Ke rerumpan lara yang tak mampu di tawan mata
Ke rerimbun tanya yang seringai diantara derai
Lalu diantara rindu kita gamang, "maukah kau memaafkan jarak yang tak mampu kulipat?"
Menata kembali rasi-rasi bintang yang berserakan
Yang lama redup diantara kabut tebal
Diantara puisi yang mengering sebelum senja,
Ada awan hitam yang menyembunyikan namamu di belantara hujan.
"Seperti apakah rasanya menari dalam hujan dan dingin malam?"
Tetiba, kurasakan gigil hujan itu merayapi wajah musim
Ah, aku ingin menjadi seperti rumput-rumput teki yang kilau karena rinai
Atau seperti sekumpulan tanaman perdu yang merdu menjenguk rindu
Menyapa resah yang kian lekat ditubuh waktu, yang menyelimuti ayalmu.
Ingin kukirimkan harum-harum hujan itu ke kotamu
Agar tak ada lagi rahasia yang meruang di jendela
Agar tak ada lagi yang mengembun di pelupuk mata,
Maka biarlah! Labuhlah bertumpuk-tumpuk resah,
Pada penantian paling tabah.
Menulis ini untuk kakak yang dulu bergumul dengan jarak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar