Dan saat kamu berada di posisi seperti yang saya rasakan sekarang, maka kita mungkin menyadari satu hal, kita bertumbuh setiap hari, semakin tua dan semakin matang.
Kamu akan mendapatkan banyak sekali pertanyaan "kapan akan menyusul?" saat kamu menghadiri pernikahan dari temanmu. Dan mendapatkan banyak sekali doa yang kebanyakan berisikan, "semoga langgeng dan cepatlah menikah" saat kamu memposting foto bersama pacarmu di social media.
Kata orang saat kamu berada di usia 20 tahun, kamu akan merasakan betapa menjadi dewasa itu sangat menyebalkan. Mungkin itu benar. Semua hal tentang orang dewasa sangat menyebalkan. Harus berpikir lebih banyak dan lebih bijak, pintar-pintar memilih teman. Kamu akan kekurangan waktu untuk diri sendiri, karena hampir seluruh harimu di rengkut oleh rutinitas, entah itu kerja atau kuliah. Kamu akan bertemu dengan banyak sekali orang yang baru, mencoba untuk beradaptasi di lingkungan yang baru. Menjadi dewasa itu memang melelahkan. Terkadang saya merindukan masa kecil saya. Rasanya cukup bahagia, bangun tidur, main, makan, mandi, tidur lagi. Saya tertawa dengan sangat sangat lepas, saat menjadi dewasa untuk tertawa dengan lepas saja kamu butuh mencarinya dan benar benar menemukannya, karena saat menjadi dewasa, secara tidak langsung kamu memiliki banyak sekali topeng dengan banyak sekali bentuk senyuman, yang akan kamu pakai disetiap kali bertemu dengan orang lain. Bukankah itu menyedihkan?
Saya besar dan tumbuh disebuah kota kecil, saking kecilnya semua berita dapat kamu tau secepat angın berhembus. Apalagi kalau kamu punya banyak sekali relasi. Dan sangat sekali cepat diketahui apalagi salah satu dari pasanganmu adalah yang paling menonjol. Bukan hanya akan menjadi perbincangan diantara teman sebaya, tapi orang tua pun turut mengambil waktu luang mereka dan membicarakan hal konyol seperti ini.
Entah kenapa mereka lebih memilih untuk membuang waktu mereka yang berharga hanya untuk sekedar memikirkan sebuah hal yang bahkan hanya sering sambil lalu di pikirkan oleh kami. Sejujurnya oleh saya.
Terkadang saya lebih memilih menghindar dari pertanyaan seperti itu. Bukan karena saya takut atau apa, hanya saja saya pikir ada sesuatu yang lebih penting yang bisa ditanyakan dari pada menayakan hal konyol seperti "Sudah lama pacaran tapi kenapa belum juga menikah?"
Mari luruskan semua ini.
Jika seseorang memilih untuk tidak langsung menikah saat usia pacaran mereka menurut kebanyakan orang sudah seharusnya bisa menikah, atau saat usia mereka sudah cukup untuk bisa menikah dan mereka memilih untuk tidak menikah, ketahuilah mereka punya alasan mereka masing-masing. Hargai saja keputusan mereka. Mereka hanya tau bagaimana mengatur hidup mereka dan menuliskan kebahagiaan mereka masing-masing. Karena semakin ditekan oleh pertanyaan seperti itu, kebanyakan mereka akan menjadi orang yang bodo amat dan tidak peduli. Sesuatu yang mengejutkan bukannya memang bagus?
Tapi kebanyakan orang yang memilih untuk tidak menikah sedini mungkin itu kebanyakan dari mereka akan sepaham dengan saya. Menikah bukanlah menjadi sebuah prioritas. Menikah ada di nomor kesekian dari daftar pencapaian hidup. Yang manjadi nomor satu adalah, menjadi bahagia.
Bahagia bukan hanya tentang menikah. Dan belum tentu dengan menikah seseorang itu akan bahagia. Karena jika seseorang itu bisa membahagiakan orang lain, tentu saja orang itu sudah pasti sangat tau bagaimana membuat dirinya bahagia terlebih dahulu. Maka, kami memilih untuk bahagia terlebih dahulu. Caranya, kejar semua mimpi yang kami miliki.
Menikah itu bukan perkara hal yang mudah. Bukan hal prekara membuat anak dan semacamnya. Tapi
lebih kepada bagaimana kamu bisa memanage sebuah "kapal" yang berisi banyak sekali kepala dengan banyak sekali perbedaan diantaranya untuk menjadi sepakat menuju tujuan kalian. Keluarga yang bahagia.
Menikah bukan hal seperti bermain di Disneyland, yang menawarkan berjuta kebahagiaan dan tawa saat kamu membayar mahal untuk itu. Tapi disetiap harinya akan ada banyak sekali hal yang terjadi, dari mulai bangun tidur sampai akhirnya kalian tertidur. Hari tidak pernah menawarkan bahwa hari ini warnanya akan hijau atau merah atau kuning atau ungu. Ia menawarkan banyak warna. Dan kamu harus belajar untuk mengendalikan semua perasaanmu, memilah-milah semua hal, apa yang harus kamu bawa pulang ke rumah dan apa yang kamu tinggalkan saat harus masuk ke dalam rumah.
Kamu akan punya kehidupan yang sangat berbeda. Jauh berbeda saat kamu begitu sangat dimanjakan oleh kedua orangtuamu. Dimana semua hal yang kamu minta, kamulah yang harus diutamakan. Menikah itu tentang banyak hati yang lapang untuk menerima, hati yang harus siap terluka dan memaafkan, hati yang harus besar untuk mengerti, dan akan ada banyak sekali saat dimana kamu harus mengalah. Egois, cuek, mudah marah, sayang diri sendiri, apa pun itu tidak lagi berlaku saat kamu berada disebuah atap yang di beri nama "rumah tangga".
Saat seseorang dan yang lainnya memilih untuk menjadi satu, maka banyak sekali hal yang harus ditinggalkan dan siap menerima kekurangan. Memaafkan masa lalu dan menerimanya sebagaimana dirinya untuk menemanimu untuk menjadi orang yang kamu pilih sebagai orang yang akan menghabiskan sisa hidupnya bersamamu, menjadi tua dan mati.
Bukan saja masalah itu. Kamu harus banyak berpikir dan menjadi terlatih untuk memutar otak mengelola gaji sebulan menjadi benar-benar cukup. Cukup untuk makan, keperluan anak, keperluan pasangan, bayar listrik, bayar air, bayar pajak.
Lalu berpikir di kemudian hari nanti kalian harus jadi seperti apa. Kalian harus bertumbuh bersama, untuk menjadi sangat sangat bahagia.
Cukup rumit bukan? Tentu.
Saat kamu memilih untuk keluar dari rumah dan mengambil anak orang lain untuk menjadi bagian dari hidupmu, itu adalah hal terberat dalam hidupmu. Karena kamu secara tersirat dituntut untuk harus membahagiakannya. Kamu akan terus dihantui kalimat "akankah saya bisa membahagiakannya sama seperti ia bahagia dengan ayah dan ibunya?"
Menikah itu butuh benar-benar mantap dan sangat bulat keputusannya. Butuh hati yang sangat berani untuk memulai semua ini.
Berhentilah bertanya, "kapan nikah" kepada siapa saja.
Jangan pernah takut terlambat menikah. Kamu perlu takut jika kamu belum pernah bisa menikmati kebahagiaan sebelum banyak sekali kebahagiaan yang lain akan datang.
Orang terlambat menikah bukan karena mungkin mereka menjadi sangat sibuk dalam mengejar mimpi mereka dan urusan jodoh menjadi terkesampingkan.
Menurut saya, lebih baik terlambat menikah asalkan kamu bahagia, kamu menemukan yang benar-benar cocok dan dia adalah the one. Karena menikah perkara bersama dalam waktu yang lama dan harus banyak sekali memaafkan kesalahannya dan kembali jatuh cinta dengan alasan dan rasa yang sama kepadanya.
Jadi, jangan pernah takut untuk terlambat menikah.
Jangan pernah menikah untuk menyenangkan orang lain.
Dan untuk kamu dan mungkin juga saya, pacaran lama lama dan belum juga menilai bukanlah sebuah masalah besar, karena mau menikah sekarang atau nanti itu masalah kesiapan hati kedua kalian. Tidak usah memaksakan, semesta tau caranya bekerja.
Kadang akan ada orang yang bertanya seperti ini, lalu kalau nanti kamu jagain jodoh orang bagaimana?
Perkara jodoh atau tidak itu masalahnya udah ada yang ngatur. Toh, kalau memang pada akhirnya akan "menjaga jodoh orang" lalu kenapa? jalan hidup kita udah ada ceritanya, alur ceritanya udah ada, tinggal bagaimana kita menari-nari diantara barisan barisan hurufnya saja.
Cinta selalu bekerja dengan gila.
Kalau ayah dan ibu saya bisa pacaran sangat lama dan kemudian menikah, lalu kenapa harus saya takut?
Yang paling saya takutkan adalah saya tidak pernah bisa bahagia. Karena menurut saya, saat saya bahagia dan saya tau caranya membuat diri saya bahagia, dengan sendirinya saya bisa membuat orang lain ikutan bahagia juga.
Dan untuk kalian yang sudah menikah, kalian luar biasa. Kalian pemberani.
Kami hanyalah segelintir orang yang masih sering mondar-mandir di area abu-abu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar