Pernah dengar lagu ini ?
Hari-hari yang ku jalani, kini kan semua kan terasa sunyi
walau hampa pasti akan ku hadapi, ku ucapkan selamat jalan
Selamat jalan teman, semoga kau teman semoga kau tenang
semua canda tawa bayangmu takan pernah hilang dalam sepanjang langkah
kau selalu ada sampai kini ku tak percaya kau telah tiada
Mungkin batu nisan pisahkan dunia kita
namun ambisimu akan ku jaga selalu membara
gapailah doa yang selalu ku baca menemani langkahmu menuju singasana surga
Kenapa harus ada kematian di dunia ini?
Saat cinta begitu manis dan kisah ini takan pernah mau di akhiri, aku masih mau bermain rasakan semua ini, surga kecil yang kita ciptakan. sederhana tapi indah.
Masih ingat jelas dan bekasnya masih ada dalam ingatan.
Pesawat malam itu begitu sepi, hanya beberapa orang yang ada di dalam situ. 4 baris dari belakang kami duduk disitu.
Kepala mama di atas pangkuanku, kami bercerita sambil menunggu waktu untuk landing. Sesekali mama bangun dan melihat keluar jendela, mama memang penikmat mahakarya Tuhan, sampai mama bilang "Tuhan kita itu hebat ya kak, sampai malam yang gelap pun di berikan bulan dan bintang untuk menerangi dan menemani malam".
Malam itu panjang, sangat panjang dan bahkan tak pernah ingin untuk segera berakhir malam itu. Lagu yang sering kami nyanyikan terus keluar dari mulut mama, suara mama yang merdu menenangkan hati, lagunya begini "
tangan Tuhan sedang merenda suatu karya, yang agung mulia "
Aku baru berani menulis kisah pahit ini karena aku terlalu lemah untuk masalah ini, sampai saat ini aku menulis pun aku masih meneteskan air mata. Aku kangen ma :')
Ambon dari atas sini begitu indah, sangat indah. lampu-lampunya selalu membuat aku tak berhenti mengagguminya. Ini tempat tinggalku dan aku bangga terlahir disini.
Mama masih tertidur, aku melihat lebih dalam wajahnya. Wajah itu yang selalu aku rindukan, dan saat bertemu pasti akan ku cubit sampai dimarahi. Kini wajah itu terlihat lemah, karena sakitnya. Sakitnya itu sakit biasa, hanya bisul.
Pesawat landing. tepuk tangan seperti biasa dan berterimakasih kepada Tuhan sudah tiba dengan selamat. Papa menggandeng mama, oh romantisnya. Bahkan sampai begitu papa masih bisa membuat mama tertawa, mungkin itu tertawa yang paling tulus yang aku lihat dari mama.
Aku berlari kedalam ruang pengambilan bagasi. Mengendarai mobil dan ke rumah.
Mama masih tertidur di pangkuan papa, sesekali aku menengok ke belakang dan tersenyum lalu kembali menatap jalanan, sepi pagi itu. Karena masih liburan tahun baru.
Di rumah, mama masih sempat mandi, makan, berdoa dan tidur. nafasnya sudah ga biasa, aku memanggil papa dan segera ke rumah sakit.
Sampai di rumah sakit aku masih memeluknya, menciuminya dan mendengar celotehan panjangnya hahaha astaga mama, betapa cerewetnya mama ini.
Lalu tiba-tiba si dokter datang dan dengan bodohnya ngomong di depan mama, yang saat itu nge-drop kalau gula darah mama 460, reaksi mama begitu beda dan bahkan meneteskan air mata dan memukul jidatnya sambil berkata "adoh, gula darah lai sio e". Aku memeluk mama dan menyembunyikan air mataku, aku tak mau terlihat lemah di hadapan mama, karena mama tau aku kuat dan harus kuat untuk menghadapi segala kenyataan. Perasaanku sudah tak enak saat mama di rujuk ke RSUD dr. haulussy, segera ku tepis perasaan bodoh ku itu.
Aku tak tenang, masuk keluar, duduk berdiri. Tak ku hiraukan banyaknya perawat yang ada di situ. menelfon teman-teman mama, menyedot air dari botol aqua dan memasukannya ke mulut mama masih ku lakukan, namun air mataku memang tak bisa di bendung.
Aku memilih untuk pulang, pulang dan membersihkan diri lalu balik lagi. Laparku tak ku hiraukan.
saat aku kembali, mama sudah di ruangan ICU, *teek* diam sejenak.
Aku tak mampu berkata apapa, dan aku tak berani untuk masuk, pikiranku sudah mulai tak karuan, aku hanya duduk dan menangis lalu tertawa saat banyak orang datang, menangis lagi, ke kamar dan berdoa.
Sudah malam, sekitar jam 18.30 WIT aku menemani papa pulang mandi, keadaan mama sudah membaik, kata papa mama sudah bisa berbicara dengan baik sama papa, sudah bisa membuka matanya, tapi sekarang sedang tidur.
Sehabis mandi, aku di telfon "Zil, nai do mama tekanan darah turun", ga pake lama aku turun dan memanggil papa, dalam pikiranku tekanan darah yang turun itu biasa saja. Saat sampai di sana dan tiba-tiba aku lemah monitor itu pasti salah, angkanya bukan 80/60 salah itu. Tangisku tak bisa ku bendung, aku keluar rebah dalam pelukan kakak-kakakku, papa dan banyak orang di dalam, aku berteriak mau mama sembuh kembali, aku pesimis disitu tapi aku berharap ada satu mujizat Tuhan disitu. aku menyanyi, berdoa. bukan hanya aku tapi banyak orang disitu melakukan hal yang sama. Adikku di jemput, dia datang dan menangis. oh Tuhan, aku tak sanggup, separuh nyawaku terasa hilang.
22.00 WIT perjalanan hidup mama berhenti. Tangisku pecah teriakanku menggelegar dan aku keluar, aku marah. Aku keluarkan semua unek-unekku. semua yang datang menatapku iba, aku tak menghiraukan mereka. Berulang kali aku pingsan, bangun dan menangis lagi.
Oh Tuhan, duniaku berhenti. Dia yang kucintai pergi dan takan kembali lagi, dosakah aku?
Kenapa begitu cepat saat semua yang indah baru saja terlewati?
Tangisan papa terdengar sampai di tempat dudukku di luar, aku tambah menangis. Aku bahkan tak bisa berpikir.
Teman dekatku datang dan memelukku aku menangis "Pet mama su seng ada lai sio e, antua pi paleng capat. Zil sayang antua tapi antua seng sayang zil ka? Pet kas bangong antua dolo. Patricko bilang mama bangong, beta seng mau antua tidor Pet e".
Rumahku sudah di penuhi banyak orang, aku di gendong sampai ke dalam oh Tuhan rumah berbeda, begitu berbeda. Ini ada apa? Kenapa ada tenda dan banyak orang disini?
Apa-apaan semua ini?
Aku kembali pingsan. Tangisan banyak ku dengar di mana-mana, sakit.
Mama bangun ma, Zil sayang mama. Bangun dong ma.
Kehilangan semua yang di cintai itu sakit. Sampai harus ikut perjamuan di rumah dengan mama tapi mama hanya tidur, ga makan roti dan minum anggur. Mandi malam ga ada celotehan mama hanya banyak orang dengan suara yang aku benci, makan pagi, siang, malam piring mama masih saja tertutup.
Mama dimana? kok ga ikut sama kita?
Duniaku runtuh, aku tak sanggup bertahan dan berdiri sendiri. sakit. Rasanya seperti di tusuk lalu di cabik-cabik hatinya. Air matapun tak mungkin bisa membuat semua kembali.
Ucapan bela sungkawa, rangkaian bunga dengan tulisan turut berduka cita mulai berdatangan, bunyi terompet dan malam itu begitu kelam. Tak ada lagi tawa dan canda di teras, hanya menatap dan meratapi. Papa begitu terpukul, untuk pindah dari mama saja ga mau. papa makan, minum semua disitu. Air mata papa begitu banyak di keluarkan, ku rasa itu adalah rasa ungkapan kekecewaan karena banyak janji yang mereka bangun malah tidak di tepati, aku merasakan itu.
Banyak yang saya rasa belajar dari sini.
(1) Semua yang diciptakan pasti akan pulang ke pencipta-Nya. Kematian seseorang takan pernah ada yang tau, lahir boleh di prediksi tapi kematian siapa yang tau? semua itu rencana Tuhan. Papa, aku dan Aldi dan semua yang mencintai mama pasti tidak akan menerima ini, tapi saat Tuhan berkata dia harus pulang karena dia milikku, lalu siapa yang mau melarang itu? karena Dialah yang memberi Dia yang mengambil, maka terpujilah Nama Tuhan. Semua yang ada di dunia ini pasti akan kembali, hanya saja waktu dan caranya yang tidak tau bagaimana dan kapan, maka berbuatlah baik sepanjang hidup maka saat engkau akan kembali maka kamu akan pulang dengan senyuman.
(2) Sebelum aku menulis ini, aku pernah menulis bahwa "semua yang pergi karena waktu mereka sudah habis dengan kita", mereka pergi karena sebuah alasan, alasan untuk kembali ke Bapa yang begitu mencintainya misalnya. Kebersamaan itu sifatnya fana, ingat tulisan saya tentang cinta itu seperti busa beer, akan menguap bila tertiup udara. begitu juga kebersamaan, selalu ada waktu kadarluwasanya. Saat waktu untuk pergi itu tiba maka air matapun takan mampu membuatnya kembali, karena mereka kembali kepada Bapa.
(3) "Sebenarnya mereka yang pergi itu tidak hilang". Yang pergi hanya badan saja, tapi jiwa mereka tetap tinggal di sekitar kita dan kita memang tidak bisa melihatnya dengan kasat mata, karena mereka hanya tinggal menunggu waktu penghakiman tiba, sedangkan kita harus berlalang buana dalam dunia yang fana ini dengan tetap berbuat baik sambil menunggu waktu kita. mereka yang pergi selalu hidup dalam kenangan, dalam pikiran dan hati
(4) Mereka yang pergi sebenarnya sudah memberi tanda tapi kita saja yang tidak menyadarinya karena mereka mau kita mengantar kepergian itu dengan senyuman. Kenangan terakhir dengan mama itu sebenarnya sudah sangat banyak, mulai dari hanya kita bertiga yang ke Twin Tower lalu hanya aku dan Aldi yang ke Merlion Park. itu sebenarnya sudah tanda, hanya saja kita menganggap itu biasa.
(5) Cintanya, petuahnya abadi. Semua yang pergi menyisakan kenangan dan cinta. Cinta yang di tinggalkan dan petuahnya begitu indah, dan terus di kenang dan di lakukan. Memang harta di tinggalkan tapi itu semu, tapi ilmu hidup yang di tinggalkan itu akan terus turun-temurun
Yap. Terimakasih untuk wanita "Sinterklas", aku bangga punya ibu sepertimu, bangga memanggilmu mama, dan bangga saat banyak orang menganggumimu.
Terimakasih wanita pengagum senja untuk semua cinta dan ilmu hidup itu.
Kita jauh tapi kita tetap saling sayang.
Kita jauh tapi cinta dan kenangan yang menyatukan kita.
Kita jauh tapi semua ilmu hidup itu yang selalu ku lakukan yang membuatku merasakan hadirmu selalu.
Aku sayang mama.
I love you, mama Ge.
Foto ini diambil oleh saya, waktu hari pertama mama di rumah.
Di foto itu, papa dan tante saya.
Bersama dengan tulisan ini, aku mau bilang makasih buat semua orang yang udah ngucapin bela sungkawa dan mendoakan mama, untuk semua orang yang selalu ada di setiap keadaan kami sekeluarga. doa dan dukungan dari kalian semua adalah kekuatan tersendiri bagi kami untuk melewati hari-hari yang kosong tanpa mama.
We're miss and love you mama Ge.
Foto ini waktu mama ulang tahun tahun kemarin.
Foto ini di ambil oleh kakak saya, Mezach Tuhumury