"Kenapa kamu bangunnya cepat?" tanyaku kemarin.
"Aku mimpiin kamu datang. Kamu ketok pintu kamar, terus aku nanya, siapa? terus kamu jawab, aku bee buka dong pintunya. Lalu aku bangun, ngeliatin pintu ternyata ga nyata, itu cuma mimpi" jawabmu di pesan whatsapp."Mungkin kamu rindu bee".
Bee adalah sapaan manis kami, sedari dulu, kira-kira 10 tahun yang lalu, ketika kami yang awalnya hanya berteman lalu menjadi sahabat dan berakhir menjadi lebih dari sahabat. Lalu kami berjalan ke arah masing-masing, mendewasa dengan cara kami masing-masing, mengizinkan ego dan amarah mendominasi, memperkenalkan diri kepada dunia yang lain, mencintai hati yang lain dan berusaha untuk belajar melupakan dan mengikhlaskan, yang rasanya berhasil menurut kita tapi tidak dengan semesta. Ia senang bercanda memang, dengan banyak hati, termasuk kita berdua.
Dia satu dari sekian orang yang terlalu mengerti banyak hal, apa mungkin karena terlalu lama bersama dulu, entahlah. Bahkan di saat kembalinya, dia masih dengan packaging yang sama dengan isi yang sama persis tapi ada beberapa yang di hilangkan dan ditambahkan. Dia yang paling mengerti kalau aku adalah orang yang tidak bisa menata rindu, aku selalu bermasalah dengan rindu. Temu adalah salah satu obatnya, tapi sekarang tidak bisa seperti dulu yang bisa seenaknya pergi dan berjumpa, kita sekarang hidup di dunia yang sedang menghadapi pandemi besar, semuanya sebaiknya di rumah saja dan beberapa rindu harus di perbiasakan untuk disimpan sampai nanti, salah satunya juga kita.
Aku tau kalau terlalu rindu sering menjelma menjadi hal-hal yang tidak biasa. Semisal, ketakutan-ketakutan yang tiba-tiba menghantui perihal kehilnganmu yang berlebihan, semacam trauma karena pernah kehilanganmu dulu. Kalau sudah begini, aku harus menenangkan diriku dengan lebih, semacam harus mempunyai banyak cara untuk meredakan rindu. Kalau terlalu rindu terkadang aku didatangi oleh mimpi-mimpi yang aneh, yang membuatku harus menghela nafas panjang ketika bangun. Rindu memang sering menjelma menjadi hal-hal yang menyeramkan. Aku selalu ingin menenangkan diri, mau tak mau aku harus, karena aku tau kalau rindu yang tidak terkendali terkadang bisa melukai hatiku sendiri, terkadang bisa menyebabkan kesalahpahaman dan berujung kamu dan aku akan berdiam diri masing-masing. Itulah kenapa, saat aku merindukanmu aku selalu ingin cepat cepat mengatakannya kepadamu, karena setidaknya dengan begitu aku merasa lega dan tenang walaupun rindu tak kunjung berkurang malah sebaliknya.
Jarak adalah satu-satunya hal yang harus kita kutuk. Tapi apa daya kita tak pernah bisa membuatnya benar-benar takluk. Aku bahkan tidak bisa berada di sampingmu sekarang, bahkan mungkin di saat hari bahagiamu nanti.
Saat rindu semakin bergelora, aku tidak bisa menembus angin, lalu berdiri di sampingmu saat kau ingin. Kalau sudah rindu begini, aku hanya bisa mengabarimu dan memendam perasaanku sendiri, terkadang aku takut menganggu harimu kalau aku terlalu rindu. Aku tau rindu itu akan menyesakan nafasku, apalagi kalau kamu sedang sibuk dengan duniamu tapi aku tidak bisa apa-apa saat kita sedang berjauhan begini. Aku harus juga paham kalau itu adalah tuntuan hidupmu, aku harus menerima kalau kamu juga punya dunia yang tidak selamanya tentang aku, walaupun terus aku yang katamu sedang diusahakan, aku tidak akan menyalahkanmu, hanya saja rindu ini terkadang membuat diriku menjadi tidak terkendali.
Satu hal yang aku mengerti, saat rindu sudah terlalu menumpuk di dada ini, aku hanya perlu meyakini, di sana kau pun juga merasakan hal yang sama. Kita hanya perlu berdoa sampai saatnya kita punya waktu untuk berjumpa.
Untuk saat ini biarkan rindu itu menjelama menjadi doa-doa yang terjalin, menjadi energi yang menumpuk di tubuh kita. Mengajari banyak hal tentang bagaimana tabah dalam mencintai, menjadi kuat untuk sebuah kebahagiaan, menjadi tekun dalam mengusahakan semua hal tentang kita. Rasanya akan lebih tenang ketika kita melakukan itu. Percayalah, segala yang dijalani dengan tabah akan membawa kita kepada kemenangan yang indah. Tetap jaga hatimu disana, ku jaga rinduku sepenuhnya untukmu.
Tetaplah mengadu pada Tuhan, ceritakan banyak hal tentang harimu kepadanya sebagai gantiku, berbagilah banyak hal dengannya ketika kita sudah tidak tahan untuk menunda pertemuan. Sebab semua yang terasa tak pernah ada jika tak ada yang mengaturnya. Kita serahkan semua kepada kepada Sang Maha Cinta.
Hanya itu yang bisa kita lakukan, saat jarak tak bisa kita bunuh seketika. Aku ingin kamu mengerti, disini aku pun juga sedang berjuang sepenuh hati. Sama seperti aku percaya; disana kamu juga demikian, berjuang untuk mempersiapkan segala rencana yang akan kita jalani nanti. Kalau rindu datang lagi kepada kita, menumpuk dan membuat kita merasa hampir gila. Berserahlah cinta, sebab tiada cinta tanpa keinginanNya.