Sabtu, 05 September 2020

Agar Santun dalam Mencintai

Kopi Klotok, Jogjakarta — Maret, 2020



Sampai sekarang saya masih percaya kalau Tuhan itu memang menciptakan manusia ini berpasang-pasangan. Laki-laki dan perempuan, mereka akan menemukan jalan mereka masing-masing dan berakhir menjadi satu, bukan lagi dua orang yang berbeda tapi dua orang yang beda tapi disatukan atas nama cinta.


Di saat semua teman saya mulai menemukan pasangan mereka, memantapkan hatinya untuk berlabuh, lalu saya berpikir bahwa dewasa ini manusia modern sangat membutuhkan pasangan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, karena seperti teh tanpa gula, tawar rasanya hidup tanpa pasangan, bagi sebagian orang hidup mereka seperti kurang warnanya.


Untuk menemukan warna yang baik untuk melengkapi lukisan mereka, manusia menjadi pintar mencari cara untuk menemukan pasangan, mereka menjadi kreatif dengan sendirinya, berbagai cara mereka lakukan dari yang beradab sampai yang paling biadab.


Beberapa kali melihat banyak cerita di linimasa dan cerita teman, bahwa memang sejatinya kita hidup selalu akan penuh dengan cobaan. Dan salah satu dari cobaan itu adalah adanya istilah pelakor dalam sebuah hubungan yang sedang terjalin.

Mungkin ini adalah salah satu cara dari berbagai cara tersebut, menikung pasangan orang lain. Hal ini biasanya terjadi karena ada hukum penawaran dan permintaan dalam pola hubungan yang di bangun.

Biasanya seseorang akan menjadi bosan pada hubungan dengan pasangannya dengan alasan yang berbeda-beda, entah mungkin karena terlalu sering bertemu atau sebaliknya, mungkin saja gaya pacarannya yang begitu-begitu saja, disaat seperti itu akan ada orang lain yang sangat jeli memperhatikan peluang pasar dan memanfaatkan kemelut ini untuk menendang bola alih-alih semoga tembus ke gawang, dan GOL! 

Dia akan datang semacam sales MLM yang menawarkan kemudahan dalam masalahmu dan solusi untuk semua problematika hidupmu, cinta salah satunya.

Ah, memang manusia selalu tidak akan pernah puas. Kenapa Tuhan tidak menciptakan manusia dengan rasa cukup saja?!


Well, tidak ada yang bisa disalahkan dalam proses ini dan tidak akan juga mendapat pembenaran. Karena sejatinya, setiap yang bernyawa bebas untuk mencintai dan dicintai, mereka berhak untuk merasakan itu, namun tentunya dalam urusan mencinta dan dicintai pun selalu ada aturan mainnya, ada kaidahnya, ada cara-cara yang baik pula, sebab selama ini yang kita tau adalah sesuatu yang di mulai dengan baik akan selalu berakhir dengan baik, dan adanya orang lain di hubungan seseorang itu tentu adalah permulaan yang tidak baik.


Mari belajar untuk memposisikan diri sebagai orang yang tersakiti, agar berpikir beribu-ribu kali untuk menikung hubungan seseorang.

Jika kita mendapati hubungan seseorang sedang di ujung tanduk, maka sebaiknya kita jangan menjadi tanduk yang lain untuk menghancurkan dengan ganas hubungan tersebut. Sah-sah saja jika kamu mencintai dan dia pun punya rasa terhadapmu, tapi berilah dia waktu untuk menyelesaikan masalahnya dengan pasangannya, dan biarkan dia untuk memilih pada akhirnya akan bertahan atau melepaskan.

Jangan mencuci pikiran seseorang yang sedang gamang, dan percayalah saja pada hukum alam bahwa apa-apa saja yang sudah di tentukan oleh semesta selalu akan mencari jalannya sendiri, dan manusia tidak bisa mengelak untuk hal itu, tidak perlu menjadi picik dalam mencintai, karena kamu perlu menjadi santun untuk saling mencintai.



Catatan di notes handphone, yang di tulis di Jogja dan baru di lengkapi di Ambon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar