Hai masa lalu.
Tidak, aku hanya ingin menyapa. Berdebukah kau? maaf aku semakin jarang mengunjungimu. Aku disibukkan dengan masa kini dan impian masa depan. Tenang saja, aku takkan melupakanmu. Aku hanya mungkin akan jarang menengokmu.
Hai masa lalu.
Aku hanya ingin menyapa. Terima kasih pernah ada. Terima kasih pernah menjadi bagian perjalananku. Sedih pun bahagia kisahmu menjadi penguat langkahku di masa kini. Bukankah masa kini adalah hasil rentetan perjalanan masa lalu? karena itulah aku berterima kasih kepadamu.
Hai masa lalu.
Aku pernah jatuh, aku pernah sakit hati. Tapi sudah kusimpan semua cerita dalam sebuah kotak kenangan, yang kunamakan masa lalu, ya kamu. Ruangmu mungkin kini gelap, aku pasti akan sering kembali melihat ruangmu, namun hanya sebentar. Aku takkan lama-lama, sekedar melihat lai seperti apa jalan yang ku lalui dulu agar aku bisa belajar lagi jika saja masa kiniku aku lupa atau mungkin lalai menjaga langkah.
Hai masa lalu.
Lihatkah kau bagaimana aku di masa kiniku? Bagaimana menurutmu? semoga kau bangga. Sebab apapun yang kucapai, adalah karena semua pelajaran di masa lalu begitu membekas dan mampu membentukku.
Hai masa lalu.
Mari berdamai. Aku akan belajara mendewasa. Menjadi lebih tanggguh di masa kini sebagai penguat langkahku dan pemantap kisahku di masa depan.
Aku mungkin tidak bisa bercerita tentang kenangan tapi tulisanku mungkin bisa.
Rabu, 22 Juli 2015
Selasa, 21 Juli 2015
Sabtu manis di beranda rumah
Sabtu itu begitu indah, rasanya saya tak pernah ingin cepat hari berganti dan pergi meninggalkan kota mungil itu.
Ambon selalu punya seribu satu cerita yang indah dan selalu dirindukan.
Libur lebaran kemarin saya pulang ke rumah. Merasakan lagi yang namanya hidup setelah sekian lama bersembunyi di balik buku yang bertumpuk dan mencoba melepaskan diri sejenak dari ikatan rutinitas.
Sabtu itu indah, manis seperti gulali manisnya sampai ke tenggorokan.
Sabtu itu saya habiskan bersama papa di beranda rumah. Ambon sore itu masih saja di guyur hujan, tanah seolah haus dan saya menikmati setiap rintikan hujan yang jatuh ke tanah.
Teh menemani kami bercerita sore itu.
Saya menatap dalam wajah yang sedang bercerita di samping saya. Wajah itu tidak lagi muda, sudah banyak garis-garis di wajahnya, ia menua. Papa sudah tidak muda lagi seperti dulu tapi masih ada senyuman, kasih sayang dan pelukan hangatnya yang saya rasakan semakin bertambah. Ah, betapa saya merindukan berlama-lama mendekap dalam pelukannya, mendengar jantungnya berdegup lup dub lup dub, lalu merasakan hembusan nafasnya. Tangan itu masih memeluk dengan kuat seperti dulu, tapi sudah banyak garis di tangannya, kasar. Papa, betapa lelahnya dirimu, ku tau itu. Walau kau menyimpannya sendiri agar kami tetap bahagia tapi air mukamu selalu menunjukkan bahwa kau lelah.
Banyak yang kami bicarakan, dan akhirnya sampai juga pada sesuatu yang menyentuh dan kembali air mukanya berubah murung.
andai saja masih ada mama disini ya. Katanya yang menyentakku.
kemarin papa sudah selesai baca novelnya kakak bagus ceritanya.
Sebelum saya pulang papa memang sudah bilang kalau papa sedang di kamar saya dan mengambil beberapa novel katanya belum sempat ke toko buku untuk beli buku yang lain. Papa memang suka baca tapi yang membuat saya heran adalah seorang papa membaca novel, aneh rasanya.
Ternyata novel yang di baca itu judulnya Aku ingin bercerita tentang cinta ayah kepada ibu.
Novel ini bercerita tentang sepasang suami istri yang saling mencintai dan harus berpisah karena maut. Tentang banyak sekali persiapan yang sudah disiapkan oleh sang istri kepada suami dan anak-anaknya, tentang kehebatan dan keberanian sang istri, tentang suka dukanya membina rumah tangga, tentang bagaimana menjadi orang tua, tentang anak-anak yang berbakti, tentang kecintaan ibu kepada keluarga kecilnya, tentang banyak mimpi, dan tentang kematian.
Akhirnya memang kematian yang harus memisahkan cinta dan membiarkan rindu terus membara.
Di novel itu diceritakan si ibu menderita penyakit kanker dan harus meninggalkan keluarga kecilnya yang selalu memberikan dia sukacita dan bagi keluarganya dia tidak pergi jauh hanya saja harus terpisah. Karena sedari dulu si ibu sudah memberikan banyak sekali perbekalan kepada keluarganya dalam segala hal baik financial, mental and that's what my mom did.
Pertama kali beli novel ini di gramedia waktu zaman SMA dan berhasil membuat saya menangis hari itu. Feelnya dapat.
Dan sekarang saya merasakan semua hal itu. Seolah saya yang sedang di ceritakan.
Saya suka novel ini. Dan yap, saya selalu bangga menjadi anak dari papa dan mama serta saudara bagi si bontot, aldi.
Sampai hari ini saya masih merasakan kuatnya cinta di antara papa dan mama. Dari tatapan matanya saya tau bahwa papa menyimpan banyak sekali cerita yang entah untuk siapa harus dibagikan, karena selama ini mama adalah penasehat dan teman berbagi yang sangat dipercaya oleh papa.
Sampai kemarin saya duduk di pangkuan papa dan saya merasakan tangan yang mengelus rambut saya itu penuh harap agar kelak saya bisa menjadi seperti mama, memang susah untuk bisa menjadi seperti mama tapi setidaknya ada beberapa hal yang bisa saya tiru dari mama.
Ah, aku merindukannya lagi.
Mom,
I love you. I adore you. Really i do. You're the best mom i ever had.
Ambon selalu punya seribu satu cerita yang indah dan selalu dirindukan.
Libur lebaran kemarin saya pulang ke rumah. Merasakan lagi yang namanya hidup setelah sekian lama bersembunyi di balik buku yang bertumpuk dan mencoba melepaskan diri sejenak dari ikatan rutinitas.
Sabtu itu indah, manis seperti gulali manisnya sampai ke tenggorokan.
Sabtu itu saya habiskan bersama papa di beranda rumah. Ambon sore itu masih saja di guyur hujan, tanah seolah haus dan saya menikmati setiap rintikan hujan yang jatuh ke tanah.
Teh menemani kami bercerita sore itu.
Saya menatap dalam wajah yang sedang bercerita di samping saya. Wajah itu tidak lagi muda, sudah banyak garis-garis di wajahnya, ia menua. Papa sudah tidak muda lagi seperti dulu tapi masih ada senyuman, kasih sayang dan pelukan hangatnya yang saya rasakan semakin bertambah. Ah, betapa saya merindukan berlama-lama mendekap dalam pelukannya, mendengar jantungnya berdegup lup dub lup dub, lalu merasakan hembusan nafasnya. Tangan itu masih memeluk dengan kuat seperti dulu, tapi sudah banyak garis di tangannya, kasar. Papa, betapa lelahnya dirimu, ku tau itu. Walau kau menyimpannya sendiri agar kami tetap bahagia tapi air mukamu selalu menunjukkan bahwa kau lelah.
Banyak yang kami bicarakan, dan akhirnya sampai juga pada sesuatu yang menyentuh dan kembali air mukanya berubah murung.
andai saja masih ada mama disini ya. Katanya yang menyentakku.
kemarin papa sudah selesai baca novelnya kakak bagus ceritanya.
Sebelum saya pulang papa memang sudah bilang kalau papa sedang di kamar saya dan mengambil beberapa novel katanya belum sempat ke toko buku untuk beli buku yang lain. Papa memang suka baca tapi yang membuat saya heran adalah seorang papa membaca novel, aneh rasanya.
Ternyata novel yang di baca itu judulnya Aku ingin bercerita tentang cinta ayah kepada ibu.
Novel ini bercerita tentang sepasang suami istri yang saling mencintai dan harus berpisah karena maut. Tentang banyak sekali persiapan yang sudah disiapkan oleh sang istri kepada suami dan anak-anaknya, tentang kehebatan dan keberanian sang istri, tentang suka dukanya membina rumah tangga, tentang bagaimana menjadi orang tua, tentang anak-anak yang berbakti, tentang kecintaan ibu kepada keluarga kecilnya, tentang banyak mimpi, dan tentang kematian.
Akhirnya memang kematian yang harus memisahkan cinta dan membiarkan rindu terus membara.
Di novel itu diceritakan si ibu menderita penyakit kanker dan harus meninggalkan keluarga kecilnya yang selalu memberikan dia sukacita dan bagi keluarganya dia tidak pergi jauh hanya saja harus terpisah. Karena sedari dulu si ibu sudah memberikan banyak sekali perbekalan kepada keluarganya dalam segala hal baik financial, mental and that's what my mom did.
Pertama kali beli novel ini di gramedia waktu zaman SMA dan berhasil membuat saya menangis hari itu. Feelnya dapat.
Dan sekarang saya merasakan semua hal itu. Seolah saya yang sedang di ceritakan.
Saya suka novel ini. Dan yap, saya selalu bangga menjadi anak dari papa dan mama serta saudara bagi si bontot, aldi.
Sampai hari ini saya masih merasakan kuatnya cinta di antara papa dan mama. Dari tatapan matanya saya tau bahwa papa menyimpan banyak sekali cerita yang entah untuk siapa harus dibagikan, karena selama ini mama adalah penasehat dan teman berbagi yang sangat dipercaya oleh papa.
Sampai kemarin saya duduk di pangkuan papa dan saya merasakan tangan yang mengelus rambut saya itu penuh harap agar kelak saya bisa menjadi seperti mama, memang susah untuk bisa menjadi seperti mama tapi setidaknya ada beberapa hal yang bisa saya tiru dari mama.
Ah, aku merindukannya lagi.
Mom,
I love you. I adore you. Really i do. You're the best mom i ever had.
Jumat, 10 Juli 2015
A Latter to Heaven
Tuhan,
Ku kirimkan surat ke alamat di atas
Untaian rindu yang terungkapkan lewat kata-kata
Surat kesekian untuk rindu yang tak terhitung banyaknya
Berharap semua rindu terbalaskan
Tiap hari ku lewati kotak pos di depan beranda
Berharap ada secarik kertas berisikan balasan terhadap rindu-rindu itu
Kalenderku berganti halaman, setiap angka sudah kucoret tapi tak kunjung juga ku temukan
Surat ini adalah surat kesekian yang kutulis penuh cinta, rindu dan harap
Hingga sesuatu menyentakku, tangan itu kaku dan tak bisa lagi untuk membalasnya
Tuhan,
Apakah suratku sudah di baca olehnya?
Aku tak pernah salah alamat saat menulis alamatnya, setiap huruf ku tulis jelas karena ku tau tempatnya dia memang disitu, bersama denganMu
Tuhan,
Apakah di atas sana begitu indah sampai-sampai dia jarang untuk mengunjungiku?
Apakah di atas sana begitu indah sampai-sampai dia betah berlama-lama diatas?
Apakah rasa rindu itu sudah tak bisa dirasakannya lagi?
Apakah aku harus percaya kepada semua kata orang bahwa dia tak mungkin lagi merasakannya karena semuanya sudah hilang? apakah aku harus menurut kepada semua kata mereka?
Tuhan,
Jika surat-surat ini tak dibaca olehnya bolehkah aku lelah?
Bolehkah aku berhenti menulis?
Tapi bagaimana caranya untukku menyampaikan rinduku kepadanya?
Tuhan,
Beri tau aku sesuatu!
Beri tau aku bahwa dia juga merindu kepadaku
Bolehkah sehari saja dia bersama merasakan bahagia dengan kami?
Bahagia kami hambar rasanya ada yang kurang, itu karena dia tak ada disini
Hm. Tapi aku tau satu hal bahagia yang abadi adalah disana denganMu, bukan disini di tempat kami.
Aku tersadar akan satu hal
2 tahun ini pun tanpa aku menulis surat pun dia bisa memahaminya bahwa aku menyimpan rindu untuknya
Dia mengerti
Dia memahami
Dan dia membalas semua rindu itu lewat mimpi
Karena surat yang abadi adalah doa kami untuknya
Tuhan, aku titip dia untukMu
Jaga dia ya Tuhan
Aku tau dia akan bahagia karena Engkau jauh lebih mengerti apa yang dia mau dari pada kami
Jaga dia sampai kami bertemu bersama di dalam FirdausMu, di kehidupan yang kedua
voor mama ge di surga.
2 agustus 1964-2 january 2013
Langganan:
Postingan (Atom)