Minggu, 19 Oktober 2014

karena aku punya rumah

tak semegah yang ada di khayalan masa kecilku. tak juga seperti rumah disney. rumahku juga bukan gubuk. rumahku biasa-biasa saja. halaman depannya membuat kaki kecilku berlari mengejar kupu-kupu, atau memandang awan dari teras, atau sekedar duduk santai menikmati sejuk angin sepoi-sepoi.
tangga-tangganya selalu menjadi tempat favorite saya. entahlah kenapa. saya rasa setiap orang punya bagian yang menjadi tempat favoritenya di rumah.

rumahku tak terlalu besar, sederhana saja tapi saya nyaman dengan rumah itu. selalu membuat saya berharap liburan akan cepat datang untuk mengobati rasa rindu saya akan rumah yang sering kami sebut rumah orange

disana ada foto-foto yang tersusun rapi, setiap moment pasti ada satu foto yang di pasang di dinding. dengan telefon tua di samping pintu ke rumah makan. 

disana ada sebuah ruangan yang selalu ku dengar ada suara di balik pintu saat aku begadang. suara yang lirih mengucapkan kata-kata. dia berdoa. dia mama. tangannya selalu terlipat setiap malam menjemput dan badannya harus beristirahat. dengan pakaian hitam kebanggaanya aku merasakan tenang saat mendengar setiap doanya, mengucap syukur untuk sehari telah di pimpin oleh Sang Pencipta.

oh saya lupa, tempat favoriteku yang lain, tempat cuci pakaian. mungkin karena tempatnya menghadap ke jalan besar, saya bisa melihat banyaknya kendaraan berlalu lalang mengejar waktu. atau sekedar menikmati malam dan mendengarkan mereka memetik senar gitar menghasilkan melodi membelah keheningan malam.

ada ruang makan yang begitu magis bagi kami. walau kadang aku melanggar aturan, bahwa makan harus di tempat makan. tapi meja makan adalah tempat untuk berkumpul bercanda gurau melepas penat. 

disana ada banyak hutang pakaian kotor, piring dan gelas kotor yang menunggu untuk di bersihkan. ada bau. ada kecoa yang bersembunyi di balik kolong dan ada cicak yang sesekali berderik di balik loteng. 

ada ruang tamu sederhana. ada rak buku yang lapuk. ada banyak bunga warna-warni di setiap sudut rumah. ada kulkas yang penuh dengan makanan kecil. ada kamar mandi kecil yang selalu menjadi tempatku menghabiskan waktu untuk berpikir, lalu ada cermin kecil di sudut kamar mandi. 

tapi itu tetap rumah. rumah saya. rumah yang selalu di rindukan setiap saya pergi jauh. 
rumah ini yang menjadi saksi bisu aku belajar merangkak, belajar memanggil papa dan mama. mengompol, menangis karena tak ada botol susu, jatuh, berlari, berkelahi, dimarahi, memukul-mukul piring karena makanan lama datang, aroma dari dapur membuat perut keroncongan, masakan sederhana, makanan rumahan yang selalu membuat cacing di perut berhenti berkelahi.

itu rumah saya. rumah dimana saya mengucapkan I love you untuk pertama kali, pertama kali meneteskan air mata karena patah hati, mengumpul keberanian untuk kembali jatuh cinta lagi. tempat aku menabung cita-cita. tempatku belajar bahwa Tuhan itu penyayang dan terkadang Tuhan itu suka akan lelucon dan mungkin Tuhan suka berdansa.  sampai tempatku mencerita rahasia-rahasia kecil sampai rahasia terbesarku.

itu rumah saya. rumah yang selalu terbuka pintunya saat saya lelah berjalan, meneguk secangkir air putih dan mengatur nafas agar teratur. 

ia tetap rumah. tempatku berpelukan semalaman. dan membalut luka di balik selimut halus. 
ia tetap rumah. tempatku menaruh kepala saat aku merasa bahwa kepalaku agak sedikit tidak enak, dan memandang ke langit-langit kamar dan mulai berimajinasi.
karena ternyata bertumbuh itu sakit. dan terima kasih rumahku, rumah yang selalu menerimaku apa adanya dan selalu mencintaiku apa adanya diriku, dan selalu menjadi tempatku untuk pulang saat perjalanan yang ku tempuh begitu jauh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar