung, Ambon, Papua, NTT, Timor Leste dari mana saja, tapi seperti punya caranya sendiri Jogja selalu buat betah dan enggan untuk pergi. Lantas banyak orang menyebutnya tempat pulang. Pantas saja kota ini dijuluki kota ramah dan berhati nyaman, dengan harga kos-kosan atau kontrakan bagi kami yang tinggal di Jakarta itu uang makan kami 2 minggu tapi di Jogja kamu bisa membayar kosan untuk dua bulan adalah satu dari sekian banyak hal yang membuat Jogja sangat nyaman, teman-temanmu yang selalu akan membantmu dan punya rasa saling memiliki bahkan tak segan mungkin dosen akan menganggampmu adalah anaknya, begitu kata mereka yang di Jogja.
Dan sekali lagi saya pernah menulis ini "Dan di Jogjalah saya memilih untuk kembali (lagi)"

Angkringan, Sebuah tempat yang mengajarkanmu filosofi hidup, bahwa kesederhanaan menciptakan selaksa kebahagiaan, materi dan duniawi bukanlah tujuan.
Ada cinta disetiap bungkus nasi kucing angkringan. Ada kerinduan di setiap kopi hitam pekatnya yang selalu membuat semua orang betah lama-lama berlesehan. Ada rasa manis disetiap gudegnya. Terkadang mencari kunang-kunang sampai ke Kaliurang ditemani pisang goreng dan segelas kopi bersama teman.
Angkringan menyadarkanmu bahwa tidak ada jurang kesenjangan diantara manusia.

Mungkin kamu seperti saya. Di Jogja selalu dilewati dengan hari-hari yang berwarna. Akhir pekan akan selalu terasa berjalan sangat lambat disini. Jumat malam minum kopi koling di alun-alun selatan, sabtu sore nikmatin sunset di Paragendong Parangtritis ditemani kopi lihat orang pacaran, sabtu malam makan ayam bakar minum bir di Bukit Bintang, minggu subuh tukar oksigen dengan udara segar di kebun buah Magunan, ke gereja di Gejayan.
Saat di Jogja semuaya seperti beritme pelan, tidak tergesa-gesa seperti di Ibukota.



Kopi Koling, Alun-Alun Selatan


Punthuk Setumbu


Paragendong, Parangtritis, Bantul


Hutan Pinus Pengger, Patuk, Gunung Kidul


JOGJAKARATA

Dan saya menulis ini saat saya sedang mendengarkan lagu natal. Dikala banyak chat menanyakan kapan kamu pulang ke Ambon? kamu tidak merindukan kami? sehebat inikah mantra yang kamu punya untuk menyihir kami Jogja? Hm.

Selasa, 17 Oktober 2017

Perlukah Alasan itu?

Sampai hari ini saya tidak menemukan alasan kenapa saya harus mencintainya. Apakah cinta itu butuh alasan? Bagi sebagian orang mungkin jawabannya adalah iya. Bagi orang seperti saya, saya biarkan semua mengalir dan mengalir sampai jauh dan bermuara pada hati.

Sampai detik ini saya tidak punya jawaban yang tepat jika ditanya, kenapa saya jatuh cinta kepadanya. Orang yang menemanimu dan sering kau panggil dia sayang dan sering kau tulis dalam buku kecilmu yang selalu kau bawa kemana-mana.

Semua terjadi begitu saja.
Benar adanya, alam akan berkonspirasi mempertemukan banyak hati, dan disinilah peran cupid sangat dibutuhkan.

Seseorang yang tidak pernah diduga-duga, yang sering kau doakan dalam saat teduhmu "Tuhan saya mau yang nanti mendampingi saya, begini begini begini". Tuhan mendengar dan Ia menjawab, Ia akan dekatkan kepadamu seseorang yang kau sebutkan maumu kepadaNya.

Sampai suatu waktu kami berbicara di tengah malam, membicarakan sesuatu yang tidak penting. Membahas foto profil BBM.
Dan berlanjut menjadi banyak obrolan-obrolan malam yang dirindukan.

Kami berbeda. Jelas berbeda. Selera kami pun tak sama.
Jika itu bacaan dia lebih menyukai sesuatu yang berat dan membuat otak harus berpikir, sedangkan saya si pengingat akan selalu berada di deretan buku sejarah dan mungkin sering berada di daerah fiksi.
Jika itu makanan, dia lebih suka mencoba semua makanan, sedangkan saya senang dengan yang itu saja sampai saya bosan baru di ganti. Di setiap makanan dia harus ada tiga sendok sambal merah dan banyak sekali merica sedangkan saya sangat mencintai kecap manis.
Selera musik kami pun berbeda, dia senang lagu yang membuat kepala dan badan dengan otomatis ikut bergerak mengikuti iramanya, saya lebih menyukai lagu yang melow dengan beat yang pelan, yang menurutnya itu lagu-lagu orang depresi.
Dia si introvert sementara saya si extrovert. Dia sangat taktis dan strategis sedangkan saya sangat acak kadul, ceroboh dan senang melompat kesana dan kemari.
Dia akan lebih memilih diam jika bertemu dengan orang baru dan berbicara seadanya dan seperlunya sedangkan saya senang bertemu dengan siapa saja dan semacam mendapat mainan baru saya tidak bisa diam.

Pernah sesekali ia berpikir, kenapa perempuan ini masih mau bertahan dengan saya?
Pernah juga saya berpikir, berapa banyak maaf yang dia punya untuk saya?
Dan semacam alarm pengingat, kami akan jatuh cinta berulang kali kepada orang yang sama dengan rasa yang sama seperti yang pertama.

Sampai suatu hari saya membuka explore instagram dan menemukan postingan seseorang.
Katanya begini "saya tau kenapa kamu jatuh cinta kepadanya, karena dia merawatmu."
Terkadang seorang kekasih akan menjadi seperti ibu yang mendidikmu dan merawatmu dengan penuh sayang. Mungkin kadang seperti itu seorang kekasih.
Karena sampai saat ini pun saya belum menemukan alasan kenapa saya jatuh cinta kepadanya.

Minggu, 15 Oktober 2017

HELLO VIRGO BOY!

Hallo,
Aku menulis ini disaat ulang tahunmu sudah lewat sebulan dan 3 hari. Tapi yah lebih baik terlambat tapi tidak sama sekali.

Ini ulang tahun kelima anda bersama dengan saya. Sesuatu yang mengejutkan tapi biasa saja sebenarnya. Ulang tahun akan datang setiap tahun jika Tuhan menghendakinya, katamu begitu.

Tapi kali ini biarkan aku bercerita sedikit.

Mengenalmu karena sebuah kebetulan. Kebetulan karena kita satu kampus dan satu fakultas. Di pertemukan oleh semesta karena kita sama-sama sendiri di tempat orang lain. Menjadi teman karena bahasa kita sama. Sekelas dari semester 2 dan sampai semester 7 selalu jadi teman duduk di kelas. Entah mimpi atau tidak, biarkan saya memberikan pengakuan jujur saya, saya jatuh cinta kepada isi kepalamu yang begitu jenius. That's why I called you my walking google. Kamu tau semuanya.
Kamu yang introvert membuatmu senang di kamar dan membaca banyak buku yang bakhan bagiku terlalu berat untuk dibaca, saat ke mall pun aku tak pernah susah mencarimu, aku akan menemukanmu di gramedia. Orang mungkin berpikir orang introvert sepertimu adalah aneh, tapi tidak bagiku. Kamu si pemikir yang hebat dan senang beranalisa dan harus ku akui analisamu selalu tepat dan jarang meleset.

Kamu tau apa bahagianya mempunyai pacar yang introvert? Dia selalu akan ada untukmu, dan kesetiannya teruji. Lucky me? Yes!

Orang yang tidak paham akan menilai kamu adalah aneh, tapi sesungguhnya mereka yang tidak tau apa yang sebenarnya ada pada dirimu.
Tapi satu yang aku kagum adalah, kamu tidak seperti yang lain yang senang menjelaskan kepada dunia siapa dirimu, dunia akan tau sendiri siapa dirimu dengan semua prestasimu yang kamu raih. Semua teman seangkatanmu pun mengakui itu, dan harus ku akui kamu terlalu pintar.
Benar yang mereka bilang kalau ada orang yang bisa dengan tidur di kelas, main terus tapi selalu lulus, kamu contohnya.

Kamu yang ambisius dan keras kepala. Aku melihat diriku di dalammu. Aku bercermin kepadamu.

Sudah hampir lima tahun ternyata kita bersama. Terima kasih karena sudah memahamiku selama ini, mengerti bagaimana memposisikan diri disetiap saat, mengerti bagaimana caranya menjadi lelaki yang sebenarnya.
Senang sekali menjadi bagian terpenting dalam hidupmu.

Kamu yang dengan segala acuhmu, membuatku menjadi begini.
Hidup itu realistic saja. Jangan terlalu berdrama! hidup itu yang benar saja, jangan suka memutar balikkan fakta.

Dari sekian banyak yang singgah, mereka lebih daripadamu ku harus mengakuinya, tapi bersamamu ada keyakinan dalam hati kecilku untuk mengatur masa depanku bersamamu, inginku begitu dan semoga Tuhan dan semesta mengabulkannya.

Kerendahan hatimu dan sikap jujurmu membuatku bangga berjalan disampingmu, lelaki yang pelit berbicara.

Terima kasih karena mau berubah banyak untukku, aku juga sedang belajar menjadi matang.
Teruslah engkau mendewasa! kejarlah terus mimpimu, kelak ku akan dengan bangga melihatmu bekerja di ruang operasi menjadi operator disana. Dengan tanganmu yang lihai dan matamu yang teliti ku percaya hatimu pasti gusar tapi kamu tenang dan aku yang berada diruang operasi itu, selalu menangaggumimu dan dijalan pulang kita menuju rumah, ku akan terus bercerita tentang hariku yang tak pernah bosan melihatmu dan bersamamu di ruang operasi.

Terima kasih karena mau memahamiku dengan segala keras kepalaku dan sifat moodyku.
Kamu terhebat karena kamu begitu sabar dan selalu membuatku jengkel agar aku marah dan kamu tertawa.

Sukses untukmu, my surgeon to be!
Aku akan terus menyayangimu.
Teruslah berdoa bersama agar Tuhan mengaminkan semua ingin kita.


Dan yah pada akhirnya,
I am here for you, always here for you
When you need a shoulder to cry on
Someone to rely on, I am here for you.











Jumat, 01 September 2017

JogjaJakarta

Ingin kurengkuh jarak ke memoar paling sarau
Ke rerumpan lara yang tak mampu di tawan mata
Ke rerimbun tanya yang seringai diantara derai
Lalu diantara rindu kita gamang, "maukah kau memaafkan jarak yang tak mampu kulipat?" 

Aku ingin berlayar di langit ingatan
Menata kembali rasi-rasi bintang yang berserakan
Yang lama redup diantara kabut tebal
Diantara puisi yang mengering sebelum senja,
Ada awan hitam yang menyembunyikan namamu di belantara hujan.

"Seperti apakah rasanya menari dalam hujan dan dingin malam?"
Tetiba, kurasakan gigil hujan itu merayapi wajah musim
Ah, aku ingin menjadi seperti rumput-rumput teki yang kilau karena rinai
Atau seperti sekumpulan tanaman perdu yang merdu menjenguk rindu
Menyapa resah yang kian lekat ditubuh waktu, yang menyelimuti ayalmu.

Ingin kukirimkan harum-harum hujan itu ke kotamu
Agar tak ada lagi rahasia yang meruang di jendela
Agar tak ada lagi yang mengembun di pelupuk mata,
Maka biarlah! Labuhlah bertumpuk-tumpuk resah,
Pada penantian paling tabah. 



Menulis ini untuk kakak yang dulu bergumul dengan jarak.

Kamis, 31 Agustus 2017

Jogja(karta)


Jogjakartaku manis diwaktu malam. Waktu dengan random memesan tiket dan memutuskan langkah kaki berhenti di keberangkatan pukul 18.15 yang membawaku duduk diam disini. 



Perjalananku kali ini adalah memungut sisa-sisa hening yang ku tinggal disepanjang jalananmu
Perjalanan sunyi istimewa di kota penuh fenomena, kataku selalu
Malam ini kamu manis, tidak seperti manis biasanya. Kamu sangat manis malam ini. Aku melihat segumpal rindu dan cinta yang mengembang saat mataku menangkap alun-alun selatan dari ketinggian ini.

Biarkan kaki meninggalkan jejak di antara belantara, menautkan sendiri kepingan manis dan pahit

Benar, rinduku sekaram malam yang enggan berlari jauh. Betah berdiskusi dengan angin dan dingin sejarah tua. Sebuah kota dari perjalanan panjang negeri ini
Benar, rinduku memantik sendiri dikeramaian yang riuh

Engkaukah itu, kota yang memanggilku berpaling sejenak dari hiruk pikuk dunia
Kota yang berhasil memikatku dengan banyak seniman jalanan
Yang membuatku bebas berekspresi

Engkaukah itu, kota yang memanggil naluriku menjerengkan kata-kata
Kota yang berhasil memukauku dengan sederat bangunan dan jajanan
Kota yang selalu membuat aku terharu ketika aku harus pergi

Jogjaku yang manis, terbuat dari apakah engkau sampai-sampai banyak hati yang kau buat menjadi enggan untuk pergi dari sana. Kau membuat hatiku itu nyaman, lantas mereka memberimu nama Kota berhati nyaman. 

Namamu adalah jalan-jalan penuh senyum, penarik becak dalam peluh siangnya.
Lalu delman, sepeda, motor, mobil, bis juga taksi berbaur di jalan sempitmu
mereka merayakan kebersamaan bersaamamu
seperti makan berama disekitar tumpengmu atau berebut kue apem di keratonmu

Jogja, benar engkau
Ketika rasa haus dan penasaranku tunas disini
Jogja, benar engkau
Ketika hatiku semakin terpatri menyandingkan kata-kata di malam sunyi
Jogja, benar engkau
Istimewa di hati dan sanubari
Jogja, benar engkau
Ketika banyak sekali hati menjadi berbunga dan patah disini
Jogja, benar engkau
Yang menjadi saksi bisu mimpi-mimpi lelah berlari yang diistirahatkan malam 

Jogjaku manis
Dialah metropolitan yang menawarkan hasrat menenangkan, dengan angklung dan beberapa baris nada di lampu merah, pedagang-pedagang Malioboro yang tersenyum ramah tamah, bunga layu di pasar kembang, kunang-kunang di padang ilalang, tikar dan jagung bakar yang mengitari beringin kembar, serta embun-embun yang bercinta dengan pucuk daun di pinggir jalan. 

Jogja, kota yang tak pernah lupa cara untuk membuatku mencintaimu.

Jogja
Mozaik yang menilas, membungkus puisi hati juga mimpi. 

Lalu semua orang yang pernah singgah disini, sering membuat kesepakatan "sampai aku pergi dari sini berarti aku menanamkan rinduku pada Jogja"

Bukankah Jogjakarta memang begitu? Ia adalah rindu, ia adalah benci. Diam-diam kita jatuh cinta kepadanya.



Menulis ini saat pesawat yang saya tumpangi sudah berada di atas kota berhati nyaman ini, dan menyelesaikannya saat hati sedang merindukan Jogjakarta saat badan sudah berada di Jakarta. 




Kamis, 24 Agustus 2017

Hallo, Dyna!


Untuk, Dyna. Semoga terus menggebu.

Selamat sore, aku menulis ini saat perjalanan dengan kereta dari Bogor ke Jakarta. Aku menulis ini sembari membalas chatmu dan membuka semua social mediamu, kemudian berujung menulis ini untukmu.

Hari ini kereta datang terlambat 15 menit. Tidak seperti biasanya. Lelah badan ini karena harus bangun saat matahari saja belum bersiap untuk bekerja hari ini, dan pulang saat matahari hampir kembali. Untung saja mendapat tempat duduk, jadinya bisa menulis ini. 

Senyumku terus berkembang dan rasanya tidak pernah mau berhenti. 

Ketika aku menulis ini, aku memikirkan kata-kata yang menggambarkan dirimu; penyayang, tangguh. Aku ingat dulu mama semasa hidupnya sering ke rumahmu dan pulang dengan cerita tentang mama, papa dan keluargamu. Aku menerka siapa kamu. Sampai aku memutuskan menemaninya ke rumahmu dalam sebuah acara, lama aku duduk disitu, tapi aku tak juga menemukan adanya tanda kau ada disitu. Baiklah mungkin aku belum berjodoh. 

Sampai suatu hari saat mama pergi untuk selamanya, mamamu, mama Omy, begitu panggilanku untuknya memegang tanganku dan meyakinkan kalau hari besok akan jauh lebih cerah, tangisi saja hari ini tapi hadapi hari esoknya. Ia berkata dengan nada pelan ke telingaku "ada mama Omy disini ade". Ketahuilah aku pun belajar kuat darinya. Entah seperti sudah dituliskan takdir, mama selalu menceritakan kepadaku semua wanita perkasa yang ia temui, salah satunya ibumu. Mama Omy.

Dengan random sebelum hari aku yudisium sarjana, kamu mengirimkan pesan lewat Instagram. Memperkenalkan dirimu dengan manis. Pikirku hari itu, oh mungkin dia masih ada hubungan saudara karena marga kami sama. Saimima.

Dyna, mahasiswa fakultas hukum angkatan 2015 di Universitas Pattimura. Begitu ia memperkenalkan dirinya. Hari itu dia berkata begini "katong saimima ni dapa karunia par bicara banya, makanya dong bilang lancang. Tapi katong lancang tau atorang, tau tampa, ada isinya juga. Katong saimima ni kalo seng di hukum ya di kedokteran. Karena itu katong pung karunia". (kita marga saimima di kasih karunia untuk berbicara, makanya kebanyakan orang menganggap kita lancang. Tapi kita lancang tau aturannya, tau tempatnya dan berisi. Kita saimima kalau ga sekolahnya di hukum ya di kedokteran. Karena itu karunia kita).
Aku masih berpikir dan mengingat kembali, mengecek. Ternyata ia benar. Semuanya kami hampir senang berbicara di depan umum, papa dan saudara-saudaranya misalnya senang sekali untuk berpidato dan mengungkapkan pendapat untuk membangun kota. 
Belakangan aku membuka foto-foto lamanya, baru aku mengetahui dia adalah adik perempuan saya. 

Dyna, si perempuan yang tidak pernah bisa diam. Begitu saya menggambarkannya. Dia selalu menghidupi mimpinya, salah satunya membuat sesuatu untuk Maluku. Dyna, adalah duta anti narkoba 2016, duta muda New zealand - Indonesia 2016, Alpha Zatizen of the year 2016, Duta Muda pancasila 2017. Sesuatu yang membuat saya iri sekaligus bangga. Saya terlalu tidak punya nyali sepertimu. Saya hanya lebih senang bekerja di balik layar, menuangkan pikiran saya lewat kata-kata, tidak seperti dia. Saya tau saya salah. Dia yang membuat saya belajar. 

Dyna, kamu adalah perempuan pemimpi pemilik hati besar bak samudera. Kamu penyayang terbaik. Pertemuan kita rasanya terlambat. Kita terpisah 2.717 km jauhnya. Dengan tingkat kesibukan masing-masing. Mengejar mimpi masing-masing, tapi kita punya satu visi yang sama, membangun Maluku lebih baik. 

Dyna, pemurah hati. Ia pergi dari sekolah ke sekolah untuk menyuarakan bahaya narkoba. Saya melihatnya dari instastorynya, dia sangat lihai. Ia bergerak kesana kemari, dan di dalam suara melengkingnya saya menangkap ada harapan besarnya untuk Maluku. Dia sangat murat hati, termasuk menanyakan waktu liburku biar aku pulang dan membantunya menyuarakan niat baiknya. Terima kasih sayang. 

Dyna Dritany Thelma Saimima. 
Kamu tidak sendiri, kamu punya keluarga yang besar. Ada aku di dalamnya. Terima kasih karena kamu begitu manis kepadaku. 
Kamu adik yang manis dengan mimpi yang besar. 
Teruslah menginspirasi banyak orang dan banyak anak muda disana. Kamu adalah mahakarya Tuhan yang terlalu indah. 
Terima kasih untuk selalu menyebutku dalam doamu. 

Dyna, sebentar lagi keretaku akan berhenti. 
Sebelum aku selesai menulis ini, aku mau titip pesan: hidupi terus mimpi, buatlah semua orang terinspirasi karena keberanianmu dan isi kepalamu, titip salam sayangku untuk mama omy. Sampaikan kepadanya, ku berterima kasih karena ia melahirkanmu ke dunia ini dan menjadikanmu seperti sekarang. Teruslah melayani, Tuhan Yesus bangga punya anak sepertimu. 

Aku akan pulang untuk menghidupi mimpiku yang tertunda dulu denganmu. 

Lekas kita bertemu!

Salam sayang,

zilia

Selasa, 22 Agustus 2017

Mencintai dengan Merdeka





Saya sempat googling tadi di Mc-D Jalan Panjang, apa sih arti merdeka.
Dari kamus besar bahasa indonesia, saya menemukan arti dari kata merdeka itu sendiri.  Merdeka adalah bebas ( dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya ), berdiri sendiri. Tidak terkena atau lepas dari tuntutan. Tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu, leluasa.

Lalu apa itu arti Memerdekakan.
Dari sumber yang sama, Memerdekakan adalah menjadikan merdeka, membebaskan diri, melepaskan diri dari penjajahan dan sebagainya, memberikan kebebasan.

Ini masih bulan agustus dan masih terasa euforia semangat kemerdekan bagi kami yang tinggal di Indonesia. Di beberapa tempat masih ada ornament-ornament kemerdekaan, entah itu bendera, banner, manequin yang di dandani baju merah dan putih, bahkan sampai diskon di beberapa tempat makan dan tempat perbelanjaan dalam rangka hari raya kemerdekaan Indonesia.

Ada sesuatu yang menggelitik hati saya untuk saya mencorat-coret buku kecil saya yang sering saya bawa kemanapun saya pergi. Disana saya menulis satu kalimat MENCINTAI DENGAN MERDEKA. Entah apa yang membuat saya ingin menulis itu hanya saja saya rasa ini perlu.

Saya bukanlah orang yang banyak sekali mengalami jatuh dan diterbangkan lagi oleh cinta, saya bukan orang yang memiliki banyak mantan sampai bisa masuk ke dalam orang dengan koleksi mantan terbanyak. Seumur saya hidup saya hanya baru menjalin hubungan special tidak lebih dari 10 jari kalian haha. Saya termasuk orang yang cepat melupakan yang sudah-sudah. Sebenarnya bukan melupakan hanya saja segera memasukannya kedalam kotak kenangan. Saya lebih senang mentap hari esok, daripada menangisi hari ini. Mungkin diantara kalian akan berkata begini, halah kamu pasti  cama ngomong gitu biar orang tau kamu kuat, pencitraan, bla bla bla.

Begini saya luruskan. Hari ini adalah untuk hari ini, besok punya ceritanya sendiri lagi, kamu tidak akan bisa menjalani hari esok dengan enak saat kamu masih teringat hari ini dan hari yang sudah lalu. Benar?

Banyak anak muda di zaman sekarang yang membuat dirinya sendiri yang terbelenggu dalam kenangan masa lalu, dengan alibi mereka "gue orangnya susah move on", "kenapa dia masih terus terbayang-bayang sih?", "dia yang terbaiklah pokoknya!".

Berhentilah berpikir kalau hanya dia manusia terbaik di dunia ini. Manusia terus bereproduksi, Tuhan pun tak pelit memberi keturunan, dan dunia ini terlalu luas untuk kau tangisi satu orang ini. Berdirilah dan mencari, kau akan temukan jika kau mencari. Berhentilah mengasihani dirimu sendiri karena orang yang membuatmu seperti ini tidak akan mengasihanimu, bahkan waktupun takan kasihan denganmu, ia terus bergulir dan terus bergulir sampai-sampai kau lupa, sebentar lagi sudah Natal dan ini natal kesekian kamu masih memikirkannya.

Saya sempat menulis di akun facebook saya, "kenapa facebook mempunyai suatu fitur yang mereka beri nama on this day? oh mungkin facebook ingin mengingatkan setiap penggunanya tentang kenangan. Kenangan itu indah. Jangan marah kepadanya, berterima kasilah kepadanya. Sesekali bolehlah kau tengok dia". Saya sangat sering membuka fitur itu bahkan setiap hari. Saya hanya ingin mengenang semua hal indah yang pernah saya lewati dihari itu, yang sengaja saya bagi disana. Saya punya buku kecil yang selalu saya coret coret tidak jelas, hanya untuk menuangkan isi kepala saya disana, di akhir saya menulis saya memberi tanggal dan menulis di tempat mana saya menulisnya. Handphone saya penuh dengan notes-notes, foto, video sesekali saya buka, hanya untuk mengenang semua yang manis yang tidak mungkin untuk diulang lagi.

Kamu akan merindukan semua hal yang sudah lewat, tapi tidak untuk membuat dirimu menjadi tahanan kenangan itu.

Untuk setiap hati yang masih terikat dengan kenangan, lepaskanlah dirimu. Buatlah harimu indah karena hidupmu hanya sekali, bukan?
Berhentilah kalian mencari tau semua hal tentang dia, karena semua itu percuma, ia takan kembali kepadamu kecuali kamu dan dia memang sudah ditakdirkan, tapi apa iya kamu tau takdirmu sendiri?

Belajarlah sekarang untuk mencintai dirimu sendiri, karena jika bukan kamu yang mencintai dirimu sendiri lalu siapa lagi? dunia tidak akan mencintaimu dengan tulus seperti dirimu sendiri mencintainya dan juga Tuhanmu mencintaimu.

Hidupi mimpimu! mungkin mimpimu terlalu tinggi, tidak mengapa, mimpi itu akan selalu menjadi angan-angan di siang bolong. Berusaha! itu kuncinya. Setidaknya kamu berjalan maju kedepan. Semua orang di dunia ini sukses karena mimpi.
Keluar dari zona nyamanmu! kau akan melihat banyak hal indaag yang tidak kamu temui di situ.



Senin, 21 Agustus 2017

Tentang (menjadi) Perempuan

Saya senang bepergian sendiri. Duduk di coffe shop misalnya, dengan earphone dan memperhatikan orang berjalan di depan saya, atau mungkin pergi dengan kereta setiap hari, menjadi kebiasaan saya melihat kehidupan yang terjadi di dalam kereta. Saya senang mengamati dan berpikir, terkadang juga saya bergumam sendiri.

Misalnya tadi pagi, saat saya duduk di gerbong wanita di dalam kereta menuju Bogor. Saya duduk dengan earphone yang terpasang hanya sebelah, sengaja karena saya takut saya keasikan dan tidak mendengar pemberitahuan dari masinis kereta.
Ada dua orang perempuan didepan saya, mereka tampak asik mengobrol sambil melihat handphone. Gerbong wanita tadi pagi tidak terlalu sesak, saya masih bisa duduk dan saya masih bisa melihat ke arah luar jendela di belakang perempuan itu. Di tempat saya duduk banyak sekali tempat kosong, hanya jaraknya kira-kira bisa untuk empat orang lagi untuk duduk, saya melihat ada seorang ibu disana. Saya samar-samar mendengar mereka berdua berbincang-bincang, salah satu dari mereka berkata begini "jadi perempuan kan harusnya begini, soleha, pakai baju yang rapih". Tiba-tiba saya berpikir, seperti disentil oleh obrolan mereka berdua, rasanya saya sering mendengar pernyataan itu bahkan didepan saya. Mulai dikomentari dari cara berpenampilan, cara ngomong, cara berteman, bahkan sampai jenis musik sekalipun.

Saya rasa yang harusnya mengeluarkan pernyataan itu adalah mereka para lelaki karena mereka ingin mrnuntut lebih dari perempuannya, tapi nyatanya yang terjadi adalah kalimat itu sering sekali dilontarkan oleh para perempuan yang terkadang membuat saya miris. Menurut saya sebagai sesama perempuan harusnya saling mendukung, bukannya saling menghakimi, ini adalah contoh kecil penghakiman yang terjadi, "kamu kalau jadi perempuan itu harusnya begini, begitu, bla bla bla".

Mungkin bagi mereka menjadi seorang perempuan haruslah berpakaian rapih. Saya termasuk orang yang berpakaian rapih, tapi menurut saya rapih menurut tiap orang itu berbeda. Saya akan berpakaian sesuai dengan mood saya hari itu. Kalau saya berpakaian rapih, saya mungkin akan menggunakan rok atau celana, kemeja atau blouse, flat shoes tapi kalau saya ingin santai saya bisa menggunakan sepatu kets ke kampus dengan kemeja dan rok atau celana panjang. Bagi mereka rambut harus disisir rapih, ditata rapih, tapi untuk beberapa orang yang cuek seperti saya dan lebih sering bangun 20 menit sebelum jadwal rasanya untuk catokan itu sangat tidak memungkinkan. Saya senang rambut hanya di cepol ke atas, biar tidak gerah. Terkadang saat saya berpakaian sangat rapih dan berbeda, akan ada orang yang bilang begins "tumben rapih". Saya ingin berpakaian rapih atau kasual atau santai atau apa, menggunakan heels, pakai blouse, pakai oblong, pake sneakers, saya menggunakannya karena saya ingin, bukan hanya karena saya adalah seorang perempuan.

Bagi beberapa orang mereka memberikan standart kalau perempuan itu harus bisa dandan. Bagi saya yang terlalu malas berlama-lama, dan ribet kadang saya risih dengan hal ini, karena bagi saya tidak berdandan pun mereka tetap disebut perempuan bukan? ataukah mungkin bagi mereka yang jago dandan itu diberi nilai plus? saya rasa tidak juga.

Katanya perempuan itu harus jago masak. Saya rasa tidak juga. Lalu kalau memasak itu hanyalah kodrat untuk perempuan lalu kenapa banyak sekali koki handal di dunia ini berjenis kelamin laki-laki? saya rasa itu bukanlah hal yang lumrah, semua orang bisa masuk di dapur, megang spatula dan penggorengan dan masak. Saya bahkan baru bisa belajar masak saat saya kuliah dan jauh tinggal sendiri. Dan bagi anak kost, memasak itu adalah hal yang repot dan banyak memakan waktu yang harusnya bisa di pakai untuk istirahat, jadi solusinya adalah beli makanan jadi. Tau ga sih, kalau memasak itu terkadang orang yang masakin kita itu sering tidak pernah makan masakannya sendiri, jadinya mereka juga akan membeli dari yang lain.

Seorang perempuan itu harus tau bebenah. Hal ini adalah hal terberat dari setiap omongan orang tua saya, karena serapih apapun kamar saya tetap saja ada satu spot yang bagi mereka itu berantakan padahal menurut saya itu sudah rapih. Pernah ga sih kalian mendengar kalimat, "anak perempuan kok kamarnya berantakan banget sih". Jika kalian punya saudara laki-laki seperti saya, kalian boleh sesekali tengok kamar mereka, dan kalian bandingkan dengan kamar kalian, fakta menunjukan kamar mereka jauh lebih berantakan seperti kapal yang habis dihantam badai taifun di perjalanan, tapi orang tua saya tidak pernah berkata apa-apa. Tapi jika kita tengok dari segi kesehatan, mau perempuan atau laki-laki kamarnya harus tetap dijaga kebersihannya bukan, sama-sama harus rapih dan bearish?

Katanya lelaki itu suka perempuan yang feminim. Feminim itu artinya apa sebenarnya? terlalu keperempuanan juga sebenarnya tidak terlalu bagus, karena kamu akan menjadi sangat lemah dan cepat cengeng karena pada dasarnya wanita memang begitu, mereka terbuat dari perasaan yang begitu lembut yang jika kau gores sedikit saja bisa berdarah dan sembunya lama, kata mereka begitu. Atau feminim itu harus terus seperti princess? mama saya dulu selalu senang membelikan saya baju seperti princess, gaun dengan segala macam warna tapi kebanyakan warnanya putih dan pink. Saya yang masih kecil akan pasrah saja karena saya tidak mengerti, seiring berjalannya waktu saya menemukan kenyamanan saya dalam berpakaian, saya lebih nyaman jika keluar kemana-mana pakai celana panjang, kaos oblong dan sepatu converse, ketimbang pakai rok, baju saya kebanyakan warnanya hitam putih biru abu-abu, saya bahkan hanya punya tiga buah baju yang berwarna pink, tapi saya tetaplah perempuan bukan? saya tidak menyukai pink bukan berarti saya bukanlah wanita. Terkadang saya juga suka risih sendiri dengan lelaki yang kalau memakai baju warna pink, kuning, atau ungu mereka akan berkata "ini warnanya terlaulu perempuan", hey sejak kapan warna menjadi penentu gender?

Perempuan itu harusnya kalem. Dari semua sifat yang diberikan list untuk masuk dalam kategori seorang wanita, mungkin kalem tidak akan saya contreng. Saya punya banyak saudara laki-laki dan saya hanya seorang perempuan sendiri, bayangkan masa kecil yang dipenuhi dengan banyak lelaki itu sangat tidak mungkin membuat saya menjadi seseorang yang sangat ayu bak putri solo, yang kalau ngomong kamu harus benar-benar dekat dengannya agar bisa mendengarnya berkata apa. Apakah saya harus menjadi seperti putri solo dulu baru saya dibilang perempuan? rasanya tidak. Banyak teman lelaki saya yang lenin kalem daripada saya tapi mereka tetaplah lelaki, tidak berubah sampai sekarang.

Perempuan yang suka senyum akan menambah nilai bagi dirinya. Ini adalah bagian yang paling saya tidak suka, harus senyum. Katanya senyum tak mahal, dan tak lelah, taukah kamu saat kamu senyum berapa otot wajah yang bekerja? haha dan sialnya lagi adalah saat kamu memiliki wajah yang resting bitch face, yang kalau bongong dipikir mau ngajak orang berantem. Banyak orang pernah berkata begini kepada saya, "saya itu dulu takut ketemu sama kamu soalnya muka kamu seperti tak bersahabat" atau "yaampun, muka tuh dibenerin, cemberut mulu mukanya, tegang terus, senyum dong! anak perempuan kok begitu". Rasanya saya ingin marah, rasanya didunia ini perempuan tidak boleh kesal dan bengong. Saya akan tersenyum jika saya ingin senyum dan ada hal yang membuat saya bahagia, bukan berarti saya harus senyum terus, nanti saya dipikirnya orang gila. Kenapa perempuan kalau tidak tersenyum dibilang jutek, sedangkan kalau laki-laki dibilang cool? ketidak adilan macam apa ini, hah?

Dulu pernah Oma saya berkata begini, perempuan itu jangan suka musik yang gonjreng, pembawaannya tidak bagus. Lantas saya harus mendengar musik yang genrenya kayak gimana? saya senang mendengar musik, apa saja saya dengerin. Saya suka Muse, saya suka Linkin Park, saya suka MLTR, saya suka Backstreet Boys, saya suka musik indie, saya suka musik jazz. Bukankah musik itu diciptakan untuk didengar oleh semua orang, semua kalangan? saya rasa masih seperti itu sampai saya hidup 20 tahun di dunia ini. Lalu apa kabar Nicky Astria, coba bayangkan dia nyanyi keroncong.

Saya pernah mendengar kalimat seperti ini, "kalian itu tidak usah sekolah tinggi-tinggi ujung-ujungnya nanti kalian dirumah, ngurusin rumah, jagain anak, masak. udah". Taukah ini adalah sebuah penghinaan. Bagi siapa saja yang pernah berkata seperti ini segeralah engkau bertobat dan cabut kata-katamu. Sejujurnya, saya kasihan dengan orang yang berkata seperti ini. Bagi kalian para lelaki yang pernah berkata seperti ini, cobalt kalian jangan cetek pemikirannya, sebegitu insecurenya kah kalian sampai kalian takut memiliki wanita yang pintar? harusnya itu menjadi pemacu buat kalian bisa lebih dari dia, karena setau saya lelaki adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan gengsi yang sangat tinggi, dan terima kasih untuk RA Kartini yang membuat emansipasi wanita, sebenarnya maksud RA Kartini itu agar kalian jangan insecure, karena cuma lelaki malas dan pengecut yang menganggap perempuan pintar itu menakutkan. Bagi kalian perempuan segeralah tinggalkan orang yang berpikir seperti itu. Kalian harusnya tau, memiliki pasangan yang pintar dan seperti google berjalan itu adalah sebuah keuntungan karena kalian bisa saling bertukar ilmu.

Dan yang terakhir yang sering saya dengar saat ada acara keluarga, atau menemani orang tua saya menghadiri undangan-undangan adalah "Jangan terlalu sibuk bekerja nanti lupa nikah", kalimat seperti ini sering diucapkan oleh tante-tante bagi mereka yang sudah berumur 30an. Saya yang masih berumur 20 tahun sebenarnya juga merasa sedikit risih, karena saya juga akan sampai pada tahap itu. Pemikiran saya begini, bagi sebagian orang perempuan yang sibuk bekerja dan terlalu ambisius itu tidak terlalu bagus, karena mereka melupakan yang namanya menikah. Buat saya kodrat seorang perempuan itu hanyalah menstruasi, sisanya adalah pilihan baik menikah atau punya anak. Memilih untuk tidak menikah dan tidak memiliki anak pun tidak mengurangi nilai dari seorang perempuan itu. Ada alasan bagi mereka yang tetap ingin bekerja dan tidak mau dulu untuk menikah, mereka ingin menjadi perempuan yang mandiri, mencari berbagai pengalaman, dan mencukupi kebutuhan pribadi sehari-hari. Karena lelaki tidak pernah tau bedanya bedak 500.000 dan 50.000 jadinya wanita harus bekerja. Bagi mereka yang belum menikah diusia 30 tahun dan masih tinggal bersama orang tua, saya rasa bukan berarti mereka lupa untuk menikah, bagi mereka menikah belum menjadi prioritas, bukan berarti mereka lupa atau apa.

Menjadi perempuan tidaklah gampang. Menjadi perempuan yang berpakaian seperti tomboy juga tidak menutup kemungkinan kamu tidak akan mendapat pacar atau akan jadi perawan tua. Setiap orang sudah ada takdirnya masing-masing, jalani saja dulu hidup yang sekarang, takdir akan menghampirimu dengan caranya sendiri. Hidup ini harus dibuat senyaman mungkin. Semua itu kembali lagi ke pilihan masing-masing.


Sebentar lagi saya akan berhenti di tujuan saya, semoga seninmu menyenangkan.




Senin, 26 Juni 2017

JEDA

Beri aku kesempatan
'tuk bisa merindukanmu
Jangan datang terus
Aku butuh tau seberapa kubutuhkanmu
Percayalah rindu itu baik untuk kita

Tak pernah sekalipun ada madam yang dingin
Hingga aku lupa rasanya sepi,
Tak lagi sepi bisa ku hargai

Setiap orang (termasuk saya) membutuhkan yang namanya jeda. Jeda untuk dia dan dirinya sendiri. Jeda untuk bisa melakukan semua hal yang ia mau sendiri, apapun itu.
Setelah berlama-lama dengan orang atau berbaur dengan lingkungannya ia menjadi bunglon, yang berubah sesuka hatinya dia sesuai dengan suasana lingkungannya. Maka akan ada saat dimana orang itu perlu yang namanya jeda, jeda untuk memberikan waktu untuk dia bernafas dan menjadi dirinya sendiri lagi. 

Sebut saja Jeda itu memberikan penghargaan untuk diri sendiri. Memberikan penghargaan kepada diri sendiri tidaklah susah, kalau saya mungkin hanya dengan memberikan diri ini makan yang enak atau mungkin sesederhana menikmati long black di kedai kopi dan duduk di paling pojok, atau mungkin hanya dengan membeli ice cream vanilla yang icenya jatuh dan berlumuran di conenya. 

Lalu mereka menyebut terkadang hidup kami terlalu wah dan tidak sederhana. 
Rasanya saya hanya memberikan diri saya kesenangan-kesenangan kecil, dan menurut saya itu tidak terlalu berlebihan. 
Saya bukan tidak tau rasanya susah, saya mengerti kalau mencari uang itu tidak gampang. Kamu harus bekerja siang malam selama kurang lebih tiga puluh hari, kamu meninggalkan rumah dari subuh dan kembali ke rumah lagi nanti kalau matahari sudah hampir buru-buru kembali ke peraduannya. Kamu menahan lapar saat saldo ATM hampir saja kurang dan itu kami harus pepet-pepetin untuk makan beberapa hari kedepan. Saya mengerti. Tapi bukankah hidup ini harus diberi penghargaan sedikit setelah ia bekerja terlalu capek? 
Saya dan beberapa orang yang mungkin berpikiran sama, hanya mencoba menikmati hidup. Karena kalau bukan kami yang menikmati lalu untuk apa kami bekerja, menghasilkan uang, menabungnya? apakah semuanya itu akan dinikmati ole orang banyak, lalu kami tidak? Hm. 

Hidup ini sudah susah, kalau tidak bisa menghargainya lalu siapa lagi yang mau membuatmu merasa dihargai?

Saya mahasiswa, saya mengerti.
Hanya saja saya tau bagaimana menyimpan uang, mengeluarkannya kalau mendesak atau memang perlu. 

Mungkin diluar sana kalian berpikir kami hanya akan meminta uang saja dan jleb ATM kami akan penuh dengan uang. Kalian harusnya lebih kenal kami lagi baru kalian mengerti kami yang sebenarnya. 
Entahlah, di oak saya ini isinya apa tapi saya mengerti apa yang harus saya lakukan. 

Kalau kalian hidup hanya untuk mengasihani keadaan dan tidak membuat hidupmu bahagia maka seumur hidupmu kamu akan begitu. 

Pertanyaan saya adalah kenapa orang akan rela pergi jauh-jauh liburan padahal bisa saja ia bekerja nanti bisa kan ia jadi orang kaya suatu saat nanti. Rasanya mereka hanya ingin memberikan diri ini sebuah apresiasi untuk banyak sekali tenaga dan waktu yang terbuang. Mereka melakukan itu beralasan. 
Mungkin suatu saat orang seperti kalian akan mengerti.
Kalau hidup ini bukan hanya untuk bekerja tapi pantas untuk diberikan sedikit jeda agar lebih bisa menghargai diri sendiri.