Senin, 21 Agustus 2017

Tentang (menjadi) Perempuan

Saya senang bepergian sendiri. Duduk di coffe shop misalnya, dengan earphone dan memperhatikan orang berjalan di depan saya, atau mungkin pergi dengan kereta setiap hari, menjadi kebiasaan saya melihat kehidupan yang terjadi di dalam kereta. Saya senang mengamati dan berpikir, terkadang juga saya bergumam sendiri.

Misalnya tadi pagi, saat saya duduk di gerbong wanita di dalam kereta menuju Bogor. Saya duduk dengan earphone yang terpasang hanya sebelah, sengaja karena saya takut saya keasikan dan tidak mendengar pemberitahuan dari masinis kereta.
Ada dua orang perempuan didepan saya, mereka tampak asik mengobrol sambil melihat handphone. Gerbong wanita tadi pagi tidak terlalu sesak, saya masih bisa duduk dan saya masih bisa melihat ke arah luar jendela di belakang perempuan itu. Di tempat saya duduk banyak sekali tempat kosong, hanya jaraknya kira-kira bisa untuk empat orang lagi untuk duduk, saya melihat ada seorang ibu disana. Saya samar-samar mendengar mereka berdua berbincang-bincang, salah satu dari mereka berkata begini "jadi perempuan kan harusnya begini, soleha, pakai baju yang rapih". Tiba-tiba saya berpikir, seperti disentil oleh obrolan mereka berdua, rasanya saya sering mendengar pernyataan itu bahkan didepan saya. Mulai dikomentari dari cara berpenampilan, cara ngomong, cara berteman, bahkan sampai jenis musik sekalipun.

Saya rasa yang harusnya mengeluarkan pernyataan itu adalah mereka para lelaki karena mereka ingin mrnuntut lebih dari perempuannya, tapi nyatanya yang terjadi adalah kalimat itu sering sekali dilontarkan oleh para perempuan yang terkadang membuat saya miris. Menurut saya sebagai sesama perempuan harusnya saling mendukung, bukannya saling menghakimi, ini adalah contoh kecil penghakiman yang terjadi, "kamu kalau jadi perempuan itu harusnya begini, begitu, bla bla bla".

Mungkin bagi mereka menjadi seorang perempuan haruslah berpakaian rapih. Saya termasuk orang yang berpakaian rapih, tapi menurut saya rapih menurut tiap orang itu berbeda. Saya akan berpakaian sesuai dengan mood saya hari itu. Kalau saya berpakaian rapih, saya mungkin akan menggunakan rok atau celana, kemeja atau blouse, flat shoes tapi kalau saya ingin santai saya bisa menggunakan sepatu kets ke kampus dengan kemeja dan rok atau celana panjang. Bagi mereka rambut harus disisir rapih, ditata rapih, tapi untuk beberapa orang yang cuek seperti saya dan lebih sering bangun 20 menit sebelum jadwal rasanya untuk catokan itu sangat tidak memungkinkan. Saya senang rambut hanya di cepol ke atas, biar tidak gerah. Terkadang saat saya berpakaian sangat rapih dan berbeda, akan ada orang yang bilang begins "tumben rapih". Saya ingin berpakaian rapih atau kasual atau santai atau apa, menggunakan heels, pakai blouse, pakai oblong, pake sneakers, saya menggunakannya karena saya ingin, bukan hanya karena saya adalah seorang perempuan.

Bagi beberapa orang mereka memberikan standart kalau perempuan itu harus bisa dandan. Bagi saya yang terlalu malas berlama-lama, dan ribet kadang saya risih dengan hal ini, karena bagi saya tidak berdandan pun mereka tetap disebut perempuan bukan? ataukah mungkin bagi mereka yang jago dandan itu diberi nilai plus? saya rasa tidak juga.

Katanya perempuan itu harus jago masak. Saya rasa tidak juga. Lalu kalau memasak itu hanyalah kodrat untuk perempuan lalu kenapa banyak sekali koki handal di dunia ini berjenis kelamin laki-laki? saya rasa itu bukanlah hal yang lumrah, semua orang bisa masuk di dapur, megang spatula dan penggorengan dan masak. Saya bahkan baru bisa belajar masak saat saya kuliah dan jauh tinggal sendiri. Dan bagi anak kost, memasak itu adalah hal yang repot dan banyak memakan waktu yang harusnya bisa di pakai untuk istirahat, jadi solusinya adalah beli makanan jadi. Tau ga sih, kalau memasak itu terkadang orang yang masakin kita itu sering tidak pernah makan masakannya sendiri, jadinya mereka juga akan membeli dari yang lain.

Seorang perempuan itu harus tau bebenah. Hal ini adalah hal terberat dari setiap omongan orang tua saya, karena serapih apapun kamar saya tetap saja ada satu spot yang bagi mereka itu berantakan padahal menurut saya itu sudah rapih. Pernah ga sih kalian mendengar kalimat, "anak perempuan kok kamarnya berantakan banget sih". Jika kalian punya saudara laki-laki seperti saya, kalian boleh sesekali tengok kamar mereka, dan kalian bandingkan dengan kamar kalian, fakta menunjukan kamar mereka jauh lebih berantakan seperti kapal yang habis dihantam badai taifun di perjalanan, tapi orang tua saya tidak pernah berkata apa-apa. Tapi jika kita tengok dari segi kesehatan, mau perempuan atau laki-laki kamarnya harus tetap dijaga kebersihannya bukan, sama-sama harus rapih dan bearish?

Katanya lelaki itu suka perempuan yang feminim. Feminim itu artinya apa sebenarnya? terlalu keperempuanan juga sebenarnya tidak terlalu bagus, karena kamu akan menjadi sangat lemah dan cepat cengeng karena pada dasarnya wanita memang begitu, mereka terbuat dari perasaan yang begitu lembut yang jika kau gores sedikit saja bisa berdarah dan sembunya lama, kata mereka begitu. Atau feminim itu harus terus seperti princess? mama saya dulu selalu senang membelikan saya baju seperti princess, gaun dengan segala macam warna tapi kebanyakan warnanya putih dan pink. Saya yang masih kecil akan pasrah saja karena saya tidak mengerti, seiring berjalannya waktu saya menemukan kenyamanan saya dalam berpakaian, saya lebih nyaman jika keluar kemana-mana pakai celana panjang, kaos oblong dan sepatu converse, ketimbang pakai rok, baju saya kebanyakan warnanya hitam putih biru abu-abu, saya bahkan hanya punya tiga buah baju yang berwarna pink, tapi saya tetaplah perempuan bukan? saya tidak menyukai pink bukan berarti saya bukanlah wanita. Terkadang saya juga suka risih sendiri dengan lelaki yang kalau memakai baju warna pink, kuning, atau ungu mereka akan berkata "ini warnanya terlaulu perempuan", hey sejak kapan warna menjadi penentu gender?

Perempuan itu harusnya kalem. Dari semua sifat yang diberikan list untuk masuk dalam kategori seorang wanita, mungkin kalem tidak akan saya contreng. Saya punya banyak saudara laki-laki dan saya hanya seorang perempuan sendiri, bayangkan masa kecil yang dipenuhi dengan banyak lelaki itu sangat tidak mungkin membuat saya menjadi seseorang yang sangat ayu bak putri solo, yang kalau ngomong kamu harus benar-benar dekat dengannya agar bisa mendengarnya berkata apa. Apakah saya harus menjadi seperti putri solo dulu baru saya dibilang perempuan? rasanya tidak. Banyak teman lelaki saya yang lenin kalem daripada saya tapi mereka tetaplah lelaki, tidak berubah sampai sekarang.

Perempuan yang suka senyum akan menambah nilai bagi dirinya. Ini adalah bagian yang paling saya tidak suka, harus senyum. Katanya senyum tak mahal, dan tak lelah, taukah kamu saat kamu senyum berapa otot wajah yang bekerja? haha dan sialnya lagi adalah saat kamu memiliki wajah yang resting bitch face, yang kalau bongong dipikir mau ngajak orang berantem. Banyak orang pernah berkata begini kepada saya, "saya itu dulu takut ketemu sama kamu soalnya muka kamu seperti tak bersahabat" atau "yaampun, muka tuh dibenerin, cemberut mulu mukanya, tegang terus, senyum dong! anak perempuan kok begitu". Rasanya saya ingin marah, rasanya didunia ini perempuan tidak boleh kesal dan bengong. Saya akan tersenyum jika saya ingin senyum dan ada hal yang membuat saya bahagia, bukan berarti saya harus senyum terus, nanti saya dipikirnya orang gila. Kenapa perempuan kalau tidak tersenyum dibilang jutek, sedangkan kalau laki-laki dibilang cool? ketidak adilan macam apa ini, hah?

Dulu pernah Oma saya berkata begini, perempuan itu jangan suka musik yang gonjreng, pembawaannya tidak bagus. Lantas saya harus mendengar musik yang genrenya kayak gimana? saya senang mendengar musik, apa saja saya dengerin. Saya suka Muse, saya suka Linkin Park, saya suka MLTR, saya suka Backstreet Boys, saya suka musik indie, saya suka musik jazz. Bukankah musik itu diciptakan untuk didengar oleh semua orang, semua kalangan? saya rasa masih seperti itu sampai saya hidup 20 tahun di dunia ini. Lalu apa kabar Nicky Astria, coba bayangkan dia nyanyi keroncong.

Saya pernah mendengar kalimat seperti ini, "kalian itu tidak usah sekolah tinggi-tinggi ujung-ujungnya nanti kalian dirumah, ngurusin rumah, jagain anak, masak. udah". Taukah ini adalah sebuah penghinaan. Bagi siapa saja yang pernah berkata seperti ini segeralah engkau bertobat dan cabut kata-katamu. Sejujurnya, saya kasihan dengan orang yang berkata seperti ini. Bagi kalian para lelaki yang pernah berkata seperti ini, cobalt kalian jangan cetek pemikirannya, sebegitu insecurenya kah kalian sampai kalian takut memiliki wanita yang pintar? harusnya itu menjadi pemacu buat kalian bisa lebih dari dia, karena setau saya lelaki adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan gengsi yang sangat tinggi, dan terima kasih untuk RA Kartini yang membuat emansipasi wanita, sebenarnya maksud RA Kartini itu agar kalian jangan insecure, karena cuma lelaki malas dan pengecut yang menganggap perempuan pintar itu menakutkan. Bagi kalian perempuan segeralah tinggalkan orang yang berpikir seperti itu. Kalian harusnya tau, memiliki pasangan yang pintar dan seperti google berjalan itu adalah sebuah keuntungan karena kalian bisa saling bertukar ilmu.

Dan yang terakhir yang sering saya dengar saat ada acara keluarga, atau menemani orang tua saya menghadiri undangan-undangan adalah "Jangan terlalu sibuk bekerja nanti lupa nikah", kalimat seperti ini sering diucapkan oleh tante-tante bagi mereka yang sudah berumur 30an. Saya yang masih berumur 20 tahun sebenarnya juga merasa sedikit risih, karena saya juga akan sampai pada tahap itu. Pemikiran saya begini, bagi sebagian orang perempuan yang sibuk bekerja dan terlalu ambisius itu tidak terlalu bagus, karena mereka melupakan yang namanya menikah. Buat saya kodrat seorang perempuan itu hanyalah menstruasi, sisanya adalah pilihan baik menikah atau punya anak. Memilih untuk tidak menikah dan tidak memiliki anak pun tidak mengurangi nilai dari seorang perempuan itu. Ada alasan bagi mereka yang tetap ingin bekerja dan tidak mau dulu untuk menikah, mereka ingin menjadi perempuan yang mandiri, mencari berbagai pengalaman, dan mencukupi kebutuhan pribadi sehari-hari. Karena lelaki tidak pernah tau bedanya bedak 500.000 dan 50.000 jadinya wanita harus bekerja. Bagi mereka yang belum menikah diusia 30 tahun dan masih tinggal bersama orang tua, saya rasa bukan berarti mereka lupa untuk menikah, bagi mereka menikah belum menjadi prioritas, bukan berarti mereka lupa atau apa.

Menjadi perempuan tidaklah gampang. Menjadi perempuan yang berpakaian seperti tomboy juga tidak menutup kemungkinan kamu tidak akan mendapat pacar atau akan jadi perawan tua. Setiap orang sudah ada takdirnya masing-masing, jalani saja dulu hidup yang sekarang, takdir akan menghampirimu dengan caranya sendiri. Hidup ini harus dibuat senyaman mungkin. Semua itu kembali lagi ke pilihan masing-masing.


Sebentar lagi saya akan berhenti di tujuan saya, semoga seninmu menyenangkan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar