"Aku hanyalah lelaki yang belajar untuk tumbuh lebih tinggi agar kelak bisa meneduhkanmu saat lelap dan dari teriknya matahari".
Lawu Mt, 3265mdpl ⎼ Pendakianku tahun 2018 |
Percakapan malam ini dan beberapa kali diantara kita membuatku menyimpulkan sesuatu dari semua yang kamu katakan.
"Meski tak sehebat ayahmu, aku ingin mengimbangimu" katamu tempo hari.
Karena katamu lagi, mencintai perempuan tak akan pernah membuat seorang lelaki mampu menyaingi kasih sayang ayahnya. Karena bagaimana pun, anak perempuan tetapakan menjadikan ayah sebagai lelaki paling berharga dalam hidupnya. Itu hal yang sangat wajar, ayahnya adalah lelaki pertama dan dalam waktu panjang telah mengenalkan banyak hal kepadanya. Tentu tidak layak dibandingkan dengan seorang kekasih. Orang yang datang kemudian dalam hidup seorang perempuan. Lelaki yang belajar mengenal dan masih banyak belajar, masih banyak belum tahunya.
Lalu katamu lagi, aku memilihmu untuk belajar mendalami apa pun perihal kamu. Tidak mudah memang memahami perempuan, apalagi perempuan sepertimu. Yang kedalaman hatimu masih saja belum mampu kujangkau. Yang resahmu tak selalu mampu aku peka. Aku masihlah lelaki yang sepenuh hati ingin belajar banyak hal tentang kamu. Ingin tahu bagaimana putri kecil ayahnya tumbuh seperti sekarang ini. Bagaimana perlakuan ayah kepada anak gadisnya hingga bisa menjadi kekasihku hari ini. Aku ingin memahamimu sebagai lelaki yang terus belajar. Lelaki yang tak akan pernah melebihi ayahmu dalam hal mencintaimu. Namun, berharap suatu saat bisa sehebat ayahmu bagi anak-anakku.
Kepadamu perempuanku yang sungguh kusayangi. Bersedialah memberiku waktu memahamimu. Beri aku kesempatan lebih lama, agar mengerti bagaimana gadis kecil ayah yang dulu manja bisa menjadi perempuan dewasa. Barangkali tak banyak hal yang bisa kujanjikan kepadamu, selain belajar tetap setia dan bekerja keras demi kebahagiaan perempuanku. Sebab, semua kepastian hanyalah milik yang Mahakuasa. Kuasaku hanyalah berusaha dan menjagamu dengan doa-doa sembari terus mengusahakanmu untuk menjadi akhirku. ⎼ Katamu yakin sekali dengan matamu yang teduh menatapku.
Sambil mengenggam tanganku. Lalu menarikku dalam pelukanmu, kamu pun berkata dengan pelan, aku hanyalah lelaki yang belajar untuk tumbuh lebih tinggi. Agar kelak bisa meneduhkanmu saat lelap dan terik matahari. Meski tak pernah sehebat ayahmu. Namun, aku ingin selalu berusaha menjadi lelaki yang bisa mengimbangimu. Mampu mengimbangimu. Juga akan terus belajar menjadi lelaki yang baik bagimu, yang tau mengarahkanmu. Kelak, semoga niat ini dikabulkan yang Mahakuasa. Menjadi lelaki yang pertama kali kamu tatap saat terbangun di pagi buta, serta lelaki yang menjagamu terlelap di malam-malam yang lama.
***
Dan ketika hujan turun, kamu mengantarku sampai ke depan rumahku. Sambil lalumu, aku mengaminkan semua doamu, semoga tersemogakan semua usahamu dan usahaku, untuk selalu mengusahakan kita.
Berdoa saja, semesta memang suka bercanda untuk beberapa hal, tapi kadang ia bisa diajak untuk berkompromi dan bekerjasama jika bahagia yang selalu kita tuju, dan dengan doa yang tulus kita terus menitinya.
Berdoa saja, semesta memang suka bercanda untuk beberapa hal, tapi kadang ia bisa diajak untuk berkompromi dan bekerjasama jika bahagia yang selalu kita tuju, dan dengan doa yang tulus kita terus menitinya.
Aminku untuk semua doamu, doaku dan doa kita. Semoga sampai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar