Minggu, 25 November 2018

[Semacam Review Film] : #5 Kung Fu Panda 3

Sometimes we do the wrong things, for the right reasons - Mr. Ping
Dreamworks Animation sebagai penggarap film ini patut diacungi jempol karena berhasil membuat film animasi yang menjadi unggulan Hollywood dalam perfilman animasi. Kung Fu Panda termasuk dalam franchies milik Dreamworks yang sukses, setelah sequel sebelumnya Kung Fu Panda 2 di tahun 2011 yang masih meneruskan kesuksesan dari film pertamanya Kung Fu Panda pada tahun 2008 dan mendapat sambutan positif dari kalangan masyarakat untuk kedua film ini maka sangatlah pantas untuk mereka masuk nominasi Best Animated Feature Film di Piala Oscar. Dan tentu saja bagi Dreamworks, kesuksesan ini patut diulang lagi dengan membuat sequel lanjutan.

Namun, rasanya terlalu dini jika keburu menganggap kalau film Kung Fu Panda 3 ini hanyalah sebuah usaha untuk mengeruk kantong konsumen, terutama orang tua yang akan meneruti keinginan anaknya untuk pergi menonton film ini dan membeli marchendise mereka. Karena kalau di perhatikan, creator film ini berhasil memanfaattkan potensi dari cerita dan karakternya, yang memang sangat pantas untuk dilanjutkan ke film ketiga. Potensi utamanya adalah Po, si panda yang jago makan dan belakangan ini menjadi jago kung fu.

Kebanyakan orang sebelum akan menonton film tersebut akan menonton trailernya terlebih dahulu, dan di trailer film Kung Fu Panda 3 ini di ceritakan tentang perempuan Po dengan ayahnya. Pertemuan kedua karakter ini sangatlah menarik dan membuat cerita yang baru, dan kemudian akan menjelaskan darimana sebenarnya asal Po dan jati dirinya yang sesungguhnya.

Bila diingat kembali, masalah identitas adalah sebenarnya yang menjadi benang merah sejak pertama kali film ini di rilis. Namun kemudian oleh Dreamworks digali secara bertahap.
Di dua film sequel sebelumnya di kisahkan kalau ayah Po adalah seekor angsa yang bekerja sebagai seorang pedagang, Mr. Ping. Seakan menjadi lelucon tersembunyi, apalagi ditambah dengan Po merasa bahwa itu normal-normal saja.

Pada sequel Kung Fu Panda yang pertama kali dirilis tahun 2008 menceritakan tentang dunia persilatan Tiongkok Kuno yang dihuni oleh para hewan berperadapan seperti manusia. Plotnya lebih diceritakan tentang pembuktian bahwa Po adalah sang Pendekar Naga, yang diramalkan akan menyelamatkan Tiongkok dari kejahatan, sekalipun ceritanya dia adalah anak Mr. Ping, seekor angsa yang berprofesi sebagai penjual mie yang tidak ada latar belakang kung fu sebelumnya. Lalu kemudian masalah identitas Po dikupas lebih mendalam pada sequel berikutnya Kung Fu Panda 2 yang dirilis tahun 2011, dan terungkap bahwa Po adalah anak angkat, dan kemudian memunculkan kemungkinan bahwa Po adalah satu-satunya panda yang tersisa di dunia ini. Kung Fu Panda 3 bisa dikatakan sebagai puncaknya dari perjalanan Po mancari jati dirinya dan kebenaran identitasnya.

Yang namanya Kung Fu Panda, sejak sequel pertamanya di luncurkan, unsur komedi tentu selalu jadi prioritas. Keluguan Po selalu membuat penontonnya tidak henti-henti tertawa. Dan kemudian Kung Fu Panda 3 ada dua ekor panda yang berhasil mengocok perut, humor yang dihadirkan juga jauh dari kata membosankan. Bukan hanya pada dialog intermezonya, tapi pada saat scene pertarungan juga diselipkan unsur komedi yang sangat sangatlah lucu. Penonton benar-benar bisa menikmati setiap humor yang sama sekali tidak mengandung unsur 'dewasa'.

Diceritkan di Kung Fu Panda 3 ditugaskan oleh gurunya, Shifu, untuk mengajarkan kung fu di perguruan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan ilmunya, sebuah hal yang kemudian dikerjakan oleh Po dan membuatnya kewalahan karena ia masih belum melepaskan sifat kekanak-kanakannya.


Sementara itu, Po kedatangan tamu bernama Li yang adalah seekor panda yang sebenarnya adalah ayah kandungnya, pertemuan mereka pun bisa dikatakan lucu, karena selama ini tidak pernah ada yang mengalahkan Po dalam hal menghabiskan makanan, dan kemudian pertemuan mereka ada unsur komedi garing-garingnya. Li datang dengan sebuah misi untuk mencari anaknya dan berniat untuk mengembalikannya ke kampung panda, di sebuah desa yang tersembunyi.

Di saat bersamaan, datanglah Kai, seorang pendekar yak, yang dibangkitkan dari dunia arwah yang hendak mencari kesaktian para pendekar lainnya, termasuk mencari milik pendekar naga. Kehadiran Kai kemudian menjadi penggerak plot film ini, sehingga unsur pertarungannya yang menjadi ciri khas film ini tetap terjaga, dan juga meningkatkan nilai hiburnya dari unsur komedi.
Hanya saja kehadiran Kai disini, hanya boleh sampai disitu, ia kalah saing dengan inti dari cerita ini, pencarian identitas diri Po, sang pendekar naga. Mungkin sangat disayangkan karena di Kung Fu Panda 3 ini bagian pertarungan yang menjadi unsur terpenting dalam dunia kung fu menjadi berkurang tapi bisa dimaafkan dengan plot ceritanya yang bagus.

Kai yang kembali dari dunia arwah membuat Po harus membuktikan bahwa dirinya pantas dijadikan sebagai pendekar naga, ia pun pergi bersama Li, ayahnya, ke desa panda, menemukan rumahnya dan belajar lebih dalam lagi tentang kung fu. Karena untuk melawan Kai master Oogway tidak mengajarkannya dan yang bisa dia temukan adalah kembali ke desa panda.
Kisah Po di Kung Fu Panda 3 ini sebagai sebuah pembuktian dari Po, dan bagaimana ia harus bertanggung jawab untuk melindungi tempatnya dilahirkan dan harus arif dan bijaksana memilih antara ayah kandungnya atau ayah angkatnya. Tema yang diangkat dalam Kung Fu Panda 3 ini mungkin lebih emosional dari sequel lainnya.

Terlepas dari itu, Kung Fu Panda 3 tetaplah sebuah film yang pantas untuk disandingkan dengan kedua sequel sebelumnya, terutama dari nilai hiburannya yang memumpuni. Tampilan gambar dan animasi yang indah yang disokong dengan tata suara dan tata musik yang apik membuat film ini begitu nikmat di tonton oleh semua kalangan usia. Karakter-karakter lamanya yang masih loveable, sementara karakter-karakter barunya yang cukup diakrabi membuat film ini memberikan unsur kekeluargaan dan menghargai perbedaan yang manis. Masih memiliki nilai-nilai inspiratif seperti kedua sequelnya membuat film yang jelas-jelas menawarkan unsur komedi ini tidak cuma sambil lalu tanpa makna.

Lagipula, apa yang lebih menggemaskan dari melihat puluhan panda yang gemuk gemuk dengan muka bodoh mereka, dan kebiasaan mereka yang sering mengguling-gulingkan badan?
Tolong jika mereka sudah banyak dan tidak lagi dilindungi serta bisa dipelihara dengan bebas, beri tahu saya. Saya ingin memiliki satu dari mereka.



Kung Fu Panda 3. Jennifer Yuh Nelson & Allesandro Carloni, Dreamworks Animation well done.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar