Kamis, 19 Juni 2014

Mengagumimu dari Jauh

Dulu kita pernah sedekat ini, mungkin hanya berjarak beberapa sentimeter. Lalu semua berubah saat ego diantara kita lebih mendominasi cinta. Tak pernah ada hari tanpa yang namanya bertengkar, air mata, kecewa, kata-kata tajam menusuk hati.

Dulu kita pernah tertawa bersama lalu membayangkan semua hal konyol lalu tertawa karenanya. Tapi memang benar semua yang mereka bilang, cinta itu hanya indah di awal sisanya bersiap untuk menangis dan menangis. Siapa yang kuat bertahan dia pemenangnya.

Tapi semua dulu, hanya hidup dalam kenangan. Dan mungkin sudah di kubur dalam-dalam. Hidup bersama kenyataan bahwa hati tak mungkin berpindah sekeras apapun itu kamu mau tapi ego lebih mendominasi, kenapa? entahlah, itu seperti PR matematika yang begitu sulit untuk dikerjakan sampai bosan untuk berpikir memecahkan satu pertanyaan.

Kebanyakan orang lebih memilih untuk memegang egonya daripada perasaannya. Dan itu benar. Kebanyakan orang akan menjadi pemarah dan gegabah saat amarah memuncak hahaha, lalu apa solusinya? mengalah salah satu di antara mereka.
Iya mengalah, tapi kalau keseringan nanti kesenangan dan akan terus begitu. Kata beberapa orang teman yang saya tanyai.

Lalu pada akhirnya, mereka akan menjadi stalker di semua sosial media, dan akan menjadi orang yang tiba-tiba shock saat mengetahui doi punya gebetan baru atau mungkin marah-marah ga jelas. Kemudian duduk dan menyesali kebodohan diri sendiri, menyia-nyiakan dia yang tulus mencintaimu hanya demi seseorang yang memberi kebahagiaan sesaat.

Tapi ada beberapa teman aku bilang, kalo jodoh mah ga kemana. Ibarat tukang ojek, mau sejauh mana dia membawa penumpang pasti dia balik ke tempat mangkalnya. Kaki akan berjalan sejauh manapun dia mau, mengenali dan mencoba banyak alas kaki tapi pada akhirnya dia akan melihat sepatu usang di rak sepatu bagian teratasnya dan mengamatinya lalu menggunakannya, lalu tersenyum lebar. tTngan akan bersalaman dengan siapa saja, bersentuhan dengan siapa saja tapi ia akan tau kepada siapa nanti dia akan melipat tangan dan berdoa. Jodoh itu ibarat rumah, kamu keluar dari dia, pergi melakukan semua aktivitas, bertemu banyak orang, tebar senyum sana-sini, tertawa dengan siapa saja, pusing karena banyak masalah tapi pada akhirnya akan pulang kerumah dan menemukan yang namanya kebahagiaan walau hanya dengan secangkir teh hangat atau mungkin tertawa ringan di teras belakang.

Lalu kenapa banyak orang menyimpan rasa, tanyaku lagi.
Mungkin mereka adalah orang yang bodoh, menyimpan rasa untuk kebahagiaan orang itu. Sakit hati sendiri, menangis di kamar karena kebodohannya sendiri, merindu sendiri lalu mengutuki diri yang bodoh karena melepas yang indah dan menjadi jagoan untuk menutupi rasa.

pernah dengar lagu ini ? kira-kira lyricnya begini

kisahmu harimu ku tau semua
tanpa kau berujar aku selami
gerak guraumu kemasan raga tanpa kau sadari aku pahami

cinta memang mungkin inilah cinta 
apapun lagumu akan aku jiwai
 cinta memang mungkin inilah cinta
tanpa ku miliki rindu terasa

bukan tak percaya diri
karena aku tau diri

biarkanku memelukmu tanpa memelukmu 
mengagumimu dari jauh
aku menjagamu tanpa menjagamu
menyayangimu dari jauh 

Sebagian orang akan mengambil keputusan untuk mencintai dari jauh, hanya memeluk lewat doa dan tersenyum saat menemukan sebuah senyuman di wajah yang sudah lama dirindukan. 
Bukan karena gengsi atau apa tapi mungkin karena harus pergi untuk menutupi luka dan kembali lagi saat luka itu sudah sembuh, walau mimpinya tidak seperti ini. Mimpinya mungkin akan selalu berada di samping tapi kenyataannya tetap berada di ratusan kilometer, menjadi pengintai yang selalu senyum dan berkata dalam hati "sampai hari ini, aku selalu mengagumimu dari kejauhan pun aku masih bisa merasakan senyuman hangat itu, walau sekarang senyuman itu bukan punyaku seutuhnya lagi. Sedih. tapi ini hidup, kadang harus ada yang pergi dan ada yang tinggal, ada yang harus tersenyum sambil menutupi rasa dan ada yang tidak peduli sama sekali".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar