Senin, 16 Mei 2016

Maaf, aku memilih untuk setia

Ada banyak cara Tuhan menghadirkan cinta. Mungkin ini adalah salah satunya. Jatuh cinta datang kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja. Karena jatuh cinta itu wajar dan lumrah.

Dan aku menyebut ini adalah penyesalan yang terlambat.
Cinta yang datang kali ini sungguh tidak kuduga dan tidak pernah terlintas, aku menunggunya tiga tahun yang lalu namun ia kembali disaat yang tidak tepat. Saya telah ada yang memiliki.

Hari terus berjalan dan kedekatan waktu dulu kembali hadir. Kenyamanan yang dia tawarkan sungguhlah indah, layaknya seorang ratu aku diperlakukan. Takan dia biarkan kesedihan menghampirku, yang ia hadirkan adalah kebahagiaan. Setiap hari adalah tawa yang ia janjikan, dan senyum manis yang ia tunggu sebagai balasan. Kekhawatirannya membuatku merasa ada arti saat cinta yang aku miliki sekarang perlahan menyibukkan diri dan bahkan tak peduli dengan hadirku. Aku menikmati "dosa" ini, dosa kecil yang indah menurutku. Tanpa ku pikirkan akan ada neraka besar menungguku.
Aku adalah perempuan paling bahagia di dunia ini, saat itu. Kebahagiaan bahkan iri kepadaku. Dibuatnya aku menjadi perempuan yang paling dijaga dari ujung rambut sampai telapak kaki, semua pintaku ia turuti, dan aku menikmati semua kebiasaan yang aku rindukan yang perlahan menghilang.
Sempat aku disadarkan sampai kapan akan menikmati ini? Tapi aku terlalu terlena dengan kenikmatan yang dihadirkan, aku 'bak dilegakan dahagaku dengan setiap perhatian dan kata manis yang diucapkan. Ini yang aku rindukan, batinku.

Lalu percakapan ditelfon kala itu membuatku kaget, "aku rela menjadi yang kedua, karena cintaku terlalu besar dan aku tidak akan mengalah sampai aku yang mendapatkanmu."

Sampai saat ini, aku tidak pernah bilang iya akan pernyataan cintanya yang terus ia katakan, karena aku sadar aku milik siapa sekarang dan kepada siapa cintaku kubagi dari kemarin-kemarin semenjak dia pergi meninggalkan luka.

Dulu, tiga tahun yang lalu. Dia pergi meninggalkan luka yang begitu dalam, membekas dan tak mungkin hilang. Untuk kesembilan kalinya aku dikecewakan, untuk kesembilan kalinya aku mencoba percaya dan disia-siakan.
Ku sebut kisah ini adalah penyesalan yang baru disadari. Aku menunggu cinta ini kembali tiga tahun yang lalu sebelum cinta yang lain datang dan menawarkan rumah yang baru untuk berteduh. Pundak yang dulu aku rindukan menjadi tempat bersandar menjauh pergi dan asik dengan cinta yang baru. Tangan yang selalu mengenggam dan menguatkan kini merenggang dan terkadang kulihat mengenggam tangan uang lain. Aku kembali karena aku percaya ada cinta yang masih bisa ku perjuangkan namun aku terlalu bodoh menjadi orang yang selalu rela dikecewakan, bagimu "ah balikan saja dengan dia. Dia adalah pemaaf, bagi dia kasih akan sesama jauh lebih penting daripada membenci, tak mungkin dia mendendam karena dia tidak dididik seperti itu."
Kamu begitu tau aku seperti apa orangnya. Kamu bahkan masih menghafal semua hal tentangku yang orang lain bahkan tidak tau. Engkau tau betapa aku mencintai ice cream vanilla dan membenci chocolate, engkau tau bahwa saat aku ada masalah yang aku butuhkan hanyalah teman cerita yang bisa dipercaya, engkau tau semua aib masa kecilku, engkau tau hari apa aku lahir dan jam berapa, engkau tau letak barang-barang dikamarku kalau berganti posisi, engkau bahkan mengafal tanggal datang bulanku. Engkau tau semua hal tentangku bahkan bagian terlemahku dan itu yang engkau pakai untuk mengecewakanku.

Aku merelakanmu pergi, sewaktu dia datang dan menawarkan rumah yang baru. Aku belajar mencintai dia dan perlahan melupakan semua hal manis denganmu. Aku menambal hati satu per satu seiring waktu berjalan. Sampai akhirnya aku berhasil merelakanmu. Aku merelakanmu pergi dan tak pernah terlintas dalam pikiranku bahwa kamu akan kembali, karena memikirkanmu saja aku tak sempat karena aku terlalu sibuk menulis cerita yang baru dan menyusun masa depanku.

Aku pernah bertemu denganmu sekali. Itupun hanya 3 menit saat kamu tak sengaja lewat depan rumah. Kamu dengan senyum manismu menyapaku lembut, hari itu baru aku sadar kita berteman disemua socmed selain facebook. Menanyakan kabar seperti biasa dan aku harus kembali ke tempat aku merantau. Itu adalah pertemuan terakhir kita.

Lalu kamu kembali datang menyapaku lagi. Dan kamu datang disaat yang tepat, saat aku sangat membutuhkan semua perhatian itu, dan kamu memberikannya.

Memang benar, sejauh apapun aku berbohong pasti akan ketahuan. Berakhir hubunganku dengan dia yang sekarang menemaniku. Hancur? Iya. Dan kesepian itu menyapaku, satu dari sekian hal yang paling aku benci.
Hari-hari yang aku jalani rasanya berat.
Dan aku berada pada keputusan untuk memilih setia walau aku tau setiaku nanti takan berbuah hasil. Aku mengenggam hati yang sepi sambil menunggu dia kembali. Ku sibukkan hari-hariku dengan aktifitas yang tidak kenal waktu. Namun tak bisa dipungkiri aku terkadang menjadi orang yang lemah dan memilih untuk menangisi kebodohan.

Aku tau cinta yang kau berikan jauh lebih besar dari yang dia berikan. Aku tau kau adalah lelaki yang nyaris sempurna, kau idaman semua wanita. Wanita mana yang tidak mau dengan lelaki berparas tampan, masa depannya jelas, baik, sering pelayanan di gereja, keluarganya selalu welcome dan ramah bahkan sudah dianggap anak sendiri? Tidak ada wanita yang tidak mau. Tapi aku memilih untuk setia.

Banyak teman-temanmu yang berkata aku adalah wanita yang bodoh menyia-nyiakanmu, banyak yang dari mereka yang bilang kita cocok, banyak yang berkata aku akan bahagia denganmu. Tapi kamu tau aku adalah orang yang sangat susah untuk percaya lagi kepada orang. Luka yang kau goreskan terlalu dalam dan aku akan berpikir kesekian kalinya untuk terluka lagi dan lagi.

Untuk kalian teman-temanku dan semua orang yang aku sayangi.
Kalian adalah orang yang Tuhan berikan untukku, kalian adalah anugerah dari Tuhan. Aku tau keputusanku untuk memilih setia adalah hal yang tabuh bagi kalian, bagi kalian aku pantas mendapatkan lebih dari dia. Bagi kalian aku adalah orang yang bodoh menyia-nyiakan cinta yang datang menghampiri karena aku terlalu memilih untuk setia dengan keyakinanku. Aku tau hubungan ini banyak yang menentang, karena bagi kalian aku pantas untuk bahagia, bagi kalian air mataku terlalu berharga tapi apa kalian pernah melihatnya menangis karena sifatku atau karena kesalahanku? Tidak! Karena aku wanita dan dia laki-laki, aku tidak bisa menyimpan semua sedih hati sendiri aku butuh teman berbagi dan akhirnya satu dunia mengetahui itu. Mungkin bahagia yang aku cari adalah salah dimata kalian, mungkin dibelakangku kalian akan mengumpat tapi biarkan aku menikmati ini, menikmati ini sebagai beban yang indah. Karena aku mencintai tanpa syarat, aku mencintai dia apa adanya.
Bagi kalian dia adalah manusia yang aneh, yang selfish, yang annoying, yang freak, yang ansos. Itu bagi kalian, karena kalian hanya dikasih bagian luarnya saja, makanya itu ada pepatah bilang "don't judge book by the cover". Beratus hari aku lewati dengannya, memahaminya butuh waktu dan aku mengerti apa yang membuat dia begini dan itu adalah hal yang paling rahasia yang tak mungkin aku katakan. Aku mengasihi kalian, urusan kalian tak pernah ku usik maka biarkan aku menentukan bahagiaku. Karena sangat tidak mungkin aku mengulang semua hal yang baru lagi dengan orang yang baru, karena bagiku itu terlalu membuang-buang waktu.
Memang benar jodoh itu di tangan Tuhan, tapi hati kecil ini berkata ini adalah akhir aku mencari dan ini adalah teman minum teh soreku dan dia adalah orang yang sangat aku tunggu pulangnya di depan rumah.
Dia cuek tapi dia tau bagaimana menjagaku. Dia egois tapi dia tau bagaimana menjaga hati untuk wanitanya. Dia tidak akan berkata sayang kepada yang lain, dan diamku baginya selalu membuatnya gelisah. Dan yang paling aku kagumi dari dia adalah tentang kesetiannya.


Untuk kamu.
Maaf, aku egois dan tak memikirkan perasaanmu. Aku percaya cintamu tulus dan kamu berhak mendapatkan yang lebih untuk cintamu itu, tapi maaf bukan aku. Aku percaya diluar sana banyak sekali orang dan salah satu dari mereka sudah Tuhan siapkan untukmu. Berjanjilah untuk dirimu, bahwa aku adalah orang terakhir yang kesembilan kalinya engkau kecewakan dan khianati. Berjanjilah untuk setia karena setia itu mahal. Katamu aku adalah ketidak sengajaan yang selalu kamu semogakan, aku percaya waktu akan menghapus semuanya tentang aku darimu. Mungkin kamu akan bilang, aku pasti menyesal telah menyia-nyiakan cinta tulusmu, aku mohon maaf untuk itu tapi aku menunggunya tiga tahun yang lalu tapi kamu malah terlalu asik dengan duniamu, akan lebih menyesal lagi bila aku menyia-nyiakan seseorang yang tulus mencintaiku dan tau apa itu kata setia.

Dan untuk kamu yang sekarang bersamaku.
Terima kasih karena kamu masih mencintaiku, walau aku tau kamu akan seperti petasan yang siap di bakar dan meledak. Terima kasih karena kamu terlalu setia, hanya saja aku yang bodoh mencari sesuatu yang tidak seharusnya aku lakukan. Sama-sama kita belajar dan terus belajar. Teruslah semangat untuk menghalalkan aku, aku juga begitu. Genggam tanganku dan kita akan menikmati setiap jalan yang indah ini sampai kita akan berada di puncak dan melihat betapa indahnya semua yang pernah kita lewati. Di teras yang menghadap ke barat, dengan secangkir teh di tangan dan sambil menunggu senja akan ku habiskan setiap hariku denganmu seperti itu, mendengarmu bercerita tentang padatnya kerjaan di kantor, dan menggodamu sesekali agar kulihat wajah kaku yang berubah menjadi tawa. Akan kuceritakan setiap hal yang terjadi dihariku dan yang terjadi dirumah. Sambil menunggu senja akan ku genggam tanganmu dan membisikan perlahan bahwa aku mencintaimu dan terlalu beruntung bisa duduk di pangkuanmu dan merasa seperti anak kecil yang bermanja dipelukan ayahnya.
Aku menunggmu 8 tahun lagi, di Bali. Akan menjadi hari yang paling sempurna di sepanjang hidupku, melewati senja pertamaku dengan tanganmu menggenggamuku.

Masih dengan rasa yang sama untuk orang yang sama. Sejak juni 3 tahun lalu memanggilku lembut dengan panggilan sayang. Aku mengasihimu, dan untuk ini aku mohon Tuhan mengaminkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar