Sabtu, 28 Mei 2016

Karena Aku Percaya

Ini tentang sebuah perenungan.
Bahwa hidup sudah ada yang mengatur kita hanya menjalani dan menikmati. Bukan hidup namanya jika tidak ada namanya jatuh dan bangun, bukan hidup namanya kalau di sela tawa selalu ada air mata, bukan hidup namanya kalau tidak ada susah di balik kesenangan, bukan hidup namanya kalau di setiap keberhasilan ada usaha yang tertatih-tatih, dan bukan hidup namanya kalau tidak pernah memaknai.

Saya adalah seorang perempuan berusia 19 tahun, yang sedang menulis ini. Saya adalah orang yang sulit berbicara, bukan gagu atau bisu tapi saya lebih senang menulis dan berbicara hanya seperlunya kepada orang yang baru kenal dan tidak terlalu dekat lalu berbicara sampai tidak kenal lelah kepada orang yang sudah saya masukkan ke dalam list orang-orang terdekat saya.

Saya adalah seorang kristen dari kecil. Mama saya pendeta, dan dari keluarga pendeta juga, ayah saya juga adalah seorang kristen yang sangat patuh, keluarganya juga demikian. Bukan mau berbicara soal agama, hanya saja ini sebuah perenungan diri yang tiba-tiba terlintas di kepala setelah selesai dari kamar mandi.

Saya mahasiswi salah satu universitas swasta di Jakarta, saya angkatan 2012.
Begini, kalau menurut aturan yang sebenarnya harusnya sekarang saya sudah harus koas dan sudah bersnell pendek hanya saja karena saya terlalu banyak main di awal akhirnya saya harus menunggu 4 bulan lagi untuk semua itu. Yap, penyesalan itu selalu datang dari belakang kalo datangnya di depan itu namanya pendaftaran bukan?

Saya punya sedikit cerita tentang hubungan saya dengan Tuhan, betapa jauhnya saya dari Dia dan betapa sombongnya saya membanggakan kemampuan diri sendiri tanpa melibatkan Tuhan. Itu bermula dari awal tahun 2014, saat mama saya kembali ke pangkuan Bapa. Saya marah, saya benci, saya menyalahkan Tuhan. Saya ke gereja ya ngasal aja, yang penting ke gereja biar papa senang udah itu doang motivasi saya, bukan untuk mencari Tuhan dan mencari kedamaian yang ada di dalam dia, tapi hanya sebagai rutinitas di hari minggu - sekali lagi biar papa senang.
Saya akan berdoa kalau saya ingat, saya baru mau berdoa saat saya dalam keadaan sangat sulit sekali dan sudah tidak mampu lagi, tapi saat semua yang saya mau dapat ya saya kembali lagi seperti semula. Mencari Tuhan itu nomor sekian, yang sekarang itu puas-puasin aja dulu, ngisi masa muda dengan hal-hal yang baru yang menyenangkan.
Setiap pagi papa selalu kirim firman Tuhan, papa selalu telfon dan di akhir telfon papa selalu bilang "kaka ingat, doa itu lebih penting dari segalanya, kaka ga bisa ngandalin kemampuan pribadi, kaka ga bisa ngarepin papa sama mama berdoa terus, kaka udah gede udah terima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat hidup kaka jadi kaka harus lebih berpasrah pada Tuhan Yesus. Papa sama mama berhasil sampe kayak sekarang bukan karena papa dan mama hebat, tapi karena Tuhan Yesus" kalimat itu selalu di ulang sepanjang hari papa telfon, seberapa banyak kali papa telfon sebanyak itu juga saya mendengar kalimat itu, sampai-sampai saya sudah hafal kalimatnya.
Saya masih menikmati masa-masa muda saya yang menurut saya itu indah. Dengan kemampuan sendiri tentunya.

Sampai akhirnya saya menjadi mahasiswa semester akhir. Disitu awal desember, saya di ajak ke sebuah club gereja oleh seorang teman saya. Awalnya cuma iseng, yaudah pergi aja daripada gabut di kamar?
Akhirnya saya pergi, awalnya yang begitu feelnya masih yaudah ini cuma rutinitas biasa datang nyanyi, doa, dengar khotbah, ngasih persembahan, udah pulang. Kelar. Cuma itu yang ada di pikiran saya setiap pergi kesana. Ga ada perubahan apa-apa, sampai saya harus ikut Semester Pendek. Oke, sekali lagi Tuhan membuat rencana yang sudah saya susun rapih berantakan. Marah? Iya tapi tidak semarah saya waktu dulu.
Anw, yang masalah mama pergi saya sudah mulai belajar berdamai dengan keadaan dan mulai menerima semuanya dan menjadikan itu motivasi untuk bisa ngebahagiain mama tapi masih tetap dengan prinsip saya yang dulu kepada Tuhan, ke gereja itu rutinitas biar papa senang.
Lanjut cerita, saya SP dan disitu saya mulai tergerak untuk membuka alkitab. Oleh seorang teman saya yang ngepost fotonya di instagram, ayat firman Tuhan "dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatan" saya ga langsung skip itu foto, saya ngeliatin aja terus dan ngulang-ngulang terus sampai saya tergerak dan membuka ayat firman itu. Sehabis saya membaca saya merenungi firman itu, diam dan itu sudah larut malam kira-kira pukul 2 subuh, saya sendiri di kamar dan seolah-olah kalimat itu terus terngiang di kepala saya, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatan. Sebelum tidur saya doa, dan ya itu adalah doa saya yang terlama dan sangat khusyuk dan sangat sungguh-sungguh dan sangat berpasrah buat Tuhan setelah hampir 2 tahun saya hilang dari jalurNya. Hari itu saya bilang sama Tuhan, Tuhan ini hidup saya pakailah sesuai rencanaMu saya serahkan semuanya kedalam tangan Tuhan dan biarlah kehendakMu jadi dalam hidup saya. Saya tertidur.
Paginya saya bangun dengan semangat yang beda, jauh beda dari hari kemarin rasanya seperti menjadi kemasan lama tapi isinya baru.
Tapi setelah itu bukan berarti saya lepas dari masalah, justru masalah datang bertubi-tubi dan saya memilih kalah. Saya kembali ke anggapan saya yang awal, percuma percaya dan tenang karena yang saya dapat adalah susah, duka, air mata, masalah percuma. Saya kembali ke diri saya yang dulu.

Saya menikmati semua yang dunia tawarkan kepada saya. Sampai SP saya tidak lulus, yep. Tidak perlu dibilang lagi tentu saya marah dan saya memilih pergi dan menyendiri di daerah pantai kebetulan hari itu saya lagi pulang ke Ambon. Saya duduk dan menatap senja, itu adalah rutinitas saya setiap sore kalau kangen mama dan punya banyak masalah.
Satu masalah datang dan datang lagi. Kali ini saya dihadapkan dengan papa yang marah-marah, udah biasa sebenarnya ngeliat papa marah tapi karena saya memang orangnya perasa dan kebetulan saya ada masalah juga maka habislah sudah, saya menjadi anak yang tidak pernah ada di rumah saya selalu keluyuran, kalaupun saya dirumah saya akan bersama teman-teman saya sampai pagi subuh. Tidak ada waktu saya bersama papa dan adik saya, setiap mau keluar dengan papa dan adik saya, saya akan memilih untuk bersama dengan mereka beberapa jam dan menghabiskan banyak waktu dengan teman-teman saya. Ya tentu saja saya lupa Tuhan itu dimana.

Oh sebelum lanjut saya mau menceritakan sesuatu. Saya punya pacar yang sudah berjuta-juta kali saya ceritakan di post-post saya sebelumnya. Dia yang hampir 3 tahun menemani saya. Singkat cerita, dia sedang terminal hari itu dan dia sibuk sangat sibuk kalau tidak di hubungi dulu dan di marahi dulu dia tidak akan pernah sadar saya ada, saya membiarkannya terus dan mencoba untuk tidak peduli dengan dia saya mencoba untuk bersikap dewasa tapi ya sebenarnya saat seperti itu saya membutuhkan dia. Dia lulus terminal dan hari itu saya sedang ada masalah di rumah, saya menyendiri di pojok rumah dan mendengar dia berteriak senang di ujung telfon sana, bahagia saya hari itu rasanya tidak seperti biasa saya tertawa seperti tidak ikhlas memberikan semangat buat dia tapi rasanya saya tidak ingin. Karena saya sebenarnya membutuhkan dia, tapi dia sibuk dan saya memilih untuk menyimpannya sendiri.
Karena dia terlalu sibuk akhirnya ada seseorang yang datang dari masa lalu saya dan mencoba menjadi hero disini, dia datang dengan semua hal yang saya perlukan seolah dia yang paling tau apa yang sedang saya rasakan. Dia memberikan semua hal yang saya rindukan dan saya butuhkan. Saya menikmati ini dan terlalu menikmati. Tanpa memikirkan semua hal yang ada di dalam otak saya, saya dibuatnya larut dalam kesenangan yang ia tawarkan. Tidak ada kesedihan yang ia sajikan hanya ada tawa dan bahagia yang ia izinkan datang di wajah saya. Saya bahagia? Terlalu bahagia! Awalnya saya pikir nanti saat balik ke Jakarta saya tidak akan melanjutkan hal gila ini lagi, tapi ternyata yang ia tawarkan semuanya terlalu manis sampai akhirnya saya ketahuan. Sebelumnya di Ambon dulu sudah ketahuan tapi karena percaya dan cintanya dia kepada saya dia memaafkan dan menerima kembali. Seminggu setelahnya saya ke Jakarta, itu hari minggu dan saya ketahuan lagi, bodoh? Iya. Mungkin saya bermain terlalu kelihatan hahaha itu 4 jam saya menangis didepannya dan menangis sampai air mata sudah habis dan semua make up saya hilang dari wajah saya. Belum sampai disitu 2 hari setelahnya kita putus, dan ini benar-benar putus. Dan itu adalah minggu-minggu mau ujian, saya pulang dan yap, saya bingung sebingung-bingungnya.
Yang namanya putus cinta begini rasanya, apa-apa tidak ada yang mau dilakukan. Makan saja saya malas dan akhirnya saya masuk rumah sakit. Ulkus peptikum, infeksi saluran kemih itu diagnosis penyakit saya. Hebat kan? Hahaha dan sepanjang di rumah sakit itu banyak yang datang mendoakan dan saya baru berdoa kalau mereka berdoa. Hari pertama dan kedua di rumah sakit pacar saya yang memutuskan saya 2 hari yang lalu itu datang terus sehabis dari rumah sakit, dia sudah padas hari itu. Setiap malam dia menjaga dan hari ketiga saat papa saya datang dia tidak pernah datang lagi, menanyakan kabar saja tidak. Dia memang begitu orangnya, sekali marah dan tidak peduli maka selama itu juga jangan pernah berharap apa-apa dari dia. Dia baru menanyakan kabar lagi setelah saya keluar dari rumah sakit di hari ketujuh. Hanya sekilas dan sudah selesai. Tidak ada kabar apa-apa lagi. Tapi saya tidak semudah itu menyerah, karena hati kecil saya selalu betul dan saya yakin itu batin saya. Setiap pagi saya memberi salam, menanyakan kabar, mengingatkan makan, begitu terus setiap hari.
Sampai di titik ini saya rasanya seperti telur di ujung tanduk. Waktu itu mau ujian-ujian dan keadaan saya belum pulih benar.
Orang akan berkata saya gila, iya benar saya gila tapi dibalik kata gila itu mereka berkata kalau kamu yakin ya kejar saja selama masih bisa.
Sampai disini saya ketemu sebuah post sahabat lama mama saya, kebetulan beliau adalah seorang pendeta di Malang. Saya message beliau via facebook, saya menelfon beliau dan menceritakan semuanya. Sama seperti yang mama bilang, katanya "untuk sebuah kasih ada harganya, untuk sebuah yang indah ada harganya terserah kita mau membayar mahal untuk yang indah itu atau pergi. Kalau memang yakin ya selesaikan. Hati manusia itu bisa keras tapi sekeras apapun hatinya, dia ciptaan Tuhan minta Tuhan bantu dan kasih roh kudus biarkan roh kudus yang berperkara di dalam dia, setiap kamu mau SMS dia berdoa dan katakan pada Tuhan semua yang kamu mau lakukan." Entah mengapa saat telfon di tutup saya mendapat SMS dari seorang pendeta yang selalu melayani keluarga kami sedari mama masih hidup, akhirnya saya menelfon beliau dan meminta didoakan tentang masalah saya dan masalah pribadi saya dengan Tuhan, masa depan saya semua pergumulan kuliah saya. Selesai di doakan, saya menghubungi dia dan walau singkat di balas tapi saya bahagia.
Semua orang yang saya bilang, kalimatnya selalu sama. Sekeras apapun hati dia, mungkin dia adalah manusia yang pake logika tapi dia adalah ciptaan Tuhan dan biarkan Tuhan yang terus berperkara atas dia, jangan berhenti mendoakan hubungan kalian dan masa depan perkuliahan kalian juga orang tua dan semua orang.
Ini disebut titik balik? Belum.
Saya masih merasa khawatir dan takut.
Sampai suatu hari teman saya menghubungi saya, saya cerita semua yang terjadi dari awal sampai sekarang, sedetail-detailnya. Dia adalah teman saya dari semester satu, kita sahabatan tapi saya tidak pernah menceritakan semua masalah saya secara lumrah kemereka saya perlu waktu untuk bisa percaya dan bercerita. Akhirnya saya bilang ke dia, saya mau doa bareng. Kita atur waktu, dan saya ke kostan dia. Kita doa bareng, ga nangis tapi terharu udah lama banget saya pergi jauh dari rumah, sudah lama sekali saya tutup kuping, sudah lama sekali saya selalu merasa hebat.
Kita doa dan saya pulang. Pulang dengan perasaan yang jauh lebih tenang daripada hari itu saya mendapat ayat di postingan teman saya di instagram.
Saya pulang sebagai anak yang tinggal tenang dalam janji Tuhan, saya pulang sebagai anak bukan hamba, saya pulang dengan perasaan bahwa Tuhan adalah bagian saya dan bagian saya adalah sukacita karena Tuhan menjanjikan itu.
Ini rasanya tinggal tenang dan percaya terletak kekuatan. Saya berpasrah, biarlah kehendak Tuhan yang jadi dalam hidup saya.
Oh iya, setelah saya doa bersama itu saya langsung menghubungi mantan pacar saya itu, saya bilang ke dia hari ini saya melepaskanmu pergi, saya merelakanmu pergi karena saya sudah cukup tau diri, saya berterima kasih kepada dia dan saya hapus semua chat dan semua hal tentang dia di handphone saya. Bukan karena saya menyerah, tapi saya berpasrah pada rancangan Tuhan buat hidup saya, kalau memang benar dia adalah jodoh saya dia akan kembali dengan cara yang tidak pernah saya duga sekalipun. Saya menjalani hari seperti biasa, walaupun saya sudah merelakan dia tapi ada kadangkala saya menanyakan kabar dia seperti biasa, hanya sebatas itu dan see, saya tidak baper seperti sebelum saya berpasrah pada rancangan Tuhan. Saya mulai menganggap dia adalah teman, teman yang baik. Oh iya, hari itu setelah saya menghubungi dia dan merelakan dia ada satu balasan dari dia yang merasa saya lega untuk pergi, dia bilang jang marah beta e (maafkan saya).
Saya merelakan bukan berarti saya berhenti untuk berdoa, setiap dalam doa malam saya dan doa pagi saya selalu saya selipkan nama dia, saya bilang ke Tuhan "Tuhan kalau memang ini adalah takdirku maka Tuhan akan membuat semuanya indah dan tepat pada waktunya, Tuhan tau perasaan saya dan Tuhan tau bahkan lebih dari yang saya tau jika memang dia adalah milikku maka Tuhan akan mengembalikan dia dengan cara yang paling indah. Dia akan kembali dengan kemasan lama isi baru, saya akan mendapat bonus pacar saya kembali dan dia kembali dengan semua sifat lamanya yang ditinggalkan" setiap saat doa saya selalu begitu.
Lalu sampai akhirnya saya pergi ke club, itu hari jumat dan hujan. Saya menjalani semuanya seperti biasa dan belajar beradaptasi tanpa dia.Tapi sebelum pergi ke club saya membuat janji dengan dia untukmengambil laptop saya, itu membutuhkan keberanian dan keikhlasan yang luar biasa sejujurnya. Akhirnya saya memberanikan diri untuk pergi, sampai di sana entah kenapa dengan wajah yang ngantuk dia membuka pintu dengan wajah yang terlihat merindukan sesuatu. Saya masuk dan duduk lalu menunggu dia bangun dari tidur, benar-benar bangun maksud saya. Saya yang sedang duduk kaget karena dia yang bangun dan membuat seolah-olah seperti biasa, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa diantara kita. Saya merindukan semua ini Tuhan, batin saya. Saya merindukan ini. Lalu di akhirnya kita sama-sama meminta maaf. Sebelumnya saya mengajak dia pergi nonton dengan sedikit rayuan juga tentuya.
Saya mendapat semua yang saya inginkan satu per satu. Ini hidup yang benar dan harus mengucap syukur untu itu.
Ujian-ujian saya berjalan lancar dan kelulusan selalu berpihak pada saya.
Ini hidup yang saya mau. Dan benar adanya dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatan.

Ini cerita saya.
Saya cuma mau bilang, Tuhan itu tidak pernah mengizinkan semua yang tidak baik terjadi dalam hidup kita karena Tuhan sendiri yang berjanji bukan rancangan kecelakaa yang Ku berikan kepadamu tapi rancangan damai sejahtera. Tuhan tidak pernah mengizinkan air mata, duka, susah datang menghampiri kita hanya kita sendiri yang membuatnya datang ke hidup kita. Kalau saja kita tidak terlena dengan apa yang dunia tawarkan tapi mau lebih berpasrah diri dalam rancangan Tuhan maka semua yang kita terima adalah sukacita. Dan kalaupun masalah itu datang, ia takan pernah melebihi kekuatan kita karena itu Tuhan yang janji kalau Ia akan menyertai sampai akhir zaman.
Percaya pada Tuhan, dan semua yang terjadi dalam hidup kita akan baik adanya.
Percaya janjiNya dan kita akan menerima berkatNya yang tak pernah akan habis.
Bagian saya dan kamu adalah sukacita. karena kita adalah anak bukan hamba, Kalau orang tua kita di dunia saja bisa memberikan semua yang kita mau apalagi Bapa kita di Surga. Ia mampu melakukan semua, dan semua yang Ia lakukan adalah berhasil.
Mungkin sekarang ada di antara kalian yang merasa kesepian, merasa marah, merasa hidup ini tidak adil atau apapun masalah kalian, percayalah kalian sudah dimenangkan di tiang kayu salib dan kalian hanya perlu tenang dan menikmati janjiNya. Saya masih terus belajar untuk berpasrah kepada Tuhan karena tanpa Dia kita bukan apa-apa. Serahkan semua kekuatiran kita tentang hidup ini kepada Tuhan, Dia Allah yang mendengarkan dan akan bertindak dan sekali lagi waktuNya takan pernah terlambat, Ia takan membiarkan kita terjatuh sampai tergeletak.
Percayalah diam dalam janji Tuhan itu indah.
Saya menulis ini sembari membayangkan semua yang indah yang akan saya dapatkan di depan, bukan hanya membayangkan tapi terus berusaha karena niat dan usaha itu harus berbanding lurus.
Sambil terus menyemangati diri sendiri kalau september itu tidak lama, dan saya akan keluar dan menjadi pemenang. Jesus Bless you alll.

Sabtu, 21 Mei 2016

#2 hujan

Rasakanlah tiap rintik hujannya, sayang
Agar kau tau seberapa banyak aku mencintaimu

Cintaku setabah hujan di malam hari
Tetap turun ke bumi
Meski selalu tak menjanjikan pelangi

Rabu, 18 Mei 2016

Pulang

Cinta ini mengajariku untuk percaya pada hati dan bukan pada mata atau kata.
Dialah yang membuat aku percaya bahwa jalan menuju hatimu;
Setapak kecil yang katamu hampir tertutup ilalang itu,
Suatu hari nanti adalah jalan menuju rumahku.
Dan aku ingin mencintaimu sebagaimana orang mencintai pulang.
Begitulah cinta mengajariku untuk mencintaimu

Senin, 16 Mei 2016

Maaf, aku memilih untuk setia

Ada banyak cara Tuhan menghadirkan cinta. Mungkin ini adalah salah satunya. Jatuh cinta datang kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja. Karena jatuh cinta itu wajar dan lumrah.

Dan aku menyebut ini adalah penyesalan yang terlambat.
Cinta yang datang kali ini sungguh tidak kuduga dan tidak pernah terlintas, aku menunggunya tiga tahun yang lalu namun ia kembali disaat yang tidak tepat. Saya telah ada yang memiliki.

Hari terus berjalan dan kedekatan waktu dulu kembali hadir. Kenyamanan yang dia tawarkan sungguhlah indah, layaknya seorang ratu aku diperlakukan. Takan dia biarkan kesedihan menghampirku, yang ia hadirkan adalah kebahagiaan. Setiap hari adalah tawa yang ia janjikan, dan senyum manis yang ia tunggu sebagai balasan. Kekhawatirannya membuatku merasa ada arti saat cinta yang aku miliki sekarang perlahan menyibukkan diri dan bahkan tak peduli dengan hadirku. Aku menikmati "dosa" ini, dosa kecil yang indah menurutku. Tanpa ku pikirkan akan ada neraka besar menungguku.
Aku adalah perempuan paling bahagia di dunia ini, saat itu. Kebahagiaan bahkan iri kepadaku. Dibuatnya aku menjadi perempuan yang paling dijaga dari ujung rambut sampai telapak kaki, semua pintaku ia turuti, dan aku menikmati semua kebiasaan yang aku rindukan yang perlahan menghilang.
Sempat aku disadarkan sampai kapan akan menikmati ini? Tapi aku terlalu terlena dengan kenikmatan yang dihadirkan, aku 'bak dilegakan dahagaku dengan setiap perhatian dan kata manis yang diucapkan. Ini yang aku rindukan, batinku.

Lalu percakapan ditelfon kala itu membuatku kaget, "aku rela menjadi yang kedua, karena cintaku terlalu besar dan aku tidak akan mengalah sampai aku yang mendapatkanmu."

Sampai saat ini, aku tidak pernah bilang iya akan pernyataan cintanya yang terus ia katakan, karena aku sadar aku milik siapa sekarang dan kepada siapa cintaku kubagi dari kemarin-kemarin semenjak dia pergi meninggalkan luka.

Dulu, tiga tahun yang lalu. Dia pergi meninggalkan luka yang begitu dalam, membekas dan tak mungkin hilang. Untuk kesembilan kalinya aku dikecewakan, untuk kesembilan kalinya aku mencoba percaya dan disia-siakan.
Ku sebut kisah ini adalah penyesalan yang baru disadari. Aku menunggu cinta ini kembali tiga tahun yang lalu sebelum cinta yang lain datang dan menawarkan rumah yang baru untuk berteduh. Pundak yang dulu aku rindukan menjadi tempat bersandar menjauh pergi dan asik dengan cinta yang baru. Tangan yang selalu mengenggam dan menguatkan kini merenggang dan terkadang kulihat mengenggam tangan uang lain. Aku kembali karena aku percaya ada cinta yang masih bisa ku perjuangkan namun aku terlalu bodoh menjadi orang yang selalu rela dikecewakan, bagimu "ah balikan saja dengan dia. Dia adalah pemaaf, bagi dia kasih akan sesama jauh lebih penting daripada membenci, tak mungkin dia mendendam karena dia tidak dididik seperti itu."
Kamu begitu tau aku seperti apa orangnya. Kamu bahkan masih menghafal semua hal tentangku yang orang lain bahkan tidak tau. Engkau tau betapa aku mencintai ice cream vanilla dan membenci chocolate, engkau tau bahwa saat aku ada masalah yang aku butuhkan hanyalah teman cerita yang bisa dipercaya, engkau tau semua aib masa kecilku, engkau tau hari apa aku lahir dan jam berapa, engkau tau letak barang-barang dikamarku kalau berganti posisi, engkau bahkan mengafal tanggal datang bulanku. Engkau tau semua hal tentangku bahkan bagian terlemahku dan itu yang engkau pakai untuk mengecewakanku.

Aku merelakanmu pergi, sewaktu dia datang dan menawarkan rumah yang baru. Aku belajar mencintai dia dan perlahan melupakan semua hal manis denganmu. Aku menambal hati satu per satu seiring waktu berjalan. Sampai akhirnya aku berhasil merelakanmu. Aku merelakanmu pergi dan tak pernah terlintas dalam pikiranku bahwa kamu akan kembali, karena memikirkanmu saja aku tak sempat karena aku terlalu sibuk menulis cerita yang baru dan menyusun masa depanku.

Aku pernah bertemu denganmu sekali. Itupun hanya 3 menit saat kamu tak sengaja lewat depan rumah. Kamu dengan senyum manismu menyapaku lembut, hari itu baru aku sadar kita berteman disemua socmed selain facebook. Menanyakan kabar seperti biasa dan aku harus kembali ke tempat aku merantau. Itu adalah pertemuan terakhir kita.

Lalu kamu kembali datang menyapaku lagi. Dan kamu datang disaat yang tepat, saat aku sangat membutuhkan semua perhatian itu, dan kamu memberikannya.

Memang benar, sejauh apapun aku berbohong pasti akan ketahuan. Berakhir hubunganku dengan dia yang sekarang menemaniku. Hancur? Iya. Dan kesepian itu menyapaku, satu dari sekian hal yang paling aku benci.
Hari-hari yang aku jalani rasanya berat.
Dan aku berada pada keputusan untuk memilih setia walau aku tau setiaku nanti takan berbuah hasil. Aku mengenggam hati yang sepi sambil menunggu dia kembali. Ku sibukkan hari-hariku dengan aktifitas yang tidak kenal waktu. Namun tak bisa dipungkiri aku terkadang menjadi orang yang lemah dan memilih untuk menangisi kebodohan.

Aku tau cinta yang kau berikan jauh lebih besar dari yang dia berikan. Aku tau kau adalah lelaki yang nyaris sempurna, kau idaman semua wanita. Wanita mana yang tidak mau dengan lelaki berparas tampan, masa depannya jelas, baik, sering pelayanan di gereja, keluarganya selalu welcome dan ramah bahkan sudah dianggap anak sendiri? Tidak ada wanita yang tidak mau. Tapi aku memilih untuk setia.

Banyak teman-temanmu yang berkata aku adalah wanita yang bodoh menyia-nyiakanmu, banyak yang dari mereka yang bilang kita cocok, banyak yang berkata aku akan bahagia denganmu. Tapi kamu tau aku adalah orang yang sangat susah untuk percaya lagi kepada orang. Luka yang kau goreskan terlalu dalam dan aku akan berpikir kesekian kalinya untuk terluka lagi dan lagi.

Untuk kalian teman-temanku dan semua orang yang aku sayangi.
Kalian adalah orang yang Tuhan berikan untukku, kalian adalah anugerah dari Tuhan. Aku tau keputusanku untuk memilih setia adalah hal yang tabuh bagi kalian, bagi kalian aku pantas mendapatkan lebih dari dia. Bagi kalian aku adalah orang yang bodoh menyia-nyiakan cinta yang datang menghampiri karena aku terlalu memilih untuk setia dengan keyakinanku. Aku tau hubungan ini banyak yang menentang, karena bagi kalian aku pantas untuk bahagia, bagi kalian air mataku terlalu berharga tapi apa kalian pernah melihatnya menangis karena sifatku atau karena kesalahanku? Tidak! Karena aku wanita dan dia laki-laki, aku tidak bisa menyimpan semua sedih hati sendiri aku butuh teman berbagi dan akhirnya satu dunia mengetahui itu. Mungkin bahagia yang aku cari adalah salah dimata kalian, mungkin dibelakangku kalian akan mengumpat tapi biarkan aku menikmati ini, menikmati ini sebagai beban yang indah. Karena aku mencintai tanpa syarat, aku mencintai dia apa adanya.
Bagi kalian dia adalah manusia yang aneh, yang selfish, yang annoying, yang freak, yang ansos. Itu bagi kalian, karena kalian hanya dikasih bagian luarnya saja, makanya itu ada pepatah bilang "don't judge book by the cover". Beratus hari aku lewati dengannya, memahaminya butuh waktu dan aku mengerti apa yang membuat dia begini dan itu adalah hal yang paling rahasia yang tak mungkin aku katakan. Aku mengasihi kalian, urusan kalian tak pernah ku usik maka biarkan aku menentukan bahagiaku. Karena sangat tidak mungkin aku mengulang semua hal yang baru lagi dengan orang yang baru, karena bagiku itu terlalu membuang-buang waktu.
Memang benar jodoh itu di tangan Tuhan, tapi hati kecil ini berkata ini adalah akhir aku mencari dan ini adalah teman minum teh soreku dan dia adalah orang yang sangat aku tunggu pulangnya di depan rumah.
Dia cuek tapi dia tau bagaimana menjagaku. Dia egois tapi dia tau bagaimana menjaga hati untuk wanitanya. Dia tidak akan berkata sayang kepada yang lain, dan diamku baginya selalu membuatnya gelisah. Dan yang paling aku kagumi dari dia adalah tentang kesetiannya.


Untuk kamu.
Maaf, aku egois dan tak memikirkan perasaanmu. Aku percaya cintamu tulus dan kamu berhak mendapatkan yang lebih untuk cintamu itu, tapi maaf bukan aku. Aku percaya diluar sana banyak sekali orang dan salah satu dari mereka sudah Tuhan siapkan untukmu. Berjanjilah untuk dirimu, bahwa aku adalah orang terakhir yang kesembilan kalinya engkau kecewakan dan khianati. Berjanjilah untuk setia karena setia itu mahal. Katamu aku adalah ketidak sengajaan yang selalu kamu semogakan, aku percaya waktu akan menghapus semuanya tentang aku darimu. Mungkin kamu akan bilang, aku pasti menyesal telah menyia-nyiakan cinta tulusmu, aku mohon maaf untuk itu tapi aku menunggunya tiga tahun yang lalu tapi kamu malah terlalu asik dengan duniamu, akan lebih menyesal lagi bila aku menyia-nyiakan seseorang yang tulus mencintaiku dan tau apa itu kata setia.

Dan untuk kamu yang sekarang bersamaku.
Terima kasih karena kamu masih mencintaiku, walau aku tau kamu akan seperti petasan yang siap di bakar dan meledak. Terima kasih karena kamu terlalu setia, hanya saja aku yang bodoh mencari sesuatu yang tidak seharusnya aku lakukan. Sama-sama kita belajar dan terus belajar. Teruslah semangat untuk menghalalkan aku, aku juga begitu. Genggam tanganku dan kita akan menikmati setiap jalan yang indah ini sampai kita akan berada di puncak dan melihat betapa indahnya semua yang pernah kita lewati. Di teras yang menghadap ke barat, dengan secangkir teh di tangan dan sambil menunggu senja akan ku habiskan setiap hariku denganmu seperti itu, mendengarmu bercerita tentang padatnya kerjaan di kantor, dan menggodamu sesekali agar kulihat wajah kaku yang berubah menjadi tawa. Akan kuceritakan setiap hal yang terjadi dihariku dan yang terjadi dirumah. Sambil menunggu senja akan ku genggam tanganmu dan membisikan perlahan bahwa aku mencintaimu dan terlalu beruntung bisa duduk di pangkuanmu dan merasa seperti anak kecil yang bermanja dipelukan ayahnya.
Aku menunggmu 8 tahun lagi, di Bali. Akan menjadi hari yang paling sempurna di sepanjang hidupku, melewati senja pertamaku dengan tanganmu menggenggamuku.

Masih dengan rasa yang sama untuk orang yang sama. Sejak juni 3 tahun lalu memanggilku lembut dengan panggilan sayang. Aku mengasihimu, dan untuk ini aku mohon Tuhan mengaminkannya.

Sabtu, 14 Mei 2016

Hujan

Andaikan hujan terlalu tua dan lelah
Mencium tanah
Aku menagih janji gerimis
Sebab rinduku akan melukis pelangi.
Ku lukiskan pelangi pada dinding-dinding kosong hatiku
Meski aku tau tak seindah dirimu.

Kamis, 12 Mei 2016

Maukah kau mengamininya?

Katanya hidup itu ada hitam juga ada putihnya. Disetiap tahun ada musim kemarau ada musim penghujan.
Katanya roti itu selalu bareng sama mentega. Kaos kaki ga akan pernah lepas dari kaki seorang bayi.
Rasanya bahagia melihat mereka mempunyai pasangan masing-masing dan saling melengkapi, tau porsinya dan mengerti tempatnya.

Hidup di dunia, dari awal dibentuknya dunia ini semuamya sudah diciptakan berpasang-pasangan. Lalu? Iya, kau dan aku salah satunya.
Di dunia ini semua yang terjadi selalu ada alasannya. Kita bisa bersama ada alasannya. Ada latar belakang yang hanya menjadi rahasia Tuhan kenapa kita bersama dan dizinkan Tuhan sama-sama berbagi dalam suka dan duka.

Aku tau, ini bukan saat-saat yang menyenangkan yang pernah kita hadapi. Belakangan ini, kita berdua sering terantuk oleh kerikil-kerikil kecil yang tak henti datang menghujani. Dan tentu kita berdua pernah sama-sama saling bertanya; masih perlukah cerita ini ditulis lanjut?

Harus diakui kita bukanlah pasangan yang sempurna. Namun dirimu dan diriku, berbisik dalam hati "aku tidak ingin mencari pengganti".
Aku seorang perempuan, aku orang yang susah beradaptasi dengan sesuatu yang baru. Belajar percaya lagi, belajar memahami lagi, belajar beradaptasi dengan semua hal yang baru lagi. Menceritakan semuanya lagi dari awal, mengulangnya lagi dari awal. Itu mengapa aku memilih bertahan, karena nyaman yang kau berikan sudah membuatku lebih dari ratu di sebuah kerajaan cinta milik kita.

Kita bukan pasangan yang sempurna. Kita selalu terlibat berjuta pertengkaran. Ku akui, saat kita bertengkar hebat, kita sering lupa kalau kita adalah sepasang kekasih. Ego kita menutupi akal sehat dan hati nurani kita. Ego itu begitu pekat menutupi mata dan menyumbat telinga. Melarang kita mendengar dan yang kita lihat hanyalah kemarahan dan tidak ada yang mau mengalah. Kita hanya bisa sama-sama mengencangkan otot leher demi berteriak, menggertakkan gigi, berlomba-lomba untuk bertingkah keras kepala demi mempertahankan pendapat.
Ya, mulut ini tak terbungkam, tak kenal lelah ia meracau dan melemparkan kata pedas yang memerahkan telinga.

Kau dan aku mendadak menjadi pribadi asing yang tidak saling mengenal. Saling mementahkan pendapat, begitu pongah, dan merasa paling benar. Mungkin jika tembok bisa berbicara dan berjalan dia akan memilih menyerah dan berjalan keluar dari arena, karena tak sanggup berada disatu ruangan dengan kita. Hanya ada hawa panas dan kebencianlah yang berterbangan di udara.

Namun, kita tak memiliki keinginan sedikitpun untuk membalikan badan dan mencari pengganti. Aku sudah terlanjur nyaman dalam rengkuhmu, di bahu kurusmu tempat aku bersandar dan menangis saat aku merindukan mama yang jauh dan dalam pelukmu aku merasakan adanya papa disisiku. Begitu juga denganmu.
Tanpa disadari kita telah sama-sama saling mengisi.
Pertengkaran, katanya itu wajar dalam sebuah hubungan dan itu adalah senyawanya, bumbu dalam sebuah hubungan.

Pertengkaran yang kita alami tak pernah membunuh rasa diantara kita. Pertengkaran ini mendewasakan kita masing-masing. Hidup berjalan terus, setiap hari kita dituntut untuk berubah menjadi lebih matang.

Memang sudah berjuta pertengkaran yang tercipta diantara kita berdua. Bahkan jari di kedua tanganku takan cukup untuk menghitungnya. Namun, berapa kalipun ia bersua ia takan pernah mampu meleburkan rasa cinta yang sudah lebih dulu ada.

Dan ditiap pertengkaran kita usai, kita akan menjadi biasa saja dan terkadang kita akan menjadi orang yang tak berani menatap muka satu dengan yang lain, memberi kabar seadanya dan sesisangkatnya dan seperlunya. Semua itu kita lakoni untuk menata hati yang sedang luluh lantah sembari menelaah semua kesalahan yang kita perbuat. Dalam diam dan terus berdoa, karena disaat seperti begini hanya doalah yang menjadi sarana kita untuk saling melindungi dan merasakan pelukan. Namun, taukah kamu sehebat apapun pertengkaran yang kita alami berapa kalipun ia datang, aku tak pernah berusaha menghapus namamu dari lipatan hatiku. Karena bagiku, cinta tak sebercanda itu.
Rasa dihati ini, tak pernah berusaha untuk berkemas dan menarik koper untuk pergi dan meninggalkan, apakah kamu meraskan hal yang sama seperti aku?

Masalah memang akan terus datang, takan pernah ketebak akan kapan datangnya. Pegang tanganku, percaya akan cinta kita dan semua masalah akan kita lalui, itu katamu padaku dalam bisikmu.
Bersabar adalah kunci terbaik. Semua ini membuat kita semakin dewasa.

Sudah berapa puluh bulankah kita bersama? Sudah berapa purnama yang kita lalui? Sudah berapa juta senja yang kita lewati? Maaf, aku bukan gadis yang sempurna tapi dengan cintamu kamu membuat aku sempurna. Kamu bukan lelaki yang romantis, bahkan anniversary kita saja kamu tidak hafal kamu hanya mengira bila ditanya oleh orang lain, dan selalu ingat kata-katamu bukan seberapa banyak kita merayakan anniversary tapi bagaimana kita belajar untuk dewasa untuk bersama menyusun masa depan kita lalu terus jatuh cinta.
Aku tak mempermasalahkan itu, sayang. Kenangan yang kita lewati, suka dan duka yang kita arungi terlukis manis dihati kita masing-masing.
Masih ada boneka winnie the pooh pertama yang kau berikan sebagai kado ulang tahun ke 17 ku, kataku dulu ingin mencari boneka yang tingginya sepertimu supaya bisa dipeluk saat tidur, ternyata tak ada dan kamu membeli yang paling besar dibungkus plastik dan suratnya baru ditulis saat dikamarku dan cuma ditulis "happy birthday sayang, I love you" hahaha betapa tidak romantisnya kamu sayang.

Selain kenangan manis yang kita torehkan, aku juga tidak lupa semua masalah dan pertengkaran yang babak belur datang menghantam kita. Aku si nona pencemburu, yang selalu cemburu dengan hal kecil gerak-gerikmu bahkan searching facebookmu saja bisa membuatku berubah menjadi bad mood. Dan kamu si tuan yang keras kepala dan pencemburu. Membuatku harus rela menurunkan ego untuk tidak membantahmu. Namun, aku dan kamu tak pernah berhenti untuk memupuk benih cinta yang ada dihati kita.

Coba tengok bedanya aku dan kamu sekarang dengan yang dulu. Aku yang sangat tomboy dan tak pernah peduli dengan penampilan. Kamu yang semerawut dan "lancang". Kita berbeda. Kita lebih matang dari setiap masalah yang selalu menyelinap masuk didalam hubungan ini. Kita lebih dewasa maka kita akan semakin mengerti hati masing-masing. Walau terkadang maafmu masih terlalu mahal dan maaf bagimu kadang itu perlu sesuatu yang lebih lagi dari itu.

Lain kali saat masalah datang menghampiri (dan dapat ku pastikan akan ada masalah-masalah kecil yang pasti akan datang) maukah kamu menggenggam tangan ini dan kita berjuang bersama?

Kelak kamu jadi seperti apa, aku tetap menjadi cutie pie-mu yang selalu menjadi pendengar terbaikmu dan pembuat teh manis termanis seantero negeri untuk menemani soremu, saat kamu pulang dengan lelah. Karena mencintaimu itu apa adanya bukan ada apanya.

Kita dipersatukan Tuhan sekarang, untuk saling melengkapi dan menemani. Maukah kamu sama-sama berusaha untuk tetap bertahan menjaga hubungan kita, apapun keadaannya?

Sebelum diikat oleh pernikahan suci dan mengucap janji sehidup semati, kita harus mengucap ikrar untuk disimpan sendiri. Sungguh kita harus bertahan dalam kisah ini karena memang Tuhanlah turun tangan mempertemukan kita dan menyatukan kita.

Maukah kamu mengamininnya dan dengan bantuan Tuhan berjuang disisiku menakulukan masa depan? Karena hati kecilku berkata kamu adalah akhirku, dan untuk yang satu ini aku meminta Tuhan untuk mengamininya.