" bagaimana kamu mencintainya ? " lewat mata, ataukah bibir yang selalu mengecup keningmu setiap hari ? ataukah telinga ataukah lengan yang selalu dia gunakan untuk memeluk. " dari punggung " jawabku. aku mencintainya dari belakang dari kejauhan bahkan pada saat dia tak tau bahwa rasa ini semakin hari semakin bertambah kepadanya.
kaki hujan mengetok kaca jendela, nafas awan memeluk tubuh dan jiwa. dari jauh pandangmu nampak dalam benakku, kau seperti pohon gagah berdiri membusungkan dada saat diterpa angin dengan kencangnya, kamu tak goyah. sesaat mata langit memancarkan senyum, hangatnya membuatku terdiam pasi. tak sabar menanti esok, melihat paras indah mengetok hati membangunkanku dengan ucapan selamat pagi sayang. sirna kehidupan yang mulai menyeja, mentari pun akan menutup matanya, di bawah rembulan yang putih dan cerah, ku ukir namamu bersama bintang yang indah.
kamu bagiku adalah hari, dimana aku bisa selalu mengingatmu. kamu adalah hari, dimana setiap duka menjadi suka. kamu adalah hari dimana aku melupakan masalahku. kamu adalah hari yang selalu ku pandang sebagai suatu kecerahan bagi masa depanku nanti.
tentang kita. tentang setiap jalan yang bercabang yang selalu akan ketemu pada ujung jalan yang lurus dan berjalan bersama-sama. tentang langit hitam yang kadang menghadirkan hujan dan membiarkan rindu ini terbuang sia-sia. tentang rasa yang hadir semenjak rasa yang dulu biasa saja, berubah menjadi berarti. setiap detik mengalir rindu yang bertubi-tubi kepadamu, rindu yang terpatri indah terlukis bias dihatiku. acap kali ku tersenyum karena suatu perasaan yang selalu membuatku tenang, tentang dirimu. mencoba mencerna semuanya dalam setiap langkah, bahwa sekarang kita sudah berada jauh dari hari pertama kali kau berkata "aku sayang kamu" dan rasa ini begitu sulit untuk diterjemahkan. biarlah semua mengalir dengan indahnya, bagaikan anak sungai jernih yang mengalir pasti, terpesonaku pada setiap rangkaiannya dan ku coba tuk nikmati sebuah aliran hati hingga nanti waktu mempertegas semua.
kadang hatiku bertanya, mengapa bintang terang benderang, menyapa kala malam menyelimuti angkasa? barangkali, di kala itu dirinya mampu menerangi angkasa, menghibur setiap mata yang bersedih, sesudah surya berlari pulang, meninggalkan goresan merah pada langit sore.
kadang aku cemas, mengapa waktu berlalu begitu deras, diperlambat pun tak bisa, apalagi untuk mengulang masa lalu. barangkali, desir pasir di gurun akan menjawabnya, setiap butiran air hujan yang akan menghitungnya, dan biarkan kematian merangkul jiwa, menghentikan waktu untuk sejenak. cinta ini hidup dianatar dirimu dan diriku, besar di dalam setiap kidung doa dan bersemayam dalam sela-sela relung jiwa. setiap hal telah terlukis indah di skenario takdir, kadang jiwa terhimpit cobaan yang terus menerjang, barangkali hidup hanya sebagai candaan. nadiku mulai kehilangan denyutnya, dadaku mulai kehilangan nafasnya, biarkan ragaku ditelan fatamorgana, asal jangan jiwaku jatuh dalam neraka. barangkali, hatiku dan hatimu akan menjadi satu, di kala ramai menjadi sepi. biarkan doa bersenandung dalam hati, di kala fajar membelah kegelapan, biarkan rindu ini bercengkrama di hati. dan biarkan Tuhan melihat betapa kuatnya cinta kita.
menyayangimu dan membuatmu nyaman mungkin hanya itu yang bisa aku lakukan sekarang. jika memang kita terpisah karena tuntutan hidup maka berjanjilah bahwa cinta itu tetap menjadi milik kita, tidak di bagi. saat kau disana dan aku disini kita buktikan bahwa cinta akan bertemu disuatu jalan yang lurus, hingga waktu menyatukan kita sampai nanti kita menjawab suratan takdir dengan tetap saling setia. sampai pada jalan yang sama, hasrat yang sama, dan berada dalam suatu atap yang sama. dan tetap patuh dalam rambu-rambu cinta, bahwa merah kita berhenti untuk merencanakan, kuning berarti kita bersiap demi komitmen dan hijau berarti kita siap menjalani semua bersama.
karena mulai saat ini tak ada lagi gulita menemani, datang sesaat merah kemudian menjingga meronalah ia menapaki butiran kaki langit, pijar perlahan melemabayung. hangat ku rasa. kusapa berkas sinarmu di beranda hatiku.
pagi matahari, terimakasih kau selalu datang tepat waktu menemuiku. seperti biasa senyum simpulmu selalu menjadi penenang tersendiri. terimakasih langit yang selalu menemani, yang selalu berada disitu tak pernah berubah bentuk seperti awan, bukan juga seperti pelangi yang datang setelah hujan, juga bukan siang dan malam. tapi langit.
Aku mungkin tidak bisa bercerita tentang kenangan tapi tulisanku mungkin bisa.
Sabtu, 25 Oktober 2014
Minggu, 19 Oktober 2014
karena aku punya rumah
tak semegah yang ada di khayalan masa kecilku. tak juga seperti rumah disney. rumahku juga bukan gubuk. rumahku biasa-biasa saja. halaman depannya membuat kaki kecilku berlari mengejar kupu-kupu, atau memandang awan dari teras, atau sekedar duduk santai menikmati sejuk angin sepoi-sepoi.
tangga-tangganya selalu menjadi tempat favorite saya. entahlah kenapa. saya rasa setiap orang punya bagian yang menjadi tempat favoritenya di rumah.
rumahku tak terlalu besar, sederhana saja tapi saya nyaman dengan rumah itu. selalu membuat saya berharap liburan akan cepat datang untuk mengobati rasa rindu saya akan rumah yang sering kami sebut rumah orange
disana ada foto-foto yang tersusun rapi, setiap moment pasti ada satu foto yang di pasang di dinding. dengan telefon tua di samping pintu ke rumah makan.
disana ada sebuah ruangan yang selalu ku dengar ada suara di balik pintu saat aku begadang. suara yang lirih mengucapkan kata-kata. dia berdoa. dia mama. tangannya selalu terlipat setiap malam menjemput dan badannya harus beristirahat. dengan pakaian hitam kebanggaanya aku merasakan tenang saat mendengar setiap doanya, mengucap syukur untuk sehari telah di pimpin oleh Sang Pencipta.
oh saya lupa, tempat favoriteku yang lain, tempat cuci pakaian. mungkin karena tempatnya menghadap ke jalan besar, saya bisa melihat banyaknya kendaraan berlalu lalang mengejar waktu. atau sekedar menikmati malam dan mendengarkan mereka memetik senar gitar menghasilkan melodi membelah keheningan malam.
ada ruang makan yang begitu magis bagi kami. walau kadang aku melanggar aturan, bahwa makan harus di tempat makan. tapi meja makan adalah tempat untuk berkumpul bercanda gurau melepas penat.
disana ada banyak hutang pakaian kotor, piring dan gelas kotor yang menunggu untuk di bersihkan. ada bau. ada kecoa yang bersembunyi di balik kolong dan ada cicak yang sesekali berderik di balik loteng.
ada ruang tamu sederhana. ada rak buku yang lapuk. ada banyak bunga warna-warni di setiap sudut rumah. ada kulkas yang penuh dengan makanan kecil. ada kamar mandi kecil yang selalu menjadi tempatku menghabiskan waktu untuk berpikir, lalu ada cermin kecil di sudut kamar mandi.
tapi itu tetap rumah. rumah saya. rumah yang selalu di rindukan setiap saya pergi jauh.
rumah ini yang menjadi saksi bisu aku belajar merangkak, belajar memanggil papa dan mama. mengompol, menangis karena tak ada botol susu, jatuh, berlari, berkelahi, dimarahi, memukul-mukul piring karena makanan lama datang, aroma dari dapur membuat perut keroncongan, masakan sederhana, makanan rumahan yang selalu membuat cacing di perut berhenti berkelahi.
itu rumah saya. rumah dimana saya mengucapkan I love you untuk pertama kali, pertama kali meneteskan air mata karena patah hati, mengumpul keberanian untuk kembali jatuh cinta lagi. tempat aku menabung cita-cita. tempatku belajar bahwa Tuhan itu penyayang dan terkadang Tuhan itu suka akan lelucon dan mungkin Tuhan suka berdansa. sampai tempatku mencerita rahasia-rahasia kecil sampai rahasia terbesarku.
itu rumah saya. rumah yang selalu terbuka pintunya saat saya lelah berjalan, meneguk secangkir air putih dan mengatur nafas agar teratur.
ia tetap rumah. tempatku berpelukan semalaman. dan membalut luka di balik selimut halus.
ia tetap rumah. tempatku menaruh kepala saat aku merasa bahwa kepalaku agak sedikit tidak enak, dan memandang ke langit-langit kamar dan mulai berimajinasi.
karena ternyata bertumbuh itu sakit. dan terima kasih rumahku, rumah yang selalu menerimaku apa adanya dan selalu mencintaiku apa adanya diriku, dan selalu menjadi tempatku untuk pulang saat perjalanan yang ku tempuh begitu jauh
Rabu, 15 Oktober 2014
sang sepi bercerita
ku pernah memiliki andai dalam imaji. ku pernah memiliki harap dalam angan
tentangmu. tapi tak pernah sedikit pun ada celah untuk aku memasuki cerita mu.
tak sedetik pun aku berharap menjadi bagianmu, karena mungkin takan pernah ada
lagi. karena mungkin aku adalah sebuah tatapan kosongmu. di setiap potret
parasmu menari dalam anganku, maka hari itu aku mulai terbangun dari mimpi
tentangmu bahwa semua hanya akan hidup dalam khayalku. ketahuilah bahwa setiap
tatap lembutmu itu membuat merasakan adanya sebuah rasa hangat yang menyusup di
relung hati yang pernah kau tinggali tanpa berkata apapun. setiap matamu dan
mataku bertemu, aku berharap ada satu warna yang akan ada selain hitam
dan putih. maka aku memilih untuk berbalik dan berjalan menjauhi. mungkin tak sedikit
pun ragamu berhatrap denganku, tapi seluruhku masih mengingkan kamu. aku menari
dalam sepiku. taukah kamu gelap ini, menertawai aku dengan kerasnya karena
impianku, karena inginku untukmu.
taukah kamu ? aku berteman rasa rindu yang bertemu, aku harus menerima kenyataan bahwa tak ada lagi kamu di sisiku, kamu di ujung jalan yang begitu jauh hingga sulit bagiku menatapmu. aku masih memegang rindu itu. sempat terbersit sepenggal harap, pada burung ku titipkan rindu biarkan dia menggantungnya di ujung langit. agar kau mengerti bahwa aku disini merindukanmu. namun, masih ada rasa cemas yang terselip di setiap rinduku padamu. saat waktu terus saja menghabiskan sepiku, hingga rindu ini menghujat janji " kapan semua ini terobati ? " sekarang aku berada di ujung penantianku, ingin ku dekap bayangmu terakhir kali lalu mengucapkan selamat tinggal dan biarkan kesetiaan ini aku simpan mati hanya untukku sendiri.
adakah kamu merasakan jiwaku ? jiwaku yang karam karenamu ?
langit ini belum tertidur, titik jejaknya masih tertinggal. biarkan lirih ini yang mengucap. sebelum hari gelap beranjak, sama sekali tak ada terbayang. siluet senja sudah tergambar, bayangmu pergi, lelah ini temani kesendiranku. hariku sendiri lagi. ingatkan aku di tempat ini, bahwa ada hati yang pernah kau lukai sampai berdarah. ceritakan nanti bahwa kita pernah sempat tertawa bahagia di tempat ini. episode ini belum berakhir, manakah yang lebih jujur setelah dusta. aku masih ingin menyayangimu dalam sakit dan setiaku, tapi cinta tak selamanya harus kau injak, hati ini tak selamanya kamu harus menertawainya.
aku tak tau, kelak akan seperti apa kenangan melukaiku dan mengingatkanku padamu. di jalanan basah yang kita lalui, waktu telah melempar aku jauh. di tempat-tempat yang tak terlupakan. mungkin hanya kenang yang tersisa, sedikit ingatan yang masih ada. atau barangkali rindu yang sesekali masih menggaungkan namamu. dan bila gelap malam menyergap, masih saja ada airmata yang mengaliri cekung pipi. mereflekskan mimpi dan segenggam cinta yang dulu aku banggakan yang kau bawa pergi.
mentari pagi ini, begitu teduh ku rasakan. riuh indah suara burung menemani, bahkan semua itu tak sanggup untuk menenangi jiwa ini. entah apa yang ku rasakan, bimbang hati ini masih penuh dengan segudang tanya. mengapa harus terjadi ? cinta yang ku beri begitu saja kau khianati. ketulusanku bahkan tak ada artinya untuk dirimu.
apakah harus setiap aku jatuh cinta pada akhirnya harus ku ratapi kepergiannya ? cintamu yang hanya buat duka, ku lupakan seiring dengan tetesn air mata yang terjun bebas ke pipi. ku tak akan berdiam disini, menunggumu kembali tapi aku akan pergi mencari cinta sejati.
sudah cukup aku bertahan, sudah cukup ku berikan manis kau icip dan pahit harus ku telan. aku menyerah, tak kuat ku menahan sakit menerima bahwa semua yang dulu menjadi kebangganku kini hanya tinggal cerita. aku bukan batu karang yang kokoh berdiri di terpa ombak, aku bukanlah penyelimut hatimu bersama orang lain. aku lelah merelakan kebahagiaanku untuk senyumanmu yang selalu menjadi semangatku saat aku membuka mata. pengorbananku cukup sampai disini, hati ini perlu di obati. hati ini sudah terlalu lama kau hancurkan dengan tak berperasaan. aku bahkan tak ada nilainya bagimu, aku hanya sekedar pelipur lara bagimu. kamu pernah merasakan bagaimana sakitnya memendam rasa, ego, marah, kecewa ? rasa yang selalu hadir itu menusuk hati dan membuatku semakin sakit. kehancuran yang ada adalah sebuah jawaban, bahwa perpisahan yang terjadi.
bila kau cinta aku ? mengapa kau bohongi aku? membiarkan rasa ini terus berharap hanya untuk bersama dia ? kau bunuh hatiku, saat ku bernafas untukmu. kau kebanggaan aku yang tega menipu ku.
taukah kamu ? aku berteman rasa rindu yang bertemu, aku harus menerima kenyataan bahwa tak ada lagi kamu di sisiku, kamu di ujung jalan yang begitu jauh hingga sulit bagiku menatapmu. aku masih memegang rindu itu. sempat terbersit sepenggal harap, pada burung ku titipkan rindu biarkan dia menggantungnya di ujung langit. agar kau mengerti bahwa aku disini merindukanmu. namun, masih ada rasa cemas yang terselip di setiap rinduku padamu. saat waktu terus saja menghabiskan sepiku, hingga rindu ini menghujat janji " kapan semua ini terobati ? " sekarang aku berada di ujung penantianku, ingin ku dekap bayangmu terakhir kali lalu mengucapkan selamat tinggal dan biarkan kesetiaan ini aku simpan mati hanya untukku sendiri.
adakah kamu merasakan jiwaku ? jiwaku yang karam karenamu ?
langit ini belum tertidur, titik jejaknya masih tertinggal. biarkan lirih ini yang mengucap. sebelum hari gelap beranjak, sama sekali tak ada terbayang. siluet senja sudah tergambar, bayangmu pergi, lelah ini temani kesendiranku. hariku sendiri lagi. ingatkan aku di tempat ini, bahwa ada hati yang pernah kau lukai sampai berdarah. ceritakan nanti bahwa kita pernah sempat tertawa bahagia di tempat ini. episode ini belum berakhir, manakah yang lebih jujur setelah dusta. aku masih ingin menyayangimu dalam sakit dan setiaku, tapi cinta tak selamanya harus kau injak, hati ini tak selamanya kamu harus menertawainya.
aku tak tau, kelak akan seperti apa kenangan melukaiku dan mengingatkanku padamu. di jalanan basah yang kita lalui, waktu telah melempar aku jauh. di tempat-tempat yang tak terlupakan. mungkin hanya kenang yang tersisa, sedikit ingatan yang masih ada. atau barangkali rindu yang sesekali masih menggaungkan namamu. dan bila gelap malam menyergap, masih saja ada airmata yang mengaliri cekung pipi. mereflekskan mimpi dan segenggam cinta yang dulu aku banggakan yang kau bawa pergi.
mentari pagi ini, begitu teduh ku rasakan. riuh indah suara burung menemani, bahkan semua itu tak sanggup untuk menenangi jiwa ini. entah apa yang ku rasakan, bimbang hati ini masih penuh dengan segudang tanya. mengapa harus terjadi ? cinta yang ku beri begitu saja kau khianati. ketulusanku bahkan tak ada artinya untuk dirimu.
apakah harus setiap aku jatuh cinta pada akhirnya harus ku ratapi kepergiannya ? cintamu yang hanya buat duka, ku lupakan seiring dengan tetesn air mata yang terjun bebas ke pipi. ku tak akan berdiam disini, menunggumu kembali tapi aku akan pergi mencari cinta sejati.
sudah cukup aku bertahan, sudah cukup ku berikan manis kau icip dan pahit harus ku telan. aku menyerah, tak kuat ku menahan sakit menerima bahwa semua yang dulu menjadi kebangganku kini hanya tinggal cerita. aku bukan batu karang yang kokoh berdiri di terpa ombak, aku bukanlah penyelimut hatimu bersama orang lain. aku lelah merelakan kebahagiaanku untuk senyumanmu yang selalu menjadi semangatku saat aku membuka mata. pengorbananku cukup sampai disini, hati ini perlu di obati. hati ini sudah terlalu lama kau hancurkan dengan tak berperasaan. aku bahkan tak ada nilainya bagimu, aku hanya sekedar pelipur lara bagimu. kamu pernah merasakan bagaimana sakitnya memendam rasa, ego, marah, kecewa ? rasa yang selalu hadir itu menusuk hati dan membuatku semakin sakit. kehancuran yang ada adalah sebuah jawaban, bahwa perpisahan yang terjadi.
bila kau cinta aku ? mengapa kau bohongi aku? membiarkan rasa ini terus berharap hanya untuk bersama dia ? kau bunuh hatiku, saat ku bernafas untukmu. kau kebanggaan aku yang tega menipu ku.
Selasa, 07 Oktober 2014
agar aku tak meragu
maafkan aku kalau aku meragu, cintaku tak pernah serapuh ini.
katakan tentang sesuatu padaku, agar hatiku tenang dan tak meragu. ungkapkan seseuatu tentang hatimu, agar aku mengerti tentang hasratmu. tolong jawab kegundahan itu, cukup satu kali ini saja. aku tak mau terbelenggu dalam satu rasa yang mengikat, dalam bimbang ini aku tersiksa. jangan biarkan aku meragu. jangan biarkan aku terbelenggu, tentang cinta dalam hatimu walau aku selalu berdiam dan tetap tersenyum didepanmu tapi jauh dalam hatiku, aku meragu.
setiap kali aku ingin untuk pergi, kamu malah datang mendekat. setiap kali aku kembali, kamu malah berlari menjauh. seakan-akan kau mengharapkanku. kamu menyumbat kepergiaanku, seakan-akan kamu mengharapkanku. kamu memperlancar kepergianku. lantas apa yang kau ingini ? lantas apa yang kamu harapakan ? kamu menarik ulur perasaan, kamu menarik ulur pengharapan. hatiku bukan layang-layang, hatiku bukan angan-angan. hatiku butuh kepastian, kepastian akan semua perasaan.
aku disini sendiri tanpa ada yang menemani. apakah kamu mendengarnya ? apakah kamu berniat untuk sejenak menatapku ? tentang semua kesedihanku, tentang semua gundahku, tentang semua keraguaaku. semua itu melukai hati ini. bolehkah aku menaruh sedikit harap pada perasaan yang tak pernah bisa untuk ku tebak ? apakah kamu merasakannya ? aku ingin ada yang tau tentang semua ini, tentang semua badai dalam hati yang belum bisa ku redahkan sampai saat ini. peluklah diriku ini, berilah aku waktu untuk sejenak menghela nafas. aku menangis, aku takut. aku tertunduk karena aku lemah. memejam mata meremuk hati, mengusap air merubah keadaan.
dan sekarang aku pun merasakannya, berada dalam fase yang tak pernah aku impikan sebelumnya. rasa sesak yang kian menghujam jantungku. kepahitan yang seakan selalu menghantui di ujung aku menaruh rasa harap dan seolah semua itu tak ada gunanya. aku merasakan saat senja tak lagi menjanjikan keindahan, saat malam hanya menyajikan kegelapan dan harap hanya menyala dalam panjang desahan. semua seakan berjalan cepat, berlari seolah ada yang mengejar. dan aku berpikir ini seperti sebuah ironi, saat sepi menjadi teman sejati, dan sunyi terdengar sebagai sebuah melodi. dalam diamku aku terus berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi, dan semua akan baik-baik saja saat besok pagi aku terbangun. lalu seperti serangkaian kalimat menari di pikiranku, malam selalu menjanjikan pagi. jangan selalu berpura-pura kalau luka tak selalu hadirkan cinta, tapi juga jangan terlena karena semuanya kadang hanya sebuah sandiwara. aku merasakannya saat bualan menjadi seperti makna dan kepalsuan menjadi jalan cerita.
kau, tak ubahnya senandung pagi yang membangun pilar-pilar rindu. mengeja buliran kasih yang terjaga dalam genggaman-Nya. ku teropong saja indah namanya dalam doa-doaku. membiarkan gerimis yang singgah di lembar hatiku basah oleh kepasrahan. aku dalam hening, bukannya tak miris karenamu. menerjemahkan lakumu merupakan egoku tuk sesaat mencoba mengunci semuanya hanya untukku. ku tak sekuat itu bila kamu tau, aku tak semampu itu bila kamu mendalami rinai-rinai kalbuku. sederetan abjad menggurindam, tak bisa ku pasak lagi di dalam rongga dada ini. sembilu telah melukai, sembilu telah menyayat-nyayat. miris. kurasakan begitu miris karena cinta tak bisa ku halau dari ruang hampaku. ranah ini terluka, tapi tak mengapa. ranah ini menyakiti, tapi ku takan menyapanya. ku biarkan miris terjadi, karena cinta tak akan pernah salah.
apakah pikiranku selama ini benar ?
kamu masih menatapku dengan memejamkan mata? kamu bilang indah karena enggan. kamu bilang anggun karena sungkan. tangan ini masih mengepal, memegang ikatan yang tak telah renggang. tangan ini masih melekat di dalam rasa yang telah pupus. sampah ini kamu injak dengan caramu, sampah ini kamu lempar dengan ucapan yang menyayat hati. aku terbang sangat tinggi, menyentuh bintang di balik awan, menggapai mimpi di balik angan, mengukir kisah di balik gelisah. bimbang antara harap dan pasrah. harap akan perasaan yang sama seperti waktu itu, pasrah karena aku tau bahwa sesungguhnya harapan itu tak pernah ada.
jangan kamu membuat tanganku menengadah mengikat mimpi, mengenggam harapan bersama keyakinan. bersama kamu ku ikat keindahan. sehingga menimbulkan reaksi dunia, yang menyejukan batin. ku jelaskan padamu setiap waktu, bahwa aku mencintaimu. hatiku tersentak jatuh, saat sebuah kejadian membuatmu berbeda yang tak ku tau itu apa. kamu tak lagi sama. kamu bukan lagi malaikat hariku, tapi kamu 'bak penjahat bagi waktuku. bila ku rindu kehadiranmu, yang kamu hadirkan adalah ketiadaan. bila ku jelaskan seberapa rindu ini, maka betapa banyaknya penolakan yang akan ku dapat. kamu seperti penjahat, penjahat bagi rinduku. bila ku gambar wajahmu dalam mimpi, khayalanku semakin kuat merasakan apa itu harapan. dan bersama lamunan tanpa alur, sebuah airmata memberi kesaksian, bahwa cinta terkadang tak adil bahwa kamu tak pernah adil, tak pernah adil bagi perasaan ini. kamu seperti penjahat bagi perasaanku. di dalam pengertian kata, kamu jelas berbeda. bukan penjahat sesuatu yang tangkap, tapi penjahat terhadap perasaanku. kamu memberiku begitu banyak kode cinta, segudang perhatian, namun saat yang ku ingini adalah sebuah penjelasan, yang ku dapat hanyalah bualan. aku pikir aku cukup mengerti arti cinta. dengan mengenalmu, aku menguasai dunia. namun filosofiku salah, apa yang terlihat nampak itu semua hanyalah gumpalan imajinasiku saja. kita sudah jauh bersimpangan, sangat jauh tapi kamu masih tetap menjajah hatiku dengan semua rasa yang menghadirkan tanda tanya besar dalam pikiranku. katakan padaku, bagaimana caranya agar ketidak adilan ini cepat berlalu! katakan padaku apa formulamu sehingga mampu mengacuhkan perasaan di atas kenyataan!
hanya untuk beberapa waktu aku memutuskan untuk menghilang dari hari-harimu. aku ingin memenggal jarak hingga akhirnya menghadirkan kerinduan di hatimu. menjauh saat kamu mendekat, selalu diam saat kamu berbicara, bahkan meninggalkanmu saat kamu tepat berada di sampingku. aku memang melakukan semua hal itu, aku cuek, aku tak seperti biasanya, aku bahkan tak menghiraukan keberadaanmu. taukah kamu ? dibalik semua yang kulakukan itu ada maksudnya, ada maksud yang tersembunyi.
aku menghilang, karena aku ingin kamu mencari keberadaanku.
aku diam, karena aku ingin kamu paham bahwa cinta ini bersama bukan sendiri. bahwa aku meragu selama ini. bahwa aku mencoba untuk menerjemahkan semua lakumu
jika memang benar kamu mencinta, pasti akan ada saat dimana rindu itu memuncak, dan bahkan sampai takut untuk kehilangan sosok yang selama ini kamu pertahankan. dan semoga kenyataanya kamu mencariku, bukan malah pergi menjauh dan akhirnya kita berjalan dengan arah yang berbeda, saling berbalik badan tanpa pernah menoleh sedikitpun.
katakan tentang sesuatu padaku, agar hatiku tenang dan tak meragu. ungkapkan seseuatu tentang hatimu, agar aku mengerti tentang hasratmu. tolong jawab kegundahan itu, cukup satu kali ini saja. aku tak mau terbelenggu dalam satu rasa yang mengikat, dalam bimbang ini aku tersiksa. jangan biarkan aku meragu. jangan biarkan aku terbelenggu, tentang cinta dalam hatimu walau aku selalu berdiam dan tetap tersenyum didepanmu tapi jauh dalam hatiku, aku meragu.
setiap kali aku ingin untuk pergi, kamu malah datang mendekat. setiap kali aku kembali, kamu malah berlari menjauh. seakan-akan kau mengharapkanku. kamu menyumbat kepergiaanku, seakan-akan kamu mengharapkanku. kamu memperlancar kepergianku. lantas apa yang kau ingini ? lantas apa yang kamu harapakan ? kamu menarik ulur perasaan, kamu menarik ulur pengharapan. hatiku bukan layang-layang, hatiku bukan angan-angan. hatiku butuh kepastian, kepastian akan semua perasaan.
aku disini sendiri tanpa ada yang menemani. apakah kamu mendengarnya ? apakah kamu berniat untuk sejenak menatapku ? tentang semua kesedihanku, tentang semua gundahku, tentang semua keraguaaku. semua itu melukai hati ini. bolehkah aku menaruh sedikit harap pada perasaan yang tak pernah bisa untuk ku tebak ? apakah kamu merasakannya ? aku ingin ada yang tau tentang semua ini, tentang semua badai dalam hati yang belum bisa ku redahkan sampai saat ini. peluklah diriku ini, berilah aku waktu untuk sejenak menghela nafas. aku menangis, aku takut. aku tertunduk karena aku lemah. memejam mata meremuk hati, mengusap air merubah keadaan.
dan sekarang aku pun merasakannya, berada dalam fase yang tak pernah aku impikan sebelumnya. rasa sesak yang kian menghujam jantungku. kepahitan yang seakan selalu menghantui di ujung aku menaruh rasa harap dan seolah semua itu tak ada gunanya. aku merasakan saat senja tak lagi menjanjikan keindahan, saat malam hanya menyajikan kegelapan dan harap hanya menyala dalam panjang desahan. semua seakan berjalan cepat, berlari seolah ada yang mengejar. dan aku berpikir ini seperti sebuah ironi, saat sepi menjadi teman sejati, dan sunyi terdengar sebagai sebuah melodi. dalam diamku aku terus berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi, dan semua akan baik-baik saja saat besok pagi aku terbangun. lalu seperti serangkaian kalimat menari di pikiranku, malam selalu menjanjikan pagi. jangan selalu berpura-pura kalau luka tak selalu hadirkan cinta, tapi juga jangan terlena karena semuanya kadang hanya sebuah sandiwara. aku merasakannya saat bualan menjadi seperti makna dan kepalsuan menjadi jalan cerita.
kau, tak ubahnya senandung pagi yang membangun pilar-pilar rindu. mengeja buliran kasih yang terjaga dalam genggaman-Nya. ku teropong saja indah namanya dalam doa-doaku. membiarkan gerimis yang singgah di lembar hatiku basah oleh kepasrahan. aku dalam hening, bukannya tak miris karenamu. menerjemahkan lakumu merupakan egoku tuk sesaat mencoba mengunci semuanya hanya untukku. ku tak sekuat itu bila kamu tau, aku tak semampu itu bila kamu mendalami rinai-rinai kalbuku. sederetan abjad menggurindam, tak bisa ku pasak lagi di dalam rongga dada ini. sembilu telah melukai, sembilu telah menyayat-nyayat. miris. kurasakan begitu miris karena cinta tak bisa ku halau dari ruang hampaku. ranah ini terluka, tapi tak mengapa. ranah ini menyakiti, tapi ku takan menyapanya. ku biarkan miris terjadi, karena cinta tak akan pernah salah.
apakah pikiranku selama ini benar ?
kamu masih menatapku dengan memejamkan mata? kamu bilang indah karena enggan. kamu bilang anggun karena sungkan. tangan ini masih mengepal, memegang ikatan yang tak telah renggang. tangan ini masih melekat di dalam rasa yang telah pupus. sampah ini kamu injak dengan caramu, sampah ini kamu lempar dengan ucapan yang menyayat hati. aku terbang sangat tinggi, menyentuh bintang di balik awan, menggapai mimpi di balik angan, mengukir kisah di balik gelisah. bimbang antara harap dan pasrah. harap akan perasaan yang sama seperti waktu itu, pasrah karena aku tau bahwa sesungguhnya harapan itu tak pernah ada.
jangan kamu membuat tanganku menengadah mengikat mimpi, mengenggam harapan bersama keyakinan. bersama kamu ku ikat keindahan. sehingga menimbulkan reaksi dunia, yang menyejukan batin. ku jelaskan padamu setiap waktu, bahwa aku mencintaimu. hatiku tersentak jatuh, saat sebuah kejadian membuatmu berbeda yang tak ku tau itu apa. kamu tak lagi sama. kamu bukan lagi malaikat hariku, tapi kamu 'bak penjahat bagi waktuku. bila ku rindu kehadiranmu, yang kamu hadirkan adalah ketiadaan. bila ku jelaskan seberapa rindu ini, maka betapa banyaknya penolakan yang akan ku dapat. kamu seperti penjahat, penjahat bagi rinduku. bila ku gambar wajahmu dalam mimpi, khayalanku semakin kuat merasakan apa itu harapan. dan bersama lamunan tanpa alur, sebuah airmata memberi kesaksian, bahwa cinta terkadang tak adil bahwa kamu tak pernah adil, tak pernah adil bagi perasaan ini. kamu seperti penjahat bagi perasaanku. di dalam pengertian kata, kamu jelas berbeda. bukan penjahat sesuatu yang tangkap, tapi penjahat terhadap perasaanku. kamu memberiku begitu banyak kode cinta, segudang perhatian, namun saat yang ku ingini adalah sebuah penjelasan, yang ku dapat hanyalah bualan. aku pikir aku cukup mengerti arti cinta. dengan mengenalmu, aku menguasai dunia. namun filosofiku salah, apa yang terlihat nampak itu semua hanyalah gumpalan imajinasiku saja. kita sudah jauh bersimpangan, sangat jauh tapi kamu masih tetap menjajah hatiku dengan semua rasa yang menghadirkan tanda tanya besar dalam pikiranku. katakan padaku, bagaimana caranya agar ketidak adilan ini cepat berlalu! katakan padaku apa formulamu sehingga mampu mengacuhkan perasaan di atas kenyataan!
hanya untuk beberapa waktu aku memutuskan untuk menghilang dari hari-harimu. aku ingin memenggal jarak hingga akhirnya menghadirkan kerinduan di hatimu. menjauh saat kamu mendekat, selalu diam saat kamu berbicara, bahkan meninggalkanmu saat kamu tepat berada di sampingku. aku memang melakukan semua hal itu, aku cuek, aku tak seperti biasanya, aku bahkan tak menghiraukan keberadaanmu. taukah kamu ? dibalik semua yang kulakukan itu ada maksudnya, ada maksud yang tersembunyi.
aku menghilang, karena aku ingin kamu mencari keberadaanku.
aku diam, karena aku ingin kamu paham bahwa cinta ini bersama bukan sendiri. bahwa aku meragu selama ini. bahwa aku mencoba untuk menerjemahkan semua lakumu
jika memang benar kamu mencinta, pasti akan ada saat dimana rindu itu memuncak, dan bahkan sampai takut untuk kehilangan sosok yang selama ini kamu pertahankan. dan semoga kenyataanya kamu mencariku, bukan malah pergi menjauh dan akhirnya kita berjalan dengan arah yang berbeda, saling berbalik badan tanpa pernah menoleh sedikitpun.
Senin, 06 Oktober 2014
terima kasih karena sudah memilihku
ku sebut sebuah perasaan yang menyusup di celah tembok-tembok hati yang aku bangun selama ini, dengan begitu kokoh, berdiri tegap berkata tidak, cukup sampai disini, dan maaf. namun ada pengecualian pada sebuah rasa yang sering mereka sebut, sayang. rasa sayang itu masuk sampai ke sebuah istana yang aku rancang dengan begitu indahnya, sampai berani mengetuk pintu dan masuk dengan begitu saja.
berawal dari mengagumi, merindukan, membayangkan lalu berteman dan akhirnya dunia itu berubah seketika.
kamu adalah rindu. rindu yang selalu membuatku ingin cepat bertemu dan membayar semuanya, dengan satu senyuman dan beberapa kata yang selalu membuatku merasa berarti terima kasih untuk selama ini masih betah menemani, aku sayang kamu.
kamu adalah keindahan. ibaratnya itu kamu adalah sebuah masterpiece. kamu bagiku adalah indah. dalam versi lengkapmu, dengan semua kekurangan dan kelebihanmu aku mencoba menerima dan mengisi semuanya itu agar sempurna.
kamu adalah tempat pulangku.
kata orang wajah adalah cerminan hati, setiap apa yang kamu rasa bisa terlihat dari wajahnya. tapi aku mencoba untuk menyimpannya sendiri sampai suatu saat akan aku tumpahkan kedalam gelas. kamu adalah gelas itu. tempat aku mencurhakan semuanya. kamu adalah gelas kosong, dan pada akhrinya aku yang mengisi gelas itu sampai tumpah, menumpahkan semua perasaanku. lalu tumpah keluar, meluber. dan terima kasih karena kamu menjadi seseorang yang sangat sabar ketika aku menumpahkan semuanya. terima kasih karena telah memilihku untuk mengisi gelas kosong itu. kamu dan aku bersama-sama akan melewati jalan panjang penuh lika-liku, sesekali harus beristirahat karena lelah. kamu terguncang karena langkah kaki yang mendaki dan menurun. tetapi kamu tetap bertahan dan tidak pecah. dan terkadang aku harus mengingat akan suatu hal "aku harus menjagamu agar tidak pecah. bahwa kamu sangat rapuh, aku harus memperlakukanmu dengan benar. bahwa kamu adalah kaca, jadi aku harus berhati-hati. tapi di balik semua itu kamu adalah pelindung yang kokoh, bahwa kamu bukan yang pertama tapi kamu yang melindungi aku " dan aku belajar bahwa sebuah perjalanan yang penuh lika-liku pasti ada jalan pulangnya, dan kamu adalah jalan pulang itu. aku bukan hanya tergila-gila padamu, aku mendoakanmu setiap hari. semoga di ujung cerita ini akan ada suatu senyuman bahagia karena kita, walaupun sekarang banyak jalan yang bercabang.
dulu sebelum kamu, aku begini " suatu malam aku mulai bosan dengan hatiku. aku ingin sepasang hati yang baru, yang berjalan berdampingan tidak tergesa-gesa yang satu menunggu ketika yang lain lelah dan perlu istirahat. kemudian aku beranjak ke kamar mandi, mencongkel hatiku dan membuangnya ke wastafel, melihatnya larut dalam air yang masuk ke dalam lobang-lobang kecil sambil berbisik semoga besok hatiku tumbuh " dan saat benar-benar hati itu tumbuh sempurna aku menemukanmu di perhentianku.
maka inginku ceritakan tentang kamu ke dalam buku-buku sejarahku, ingin ku tulis setiap langkah sederhanamu yang diam-diam menghangatkan seisi dadaku, inginku gambarkan dengan hati-hati setiap lekuk senyum manis dengan urat tegas di sebelah pelupuk matamu yang indah itu. hingga setiap kata akan berubah menjadi diam dalam senyum; senyum dalam tatap; tatap dalam mata; mata dalam hati; hati dalam hati. hati kit berdua.
cinta bukan berarti mencintai seseorang yang sempurna tapi bagaimana mencintai seseorang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna.
cinta membutuhkan kesabaran untuk membuktikan kesungguhannya pada waktu yang berputar. bersahabat dengannya agar tau jelas, kapan waktu yang tepat cinta sejati hanya satu dan cinta itu takkan pernah mati walaupun mengelilingi putaran bumi sekalipun.
mencintaimu seperti bernafas, jadi bagaimana mungkin aku berhenti kalau bukan Sang Pemilik yang menyuruh berhenti ?
terima kasih untuk memilihku. memilihku untuk menemani hari-harimu, menemanimu melukis hidup, menumpahkan banyak cat minyak kedalam kanvas.
berawal dari mengagumi, merindukan, membayangkan lalu berteman dan akhirnya dunia itu berubah seketika.
kamu adalah rindu. rindu yang selalu membuatku ingin cepat bertemu dan membayar semuanya, dengan satu senyuman dan beberapa kata yang selalu membuatku merasa berarti terima kasih untuk selama ini masih betah menemani, aku sayang kamu.
kamu adalah keindahan. ibaratnya itu kamu adalah sebuah masterpiece. kamu bagiku adalah indah. dalam versi lengkapmu, dengan semua kekurangan dan kelebihanmu aku mencoba menerima dan mengisi semuanya itu agar sempurna.
kamu adalah tempat pulangku.
kata orang wajah adalah cerminan hati, setiap apa yang kamu rasa bisa terlihat dari wajahnya. tapi aku mencoba untuk menyimpannya sendiri sampai suatu saat akan aku tumpahkan kedalam gelas. kamu adalah gelas itu. tempat aku mencurhakan semuanya. kamu adalah gelas kosong, dan pada akhrinya aku yang mengisi gelas itu sampai tumpah, menumpahkan semua perasaanku. lalu tumpah keluar, meluber. dan terima kasih karena kamu menjadi seseorang yang sangat sabar ketika aku menumpahkan semuanya. terima kasih karena telah memilihku untuk mengisi gelas kosong itu. kamu dan aku bersama-sama akan melewati jalan panjang penuh lika-liku, sesekali harus beristirahat karena lelah. kamu terguncang karena langkah kaki yang mendaki dan menurun. tetapi kamu tetap bertahan dan tidak pecah. dan terkadang aku harus mengingat akan suatu hal "aku harus menjagamu agar tidak pecah. bahwa kamu sangat rapuh, aku harus memperlakukanmu dengan benar. bahwa kamu adalah kaca, jadi aku harus berhati-hati. tapi di balik semua itu kamu adalah pelindung yang kokoh, bahwa kamu bukan yang pertama tapi kamu yang melindungi aku " dan aku belajar bahwa sebuah perjalanan yang penuh lika-liku pasti ada jalan pulangnya, dan kamu adalah jalan pulang itu. aku bukan hanya tergila-gila padamu, aku mendoakanmu setiap hari. semoga di ujung cerita ini akan ada suatu senyuman bahagia karena kita, walaupun sekarang banyak jalan yang bercabang.
dulu sebelum kamu, aku begini " suatu malam aku mulai bosan dengan hatiku. aku ingin sepasang hati yang baru, yang berjalan berdampingan tidak tergesa-gesa yang satu menunggu ketika yang lain lelah dan perlu istirahat. kemudian aku beranjak ke kamar mandi, mencongkel hatiku dan membuangnya ke wastafel, melihatnya larut dalam air yang masuk ke dalam lobang-lobang kecil sambil berbisik semoga besok hatiku tumbuh " dan saat benar-benar hati itu tumbuh sempurna aku menemukanmu di perhentianku.
maka inginku ceritakan tentang kamu ke dalam buku-buku sejarahku, ingin ku tulis setiap langkah sederhanamu yang diam-diam menghangatkan seisi dadaku, inginku gambarkan dengan hati-hati setiap lekuk senyum manis dengan urat tegas di sebelah pelupuk matamu yang indah itu. hingga setiap kata akan berubah menjadi diam dalam senyum; senyum dalam tatap; tatap dalam mata; mata dalam hati; hati dalam hati. hati kit berdua.
cinta bukan berarti mencintai seseorang yang sempurna tapi bagaimana mencintai seseorang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna.
cinta membutuhkan kesabaran untuk membuktikan kesungguhannya pada waktu yang berputar. bersahabat dengannya agar tau jelas, kapan waktu yang tepat cinta sejati hanya satu dan cinta itu takkan pernah mati walaupun mengelilingi putaran bumi sekalipun.
mencintaimu seperti bernafas, jadi bagaimana mungkin aku berhenti kalau bukan Sang Pemilik yang menyuruh berhenti ?
terima kasih untuk memilihku. memilihku untuk menemani hari-harimu, menemanimu melukis hidup, menumpahkan banyak cat minyak kedalam kanvas.
Rabu, 01 Oktober 2014
dan kamu jalan pulang itu
ku harap itu kamu
yang menitipkan rindu pada tetes-tetes air
yang jatuh dari langit
biar aku kuyup, basah di bawah sini karena rindu itu
mungkin itu kamu
yang puisinya tertulis di atas lembar-lembar daun mahoni
yang satu persatu gugur
disepanjang jalan pulangku, ke hatimu
semoga itu kamu
yang setianya seperti ombak di pantai
biar aku berenang-renang di lautnya
sampai tenggelam, dan habis nafasku
ku harap itu kamu, sacht
yang selalu menjadi tempatku pulang
selalu
karena cinta tau jalan pulangnya. embun saja selalu setia terhadap pagi.
jangan tanyakan sudah berapa lama, sudah berapa tahun seperti ini. sejak aku belum mampu menggambarkan lingkaran dengan sempurna, sampai kita telah merancang berbagai desain grafis kita saat ini, kita masih selalu bersama. terlalu sering kebersamaan yang tercipta. matamu seakan menutup rapat hatiku, tidak untuk yang lain. ternyata diam-diam kamu menyusup ke dalam sini. mengunci rapat logikaku tentang segala kemungkinan untuk tetap bersamamu; berdua.
aku tidak pernah mengerti kenapa logika itu begitu sulit untuk dipahami. mungkin benar cinta itu tak ada logika.
aku sampai sekarang masih bingung kenapa aku begitu tertarik kepadamu, aku tidak pernah mengerti mengapa setiap kali mata kita bertemu dan senyuman kita berlabuh di bibir masing-masing. aku begitu ingin bertemu denganmu dan melihat senyuman itu.
kamu bagi sebagian orang adalah kesalahan. tapi bagiku kamu adalah sebuah keindahan. keindahan yang selalu melahirkan satu kata setiap hari, rindu. saya selalu rindu semua hal tentangmu, kamu dari segala sudut. kamu dalam versi lengkap. dengan segala kekurangan dan kelebihanmu.
semua ini tak mudah. untuk itu saya belajar untuk menerima. belajar menerimamu dalam semua kelebihan dan kekuranganmu, yang seringkali mereka sebut itu cinta.
maka aku mencoba untuk mengeja cinta. dengan pelan-pelan. biarkan lekuk hurufnya menari di ujung bibir. sebelum getarnya menggoyangkan langit-langit mulut. hanyut dalam kerongkongan. larut dalam nadi dan mengalir bersama darah keseluruh tubuh. lalu keluar bersama air mata. mengeja cinta terkadang harus ada luka.
Langganan:
Postingan (Atom)