Kepada tuan yang selalu menggerutu;
Selamat sore, ku sapa dirimu lagi dan lagi. Akankah aku yang selalu menjadi orang yang mendapatkan ucapan selamat pagi darimu di setiap harinya nanti dan sebuah kecupan manis sebelum mengistirahatkan hari?
Mari berdoa dan bercerita sedikit tentangmu, tentang kita kepada Yang Kuasa.
Ini bagian yang menjadi kegemaran saya beberapa tahun terakhir ini, bercerita dengan seseorang yang tidak terlihat tapi kataNya Ia mengerti dan segera membantu tepat pada waktuNya tentu saja. Semacam punya teman untuk berbagi tapi tidak nyata wujudnya. Bagi saya kadang saya butuh orang yang bisa diajak bercerita tanpa perlu saya mendengar komentar dia atau nasihatnya, dia akan membiarkan saya terus bercerita, sampai saya capek dan beberapa kali tertidur.
Taukah kamu tuan, terkadang kamu menjadi pembicaraanku denganNya yang menjadi kesukaan. Entah apa yang kamu sematkan pada hari hariku sampai-sampai aku bisa merasakan seperti berwarna. Tidak selalu cerah hari yang kamu berikan, tidak juga selalu akan menjadi monokrom yang kamu sajikan, semuanya terasa normal dan seimbang. Setidaknya aku masih merasakan kalau aku adalah seorang manusia, dan belum gila.
Wahai tuan, apakah kamu dapa menerka?
Denganmu bahagia, waktu berlalu cepat dan tak ku rasa. Indahnya bercinta serasa di Nirwana. Angan tuk bersama, selalu dan selamanya. Nikmati alunan ombak kehidupan.
Baiklah, ku anggap kamu tidak bisa menerka dengan baik tuan. Maka ku beri tau kepadamu saja tadi.
Teruntuk tuan, dapatkah aku bertanya?
Mengapa kamu selalu menggerutu, tentang hari, tentang bumi ini, tentang cuaca, tentang matahari dan tentang semuanya, benar-benar semuanya?
Bisakah kamu hanya menikmati semuanya ini, semuanya indah pada tempatnya karena sudah diatur olehNya.
Tapi terkadang aku suka mencuri curi pandang menatapimu saat kamu mulai menggerutu, setiap sudut bibirmu, tatapan matamu, hidungmu yang kembang kempis, jari-jarimu yang senang mengetuk-ngetuk meja. Aku menyukainya, semuanya.
Kamu terlihat berisi dan sangat sangat rasional.
Tuan, mereka berkata kamu sering sendirian, mereka berkata kamu aneh dan sangat pemilih, mereka berkata kamu susah untuk dimengerti dan terlalu susah ditebak, mereka bilang kamu sangat senang terlihat sendirian dan jarang berkumpul dengan teman-temanmu, benarkah?
Aku tertawa. Setidaknya aku tidak perlu berlelah hati untuk cemburu dan marah-marah hanya karena hal sepele ini.
Bagiku, kamu hanya tau bagaimana menempatkan diri dan aku sepertinya harus mulai belajar untuk memantaskan diri.
Tuan, aku pernah bermimpi aku berada denganmu di tengah lautan luas. Menatapi langit dan membiarkan arus membawa kita. Aku tidak takut, kamu tau kenapa? ada kamu disampingku, disana. Ditengah lautan yang mungkin saja ada hiu di dalamnya.
Aku merasakan aman dan tenang. Rasanya aku bertanya dalam mimpi kepadamu, bisakah kita disini lebih lama lagi hanya ada aku dan kamu. Biarkan aku menikmati setiap detik yang tidak mau aku bagi dengan siapapun ini, menikmati setiap inci mahakarya Tuhan dalam bentuk dirimu. Mendengarmu bercerita tentang semua hal.
Lalu aku terbangun. Aku mencoba tidur kembali dan berharap akan bermimpi hal yang sama tapi nyatanya yang datang adalah gelap dan gelap, tidak ada siapapun itu bahkan tidak ada setitik cahaya pun yang dapat menuntunku berjalan.
Wahai kau tuan, sudah lama sekali kita berjalan, sudah beratus bahkan beribu atau mungkin berjuta kertas yang kita tulis tentang hari. Bolehkah beristirahat barang sebentar, rasanya terlalu mustahil berjalan dengan sisa tenaga yang bahkan mungkin tak mampu untuk sampai di ujung. Lelah. Lelah bertengkar, lelah menjadi superior dan yang lain menjadi inferior. Lelah bersitegang hanya karena sesuatu hal yang seperti anak anak. Dan terkadang kita butuh ruang sendiri, sendiri untuk menghargai sepi masing-masing. Tapi jangan lama-lama, karena cinta tetap memaafkan dan cinta takan pernah ingin menunggu lama.
Tuan, pernah berkata ingin bersama dan menghabiskan hidup bersama. Tapi aku takut, aku terlalu takut untuk bermimpi. Bermimpi tentang sesuatu yang jauh dari kata mungkin.
Tapi selalu setiap takutku datang kamu datang lagi dan berkata dan meminta hal yang sama.
Lalu aku bisa apa?
Setiap hari aku hanya bercerita dengan temanku, dan nyatanya sampai hari ini dia masih belum menjawab apa yang sering aku tanyakan.
Bolehkah kamu bersabar?
Teruntuk tuan yang selalu membuat
Gembira hatiku,
Rindu padamu adalah candu
Angan untuk bersamamu dan selamanya
Nanti sampai kita tua dan mati
Denganmu selalu bahagia
Yang aku tau kamu adalar satu untukku
Teruntuk tuan yang selalu menggerutu
Aku sayang padamu
Lembaran hari-hari bersamamu
Adalah sebuah kepastian dan aku berdiri disini mengenggam semua asa dan rasa sampai hari ini
Nanti akan ku ceritakan pada dunia kelak
Inilah cinta yang seharusnya
Lama-lama aku menatapmu aku semakin yakin dan memberanikan diri untuk membayangkan bahkan menatap hari hari esok bersamamu
Aku disini untukmu, selalu. Menemanimu menikmati semua ombak kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar