Sabtu itu begitu indah, rasanya saya tak pernah ingin cepat hari berganti dan pergi meninggalkan kota mungil itu.
Ambon selalu punya seribu satu cerita yang indah dan selalu dirindukan.
Libur lebaran kemarin saya pulang ke rumah. Merasakan lagi yang namanya hidup setelah sekian lama bersembunyi di balik buku yang bertumpuk dan mencoba melepaskan diri sejenak dari ikatan rutinitas.
Sabtu itu indah, manis seperti gulali manisnya sampai ke tenggorokan.
Sabtu itu saya habiskan bersama papa di beranda rumah. Ambon sore itu masih saja di guyur hujan, tanah seolah haus dan saya menikmati setiap rintikan hujan yang jatuh ke tanah.
Teh menemani kami bercerita sore itu.
Saya menatap dalam wajah yang sedang bercerita di samping saya. Wajah itu tidak lagi muda, sudah banyak garis-garis di wajahnya, ia menua. Papa sudah tidak muda lagi seperti dulu tapi masih ada senyuman, kasih sayang dan pelukan hangatnya yang saya rasakan semakin bertambah. Ah, betapa saya merindukan berlama-lama mendekap dalam pelukannya, mendengar jantungnya berdegup lup dub lup dub, lalu merasakan hembusan nafasnya. Tangan itu masih memeluk dengan kuat seperti dulu, tapi sudah banyak garis di tangannya, kasar. Papa, betapa lelahnya dirimu, ku tau itu. Walau kau menyimpannya sendiri agar kami tetap bahagia tapi air mukamu selalu menunjukkan bahwa kau lelah.
Banyak yang kami bicarakan, dan akhirnya sampai juga pada sesuatu yang menyentuh dan kembali air mukanya berubah murung.
andai saja masih ada mama disini ya. Katanya yang menyentakku.
kemarin papa sudah selesai baca novelnya kakak bagus ceritanya.
Sebelum saya pulang papa memang sudah bilang kalau papa sedang di kamar saya dan mengambil beberapa novel katanya belum sempat ke toko buku untuk beli buku yang lain. Papa memang suka baca tapi yang membuat saya heran adalah seorang papa membaca novel, aneh rasanya.
Ternyata novel yang di baca itu judulnya Aku ingin bercerita tentang cinta ayah kepada ibu.
Novel ini bercerita tentang sepasang suami istri yang saling mencintai dan harus berpisah karena maut. Tentang banyak sekali persiapan yang sudah disiapkan oleh sang istri kepada suami dan anak-anaknya, tentang kehebatan dan keberanian sang istri, tentang suka dukanya membina rumah tangga, tentang bagaimana menjadi orang tua, tentang anak-anak yang berbakti, tentang kecintaan ibu kepada keluarga kecilnya, tentang banyak mimpi, dan tentang kematian.
Akhirnya memang kematian yang harus memisahkan cinta dan membiarkan rindu terus membara.
Di novel itu diceritakan si ibu menderita penyakit kanker dan harus meninggalkan keluarga kecilnya yang selalu memberikan dia sukacita dan bagi keluarganya dia tidak pergi jauh hanya saja harus terpisah. Karena sedari dulu si ibu sudah memberikan banyak sekali perbekalan kepada keluarganya dalam segala hal baik financial, mental and that's what my mom did.
Pertama kali beli novel ini di gramedia waktu zaman SMA dan berhasil membuat saya menangis hari itu. Feelnya dapat.
Dan sekarang saya merasakan semua hal itu. Seolah saya yang sedang di ceritakan.
Saya suka novel ini. Dan yap, saya selalu bangga menjadi anak dari papa dan mama serta saudara bagi si bontot, aldi.
Sampai hari ini saya masih merasakan kuatnya cinta di antara papa dan mama. Dari tatapan matanya saya tau bahwa papa menyimpan banyak sekali cerita yang entah untuk siapa harus dibagikan, karena selama ini mama adalah penasehat dan teman berbagi yang sangat dipercaya oleh papa.
Sampai kemarin saya duduk di pangkuan papa dan saya merasakan tangan yang mengelus rambut saya itu penuh harap agar kelak saya bisa menjadi seperti mama, memang susah untuk bisa menjadi seperti mama tapi setidaknya ada beberapa hal yang bisa saya tiru dari mama.
Ah, aku merindukannya lagi.
Mom,
I love you. I adore you. Really i do. You're the best mom i ever had.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar