Selasa, 17 Oktober 2017

Perlukah Alasan itu?

Sampai hari ini saya tidak menemukan alasan kenapa saya harus mencintainya. Apakah cinta itu butuh alasan? Bagi sebagian orang mungkin jawabannya adalah iya. Bagi orang seperti saya, saya biarkan semua mengalir dan mengalir sampai jauh dan bermuara pada hati.

Sampai detik ini saya tidak punya jawaban yang tepat jika ditanya, kenapa saya jatuh cinta kepadanya. Orang yang menemanimu dan sering kau panggil dia sayang dan sering kau tulis dalam buku kecilmu yang selalu kau bawa kemana-mana.

Semua terjadi begitu saja.
Benar adanya, alam akan berkonspirasi mempertemukan banyak hati, dan disinilah peran cupid sangat dibutuhkan.

Seseorang yang tidak pernah diduga-duga, yang sering kau doakan dalam saat teduhmu "Tuhan saya mau yang nanti mendampingi saya, begini begini begini". Tuhan mendengar dan Ia menjawab, Ia akan dekatkan kepadamu seseorang yang kau sebutkan maumu kepadaNya.

Sampai suatu waktu kami berbicara di tengah malam, membicarakan sesuatu yang tidak penting. Membahas foto profil BBM.
Dan berlanjut menjadi banyak obrolan-obrolan malam yang dirindukan.

Kami berbeda. Jelas berbeda. Selera kami pun tak sama.
Jika itu bacaan dia lebih menyukai sesuatu yang berat dan membuat otak harus berpikir, sedangkan saya si pengingat akan selalu berada di deretan buku sejarah dan mungkin sering berada di daerah fiksi.
Jika itu makanan, dia lebih suka mencoba semua makanan, sedangkan saya senang dengan yang itu saja sampai saya bosan baru di ganti. Di setiap makanan dia harus ada tiga sendok sambal merah dan banyak sekali merica sedangkan saya sangat mencintai kecap manis.
Selera musik kami pun berbeda, dia senang lagu yang membuat kepala dan badan dengan otomatis ikut bergerak mengikuti iramanya, saya lebih menyukai lagu yang melow dengan beat yang pelan, yang menurutnya itu lagu-lagu orang depresi.
Dia si introvert sementara saya si extrovert. Dia sangat taktis dan strategis sedangkan saya sangat acak kadul, ceroboh dan senang melompat kesana dan kemari.
Dia akan lebih memilih diam jika bertemu dengan orang baru dan berbicara seadanya dan seperlunya sedangkan saya senang bertemu dengan siapa saja dan semacam mendapat mainan baru saya tidak bisa diam.

Pernah sesekali ia berpikir, kenapa perempuan ini masih mau bertahan dengan saya?
Pernah juga saya berpikir, berapa banyak maaf yang dia punya untuk saya?
Dan semacam alarm pengingat, kami akan jatuh cinta berulang kali kepada orang yang sama dengan rasa yang sama seperti yang pertama.

Sampai suatu hari saya membuka explore instagram dan menemukan postingan seseorang.
Katanya begini "saya tau kenapa kamu jatuh cinta kepadanya, karena dia merawatmu."
Terkadang seorang kekasih akan menjadi seperti ibu yang mendidikmu dan merawatmu dengan penuh sayang. Mungkin kadang seperti itu seorang kekasih.
Karena sampai saat ini pun saya belum menemukan alasan kenapa saya jatuh cinta kepadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar