Bukan suatu hal yang mudah memang
jika berada di titik tengah dalam suatu keadaan. Resiko yang akan kita dapatkan
dan konsekuensinya pun harus kita pikirkan secara panjang. Namun beberapa
pemikiran justru harus berbanding terbalik dengan keadaan. Apalagi jika
melepaskan dan bertahan dalam suatu keadaan cinta. Iyaa, cinta dan suatu
hubungan keikhlasan antara melepaskan atau bertahan dengan segala konsekuensi
kesakitan.
Tidak ada hal yang mudah bisa dan gampang kita dapatkan untuk bertahan. Semuanya mungkin butuh proses dan semuanya harus melalui tahapan ujian dan perlakuan yang sepantasnya. Di tempat ini ada hal yang harus benar-benar kita mengerti dan di mengerti satu sama lain. Keegoisan dan ketidak tulusan akan menjadi boomerang yang paling hebat ketika salah satu sudah tidak mengerti dan tidak peduli.
Kesanggupan melepaskan mungkin tidak semudah ucapan bibir yang hanya mengucap dalam waktu beberapa detik saja. Kesanggupan ini melebihi nilai dan arti di dalamnya. Bagaimana cara melepaskan dengan segala konsekuensi yang telah diciptakan. Meninggalkan dengan segala perhatian dan menggugurkan semua harapan menjadi kenangan dan bayangan. Sanggupkah?? Semestinya sanggup, sebelumnya bukan memang sudah berjalan sendiri-sendiri tanpa ada yang menggenggam dan memperhatikan. Tidak sanggup!! Iya karena kemauan belum cukup pekat untuk mengerti dan memahami. Mereka masih sibuk mencari arti dan menjelaskan pada diri sendiri bahwa ini hanya sementara dan pasti mampu untuk melewatinya. Apa bisa??
Melepaskan, tersiksa memang dalam beberapa waktu merasakan kehilangan perhatian dan segala yang dia berikan. Janji cerita dan semua yang akan menjadi nyata dalam sebuah dekapan. Melupakan dan meninggalkan, iya melepaskan. Tapi jika tidak sanggup untuk melepaskan, apakah harus bertahan??
Bertahan dengan puluhan atau ratusan konsekuensi yang harus diterima. Iya puluhan alasan kita untuk diam, untuk tetap bersembunyi dan meredam seluruh amarah ketika semuanya harus ditampakan. Bertahan, ketika semuanya tidak ada kepastian, entah dan sampai kapan?? Merelakan hati terus meratap dan merelakan keadaan yang menyiksa hati. Itu juga tidak semudah mempertahankan pasir diatas genggaman. Ketika erat dan kuat kita genggam tidak akan pernah pudar dan lepas dari tangan kita.
Melepaskan yang membutuhkan waktu,
atau bertahan yang memakan waktu??
Melepaskan yang mengikhlaskan, atau
bertahan yang menyakitkan??
Melepaskan yang memnimbulkan
seluruh kesakitan atau bertahan yang mempertahankan kesakitan??
Melepaskan dan harus berjuang
menekan hati dengan segala kerinduan dan kebiasaan.
Atau Bertahan dengan
memeperjuangkan kepasrahan dan kesakitan yang akan diterima.
Aku pernah bertanya pada seorang sahabat :
“Bagaimana solusimu ketika aku terlalu lelah untuk bertahan
tetapi terlalu cinta untuk melepaskan?”
Dia menjawab, “Cinta adalah kuatmu untuk bertahan, tetapi
lepaskanlah jika kuatmu tidak dihargai.”
Aku pernah bertanya pada mama apa arti pengorbanan :
“Pengorbanan itu ketika kamu mampu melihat dia tersenyum
walaupun tawanya bukan denganmu. Tapi kamu membantu proses dibelakang dia
tersenyum.”
Aku pernah bertanya pada ayah apa arti bertahan :
“Bertahan adalah keadaan dimana semua yang kita korbankan kadang
berbanding dengan apa yang kita dapatkan. Tapi kita mampu menerjang karang dan
berdiri tegak menghadang.”
Aku pernah bertanya padamu apa arti melepaskan :
“Membiarkan hati memiliki penghuni, bukan orang yang hanya
menyakiti. Merelakan pergi walau tak pernah meminta tetap tinggal disini. Dan membiarkan
hati baru memiliki penghuni.”
Apapun keadaan bertahan dan melepaskan. Cinta dan perjuanganmu
lah yang menentukan. Tapi tinggalkan jika hanya memilukan dan upayamu tak
dihargai. Setidaknya kamu sudah berperan mengembalikan yang dia punya pada
tempatnya. Tuhan tak pernah menyalahi janji apda umatnya, kebaikan akan dibalas
kebaikan :”) CINTA bertahan dan melepaskan, penghargaan atau cacian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar