Sabtu, 28 Mei 2016

Karena Aku Percaya

Ini tentang sebuah perenungan.
Bahwa hidup sudah ada yang mengatur kita hanya menjalani dan menikmati. Bukan hidup namanya jika tidak ada namanya jatuh dan bangun, bukan hidup namanya kalau di sela tawa selalu ada air mata, bukan hidup namanya kalau tidak ada susah di balik kesenangan, bukan hidup namanya kalau di setiap keberhasilan ada usaha yang tertatih-tatih, dan bukan hidup namanya kalau tidak pernah memaknai.

Saya adalah seorang perempuan berusia 19 tahun, yang sedang menulis ini. Saya adalah orang yang sulit berbicara, bukan gagu atau bisu tapi saya lebih senang menulis dan berbicara hanya seperlunya kepada orang yang baru kenal dan tidak terlalu dekat lalu berbicara sampai tidak kenal lelah kepada orang yang sudah saya masukkan ke dalam list orang-orang terdekat saya.

Saya adalah seorang kristen dari kecil. Mama saya pendeta, dan dari keluarga pendeta juga, ayah saya juga adalah seorang kristen yang sangat patuh, keluarganya juga demikian. Bukan mau berbicara soal agama, hanya saja ini sebuah perenungan diri yang tiba-tiba terlintas di kepala setelah selesai dari kamar mandi.

Saya mahasiswi salah satu universitas swasta di Jakarta, saya angkatan 2012.
Begini, kalau menurut aturan yang sebenarnya harusnya sekarang saya sudah harus koas dan sudah bersnell pendek hanya saja karena saya terlalu banyak main di awal akhirnya saya harus menunggu 4 bulan lagi untuk semua itu. Yap, penyesalan itu selalu datang dari belakang kalo datangnya di depan itu namanya pendaftaran bukan?

Saya punya sedikit cerita tentang hubungan saya dengan Tuhan, betapa jauhnya saya dari Dia dan betapa sombongnya saya membanggakan kemampuan diri sendiri tanpa melibatkan Tuhan. Itu bermula dari awal tahun 2014, saat mama saya kembali ke pangkuan Bapa. Saya marah, saya benci, saya menyalahkan Tuhan. Saya ke gereja ya ngasal aja, yang penting ke gereja biar papa senang udah itu doang motivasi saya, bukan untuk mencari Tuhan dan mencari kedamaian yang ada di dalam dia, tapi hanya sebagai rutinitas di hari minggu - sekali lagi biar papa senang.
Saya akan berdoa kalau saya ingat, saya baru mau berdoa saat saya dalam keadaan sangat sulit sekali dan sudah tidak mampu lagi, tapi saat semua yang saya mau dapat ya saya kembali lagi seperti semula. Mencari Tuhan itu nomor sekian, yang sekarang itu puas-puasin aja dulu, ngisi masa muda dengan hal-hal yang baru yang menyenangkan.
Setiap pagi papa selalu kirim firman Tuhan, papa selalu telfon dan di akhir telfon papa selalu bilang "kaka ingat, doa itu lebih penting dari segalanya, kaka ga bisa ngandalin kemampuan pribadi, kaka ga bisa ngarepin papa sama mama berdoa terus, kaka udah gede udah terima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat hidup kaka jadi kaka harus lebih berpasrah pada Tuhan Yesus. Papa sama mama berhasil sampe kayak sekarang bukan karena papa dan mama hebat, tapi karena Tuhan Yesus" kalimat itu selalu di ulang sepanjang hari papa telfon, seberapa banyak kali papa telfon sebanyak itu juga saya mendengar kalimat itu, sampai-sampai saya sudah hafal kalimatnya.
Saya masih menikmati masa-masa muda saya yang menurut saya itu indah. Dengan kemampuan sendiri tentunya.

Sampai akhirnya saya menjadi mahasiswa semester akhir. Disitu awal desember, saya di ajak ke sebuah club gereja oleh seorang teman saya. Awalnya cuma iseng, yaudah pergi aja daripada gabut di kamar?
Akhirnya saya pergi, awalnya yang begitu feelnya masih yaudah ini cuma rutinitas biasa datang nyanyi, doa, dengar khotbah, ngasih persembahan, udah pulang. Kelar. Cuma itu yang ada di pikiran saya setiap pergi kesana. Ga ada perubahan apa-apa, sampai saya harus ikut Semester Pendek. Oke, sekali lagi Tuhan membuat rencana yang sudah saya susun rapih berantakan. Marah? Iya tapi tidak semarah saya waktu dulu.
Anw, yang masalah mama pergi saya sudah mulai belajar berdamai dengan keadaan dan mulai menerima semuanya dan menjadikan itu motivasi untuk bisa ngebahagiain mama tapi masih tetap dengan prinsip saya yang dulu kepada Tuhan, ke gereja itu rutinitas biar papa senang.
Lanjut cerita, saya SP dan disitu saya mulai tergerak untuk membuka alkitab. Oleh seorang teman saya yang ngepost fotonya di instagram, ayat firman Tuhan "dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatan" saya ga langsung skip itu foto, saya ngeliatin aja terus dan ngulang-ngulang terus sampai saya tergerak dan membuka ayat firman itu. Sehabis saya membaca saya merenungi firman itu, diam dan itu sudah larut malam kira-kira pukul 2 subuh, saya sendiri di kamar dan seolah-olah kalimat itu terus terngiang di kepala saya, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatan. Sebelum tidur saya doa, dan ya itu adalah doa saya yang terlama dan sangat khusyuk dan sangat sungguh-sungguh dan sangat berpasrah buat Tuhan setelah hampir 2 tahun saya hilang dari jalurNya. Hari itu saya bilang sama Tuhan, Tuhan ini hidup saya pakailah sesuai rencanaMu saya serahkan semuanya kedalam tangan Tuhan dan biarlah kehendakMu jadi dalam hidup saya. Saya tertidur.
Paginya saya bangun dengan semangat yang beda, jauh beda dari hari kemarin rasanya seperti menjadi kemasan lama tapi isinya baru.
Tapi setelah itu bukan berarti saya lepas dari masalah, justru masalah datang bertubi-tubi dan saya memilih kalah. Saya kembali ke anggapan saya yang awal, percuma percaya dan tenang karena yang saya dapat adalah susah, duka, air mata, masalah percuma. Saya kembali ke diri saya yang dulu.

Saya menikmati semua yang dunia tawarkan kepada saya. Sampai SP saya tidak lulus, yep. Tidak perlu dibilang lagi tentu saya marah dan saya memilih pergi dan menyendiri di daerah pantai kebetulan hari itu saya lagi pulang ke Ambon. Saya duduk dan menatap senja, itu adalah rutinitas saya setiap sore kalau kangen mama dan punya banyak masalah.
Satu masalah datang dan datang lagi. Kali ini saya dihadapkan dengan papa yang marah-marah, udah biasa sebenarnya ngeliat papa marah tapi karena saya memang orangnya perasa dan kebetulan saya ada masalah juga maka habislah sudah, saya menjadi anak yang tidak pernah ada di rumah saya selalu keluyuran, kalaupun saya dirumah saya akan bersama teman-teman saya sampai pagi subuh. Tidak ada waktu saya bersama papa dan adik saya, setiap mau keluar dengan papa dan adik saya, saya akan memilih untuk bersama dengan mereka beberapa jam dan menghabiskan banyak waktu dengan teman-teman saya. Ya tentu saja saya lupa Tuhan itu dimana.

Oh sebelum lanjut saya mau menceritakan sesuatu. Saya punya pacar yang sudah berjuta-juta kali saya ceritakan di post-post saya sebelumnya. Dia yang hampir 3 tahun menemani saya. Singkat cerita, dia sedang terminal hari itu dan dia sibuk sangat sibuk kalau tidak di hubungi dulu dan di marahi dulu dia tidak akan pernah sadar saya ada, saya membiarkannya terus dan mencoba untuk tidak peduli dengan dia saya mencoba untuk bersikap dewasa tapi ya sebenarnya saat seperti itu saya membutuhkan dia. Dia lulus terminal dan hari itu saya sedang ada masalah di rumah, saya menyendiri di pojok rumah dan mendengar dia berteriak senang di ujung telfon sana, bahagia saya hari itu rasanya tidak seperti biasa saya tertawa seperti tidak ikhlas memberikan semangat buat dia tapi rasanya saya tidak ingin. Karena saya sebenarnya membutuhkan dia, tapi dia sibuk dan saya memilih untuk menyimpannya sendiri.
Karena dia terlalu sibuk akhirnya ada seseorang yang datang dari masa lalu saya dan mencoba menjadi hero disini, dia datang dengan semua hal yang saya perlukan seolah dia yang paling tau apa yang sedang saya rasakan. Dia memberikan semua hal yang saya rindukan dan saya butuhkan. Saya menikmati ini dan terlalu menikmati. Tanpa memikirkan semua hal yang ada di dalam otak saya, saya dibuatnya larut dalam kesenangan yang ia tawarkan. Tidak ada kesedihan yang ia sajikan hanya ada tawa dan bahagia yang ia izinkan datang di wajah saya. Saya bahagia? Terlalu bahagia! Awalnya saya pikir nanti saat balik ke Jakarta saya tidak akan melanjutkan hal gila ini lagi, tapi ternyata yang ia tawarkan semuanya terlalu manis sampai akhirnya saya ketahuan. Sebelumnya di Ambon dulu sudah ketahuan tapi karena percaya dan cintanya dia kepada saya dia memaafkan dan menerima kembali. Seminggu setelahnya saya ke Jakarta, itu hari minggu dan saya ketahuan lagi, bodoh? Iya. Mungkin saya bermain terlalu kelihatan hahaha itu 4 jam saya menangis didepannya dan menangis sampai air mata sudah habis dan semua make up saya hilang dari wajah saya. Belum sampai disitu 2 hari setelahnya kita putus, dan ini benar-benar putus. Dan itu adalah minggu-minggu mau ujian, saya pulang dan yap, saya bingung sebingung-bingungnya.
Yang namanya putus cinta begini rasanya, apa-apa tidak ada yang mau dilakukan. Makan saja saya malas dan akhirnya saya masuk rumah sakit. Ulkus peptikum, infeksi saluran kemih itu diagnosis penyakit saya. Hebat kan? Hahaha dan sepanjang di rumah sakit itu banyak yang datang mendoakan dan saya baru berdoa kalau mereka berdoa. Hari pertama dan kedua di rumah sakit pacar saya yang memutuskan saya 2 hari yang lalu itu datang terus sehabis dari rumah sakit, dia sudah padas hari itu. Setiap malam dia menjaga dan hari ketiga saat papa saya datang dia tidak pernah datang lagi, menanyakan kabar saja tidak. Dia memang begitu orangnya, sekali marah dan tidak peduli maka selama itu juga jangan pernah berharap apa-apa dari dia. Dia baru menanyakan kabar lagi setelah saya keluar dari rumah sakit di hari ketujuh. Hanya sekilas dan sudah selesai. Tidak ada kabar apa-apa lagi. Tapi saya tidak semudah itu menyerah, karena hati kecil saya selalu betul dan saya yakin itu batin saya. Setiap pagi saya memberi salam, menanyakan kabar, mengingatkan makan, begitu terus setiap hari.
Sampai di titik ini saya rasanya seperti telur di ujung tanduk. Waktu itu mau ujian-ujian dan keadaan saya belum pulih benar.
Orang akan berkata saya gila, iya benar saya gila tapi dibalik kata gila itu mereka berkata kalau kamu yakin ya kejar saja selama masih bisa.
Sampai disini saya ketemu sebuah post sahabat lama mama saya, kebetulan beliau adalah seorang pendeta di Malang. Saya message beliau via facebook, saya menelfon beliau dan menceritakan semuanya. Sama seperti yang mama bilang, katanya "untuk sebuah kasih ada harganya, untuk sebuah yang indah ada harganya terserah kita mau membayar mahal untuk yang indah itu atau pergi. Kalau memang yakin ya selesaikan. Hati manusia itu bisa keras tapi sekeras apapun hatinya, dia ciptaan Tuhan minta Tuhan bantu dan kasih roh kudus biarkan roh kudus yang berperkara di dalam dia, setiap kamu mau SMS dia berdoa dan katakan pada Tuhan semua yang kamu mau lakukan." Entah mengapa saat telfon di tutup saya mendapat SMS dari seorang pendeta yang selalu melayani keluarga kami sedari mama masih hidup, akhirnya saya menelfon beliau dan meminta didoakan tentang masalah saya dan masalah pribadi saya dengan Tuhan, masa depan saya semua pergumulan kuliah saya. Selesai di doakan, saya menghubungi dia dan walau singkat di balas tapi saya bahagia.
Semua orang yang saya bilang, kalimatnya selalu sama. Sekeras apapun hati dia, mungkin dia adalah manusia yang pake logika tapi dia adalah ciptaan Tuhan dan biarkan Tuhan yang terus berperkara atas dia, jangan berhenti mendoakan hubungan kalian dan masa depan perkuliahan kalian juga orang tua dan semua orang.
Ini disebut titik balik? Belum.
Saya masih merasa khawatir dan takut.
Sampai suatu hari teman saya menghubungi saya, saya cerita semua yang terjadi dari awal sampai sekarang, sedetail-detailnya. Dia adalah teman saya dari semester satu, kita sahabatan tapi saya tidak pernah menceritakan semua masalah saya secara lumrah kemereka saya perlu waktu untuk bisa percaya dan bercerita. Akhirnya saya bilang ke dia, saya mau doa bareng. Kita atur waktu, dan saya ke kostan dia. Kita doa bareng, ga nangis tapi terharu udah lama banget saya pergi jauh dari rumah, sudah lama sekali saya tutup kuping, sudah lama sekali saya selalu merasa hebat.
Kita doa dan saya pulang. Pulang dengan perasaan yang jauh lebih tenang daripada hari itu saya mendapat ayat di postingan teman saya di instagram.
Saya pulang sebagai anak yang tinggal tenang dalam janji Tuhan, saya pulang sebagai anak bukan hamba, saya pulang dengan perasaan bahwa Tuhan adalah bagian saya dan bagian saya adalah sukacita karena Tuhan menjanjikan itu.
Ini rasanya tinggal tenang dan percaya terletak kekuatan. Saya berpasrah, biarlah kehendak Tuhan yang jadi dalam hidup saya.
Oh iya, setelah saya doa bersama itu saya langsung menghubungi mantan pacar saya itu, saya bilang ke dia hari ini saya melepaskanmu pergi, saya merelakanmu pergi karena saya sudah cukup tau diri, saya berterima kasih kepada dia dan saya hapus semua chat dan semua hal tentang dia di handphone saya. Bukan karena saya menyerah, tapi saya berpasrah pada rancangan Tuhan buat hidup saya, kalau memang benar dia adalah jodoh saya dia akan kembali dengan cara yang tidak pernah saya duga sekalipun. Saya menjalani hari seperti biasa, walaupun saya sudah merelakan dia tapi ada kadangkala saya menanyakan kabar dia seperti biasa, hanya sebatas itu dan see, saya tidak baper seperti sebelum saya berpasrah pada rancangan Tuhan. Saya mulai menganggap dia adalah teman, teman yang baik. Oh iya, hari itu setelah saya menghubungi dia dan merelakan dia ada satu balasan dari dia yang merasa saya lega untuk pergi, dia bilang jang marah beta e (maafkan saya).
Saya merelakan bukan berarti saya berhenti untuk berdoa, setiap dalam doa malam saya dan doa pagi saya selalu saya selipkan nama dia, saya bilang ke Tuhan "Tuhan kalau memang ini adalah takdirku maka Tuhan akan membuat semuanya indah dan tepat pada waktunya, Tuhan tau perasaan saya dan Tuhan tau bahkan lebih dari yang saya tau jika memang dia adalah milikku maka Tuhan akan mengembalikan dia dengan cara yang paling indah. Dia akan kembali dengan kemasan lama isi baru, saya akan mendapat bonus pacar saya kembali dan dia kembali dengan semua sifat lamanya yang ditinggalkan" setiap saat doa saya selalu begitu.
Lalu sampai akhirnya saya pergi ke club, itu hari jumat dan hujan. Saya menjalani semuanya seperti biasa dan belajar beradaptasi tanpa dia.Tapi sebelum pergi ke club saya membuat janji dengan dia untukmengambil laptop saya, itu membutuhkan keberanian dan keikhlasan yang luar biasa sejujurnya. Akhirnya saya memberanikan diri untuk pergi, sampai di sana entah kenapa dengan wajah yang ngantuk dia membuka pintu dengan wajah yang terlihat merindukan sesuatu. Saya masuk dan duduk lalu menunggu dia bangun dari tidur, benar-benar bangun maksud saya. Saya yang sedang duduk kaget karena dia yang bangun dan membuat seolah-olah seperti biasa, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa diantara kita. Saya merindukan semua ini Tuhan, batin saya. Saya merindukan ini. Lalu di akhirnya kita sama-sama meminta maaf. Sebelumnya saya mengajak dia pergi nonton dengan sedikit rayuan juga tentuya.
Saya mendapat semua yang saya inginkan satu per satu. Ini hidup yang benar dan harus mengucap syukur untu itu.
Ujian-ujian saya berjalan lancar dan kelulusan selalu berpihak pada saya.
Ini hidup yang saya mau. Dan benar adanya dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatan.

Ini cerita saya.
Saya cuma mau bilang, Tuhan itu tidak pernah mengizinkan semua yang tidak baik terjadi dalam hidup kita karena Tuhan sendiri yang berjanji bukan rancangan kecelakaa yang Ku berikan kepadamu tapi rancangan damai sejahtera. Tuhan tidak pernah mengizinkan air mata, duka, susah datang menghampiri kita hanya kita sendiri yang membuatnya datang ke hidup kita. Kalau saja kita tidak terlena dengan apa yang dunia tawarkan tapi mau lebih berpasrah diri dalam rancangan Tuhan maka semua yang kita terima adalah sukacita. Dan kalaupun masalah itu datang, ia takan pernah melebihi kekuatan kita karena itu Tuhan yang janji kalau Ia akan menyertai sampai akhir zaman.
Percaya pada Tuhan, dan semua yang terjadi dalam hidup kita akan baik adanya.
Percaya janjiNya dan kita akan menerima berkatNya yang tak pernah akan habis.
Bagian saya dan kamu adalah sukacita. karena kita adalah anak bukan hamba, Kalau orang tua kita di dunia saja bisa memberikan semua yang kita mau apalagi Bapa kita di Surga. Ia mampu melakukan semua, dan semua yang Ia lakukan adalah berhasil.
Mungkin sekarang ada di antara kalian yang merasa kesepian, merasa marah, merasa hidup ini tidak adil atau apapun masalah kalian, percayalah kalian sudah dimenangkan di tiang kayu salib dan kalian hanya perlu tenang dan menikmati janjiNya. Saya masih terus belajar untuk berpasrah kepada Tuhan karena tanpa Dia kita bukan apa-apa. Serahkan semua kekuatiran kita tentang hidup ini kepada Tuhan, Dia Allah yang mendengarkan dan akan bertindak dan sekali lagi waktuNya takan pernah terlambat, Ia takan membiarkan kita terjatuh sampai tergeletak.
Percayalah diam dalam janji Tuhan itu indah.
Saya menulis ini sembari membayangkan semua yang indah yang akan saya dapatkan di depan, bukan hanya membayangkan tapi terus berusaha karena niat dan usaha itu harus berbanding lurus.
Sambil terus menyemangati diri sendiri kalau september itu tidak lama, dan saya akan keluar dan menjadi pemenang. Jesus Bless you alll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar