Selasa, 04 Agustus 2020

Dalam Patahku, Tumbuhmu

Semalam tadi kita bercerita banyak, tentang banyak hal yang mungkin saja terjadi di hari depan. Kamu dan masa depanmu, aku dan masa depanku, lalu beberapa kali kita membicarakan hal tentang kita. 
Ah,
Kita?
Sesuatu yang masih ku raba-raba lagi tentang maknanya, yang masih abu-abu kelihatannya, tapi aku iyakan saja, beberapa aku berikan aminku karena mungkin aku pun menginginkannya, tapi sungguh tidak terlalu. 

Dulu aku pernah menaruh harap sangat besar kepada banyak hal tentang kita, lalu kemudian buyar dan hilang begitu saja.
Entah apa yang harus ku jelaskan tentang bagaimana caranya semesta mematahkan hatiku sekali lagi.

Tentang kisahku yang kemarin, aku sedih. Tentu saja akan sedih, sekian lama terjalin akhirnya harus pisah juga. Tapi sedihku hanya semalam, ketika kami bertengkar, mungkin aku menangis karena aku yang membaca chat yang begitu kasar atau karena aku kehilangan, tapi kemudian di besok harinya aku bahagia sampai akhirnya kamu datang memperkenalkan dirimu lagi kepadaku.

Aku mengenal orang ini tapi dulu sekali, orang yang datang membawa dirinya untukku kenal lagi. Yang ia bawa adalah dirinya sendiri, hatinya yang sudah tidak berbentuk, isi kepalanya yang begitu absrud, beberapa keyakinan dan kenangan serta rindu. 

Orang ini adalah seseorang yang begitu mematahkan hatiku, membuatku menjadi pembenci yang jahat tapi terkadang ia membuatku menjadi perindu yang payah. Aku pikir dulu itu, tujuh tahun yang lalu hatiku telah membereskan banyak hal dengannya, semua tentangnya sudah tidak ada tapi rasanya hatiku tidak mendengarkan apa yang otakku perintahkan, diam-diam ia menyimpan beberapa potong tentangnya di sudut hati aku menyimpan banyak hal, yang biasanya hanya aku sendiri yang aku kunjungi, tapi herannya dulu itu aku selalu mengunjungi bagian hati yang itu, hanya saja aku tidak menemukan adanya dia.
Dan orang ini adalah orang yang dengan polosnya aku bisa jatuh cinta kepadanya dan mengatakan hal ini, "Silahkan kamu pergi kemana saja, berlabuh di dermaga mana saja yang kamu suka, silahkan. Suatu hari nanti, kalau kamu sudah lelah berlabuh di banyak hati, pulanglah kesini, aku menunggumu disini". Aku mengatakan kepadanya berkali-kali dulu, yang diyakini banyak orang adalah doa yang di dengar Tuhan. 

Tiga tahun belakangan ini, aku percaya kalau Tuhan itu sungguh mendengar banyak doa kita, doa-doa yang bahkan secara tidak sengaja kita ucapkan, beberapa mimpi kita yang hanya sekedar bermimpi saja terkadang ia mencatatnya dan mengabulkannya. Yang aku percaya Ia adalah Bapa yang baik, yang tentu mau yang terbaik juga untuk anak-anakNya, jika menurutNya doa-doa kita, ucapan tidak sengaja kita dan mimpi kita itu adalah baik maka tidak mungkin juga Ia akan bekerja untuk membantu mewujudkannya.

Sore ⎼⎼ Waktu Indonesia Tentang kIta
"Aku hanya ingin kita tetap baik-baik saja dalam cinta yang baik". ⎼⎼ Katamu tempo hari.
Menjadikanmu teman berbagi, satu dari sekian banyak yang membuatmu kembali kepadaku.


 ***

Beri aku waktu untuk memahamimu, untuk mengerti tentangmu sekali lagi. Aku hanya tak ingin semua hal yang sudah kita usahakan ini berakhir sia-sia, terkadang aku hanya merasa belum terlalu mampu menerjemahkan inginmu, menafsir tuturmu dan menangkap kilatan cahaya di matamu. Hal-hal yang terkadang membuat aku menjadi salah dan kita akhirnya salah paham. 

Setelah mengumpulkan banyak percayaku yang tidak lagi sebanyak dulu kepadamu, dan menepis beberapa raguku kepadamu, jauh di lubuk hati yang terdalam aku tak ada niat sedikitpun untuk menyudahi semua yang baru kita mulai, sementara kita usahakan dan perjuangkan menjadi sia-sia. Aku ingin kita tetap menjadi kita. Dua orang yang terus belajar saling memahami dan memilih untuk bertahan tanpa pernah ingin pergi. 

"Kamu jangan marah-marah melulu, sesungguhnya semua ketidaksediaanmu membuatku semakin takut kehilanganmu, aku takut kita menjadi dua orang yang saling menyakiti, dan membunuh banyak harap atas semua hal yang sudah kita perjuangkan. Yang aku inginkan, kamu memberiku kesempatan untuk terus bersamamu. Jika salah menerpaku, semangatlah kamu untuk mengingatkanku dan menegurku. Jika yang terjadi itu kepadamu, terimalah dengan senang hati semua yang aku katakan kepadamu" ⎼⎼⎼ katamu biasanya ketika aku terlalu kesal dengan semua tingkahmu.

***

"Aku hanya ingin kita tetap baik-baik dalam cinta yang baik. Meski mungkin bukan pasangan yang terbaik, kita tidak seharusnya menjadikan kisah ini menjadi cerita yang buruk. Yakinkan dirimu, bahwa hanya aku manusia yang menginginkanmu. Pahami dengan hatimu, kita adalah dua orang yang terlahir untuk saling belajar memahami. Kita ada untuk menjaga apa saja yang kita jadikan rencana. Mari saling menguatkan, jika salah satu dari kita mulai lemah. Mari saling mengingatkan jika salah satu dari kita salah. Jangan menunda-nunda mengingatkan! tak ada gunanya membuat salah satu diantara kita menerka-nerka tanpa pernah sadar apa yang menjadi penyebab dari luka. Jika kamu merasa tersakiti, katakan saja dengan sejujurnya. Barangkali aku, tak menyadari apa yang aku perbuat adalah hal yang menjadikan hatimu sedih tak terlihat. Kamu adalah seseorang yang sangat lihai memendam rasa, bahkan aku yang begitu fasih mengenalmu tak mampu menembus tembokmu yang satu itu, jangan ya sayang, jangan memendam luka, sebab bisa saja tumbuh menjadi dendam dan melahirkan lagi luka. Aku pun ingin belajar dari hari ke hari. Aku ingin menjadikan semuanya menjadi lebih baik lagi. Menjadikanmu teman berbagi, juga bagian dari segala rencana yang ingin kuwujudkan nanti", katamu tempo hari. 

Dulu aku adalah orang yang selalu mengatakan ini, mencoba meyakinkan hati yang sangat sulit untuk ku yakinkan, hati yang selalu aku terka apa maksudnya dan bagaimana suasananya. Hati yang begitu keras tapi berhasil ku lembutkan di satu sisi, tidak semua. 

Aku tidak menyalahkan kisah kemarin, aku berterima kasih kepadanya karena darinya aku belajar menjadi seseorang yang seperti sekarang. Seseorang yang lebih banyak sabar dan tidak begitu berapi-api, dan termasuk menjadikan aku seseorang yang belajar lagi mencintai diri sendiri, hati yang kemarin aku jaga pun itu menjadikanku seseorang yang mencintai tidak seluruh, bukan berarti aku mencintai tidak sepenuhnya, tapi aku simpan setengah hatiku untuk tetap mencintai aku kalau-kalau di suatu hari nanti semesta kembali bercanda dengan hatiku, aku punya back up, mungkin untuk aku bisa tetap waras dan hidup.

***

Terima kasih untukmu, yang menjadi teman telfonku berjam-jam ketika larut malam. Ah kamu sangat pandai membuatku merindu. 
Menjadi diriku sendiri, walau malu-malu tapi terima kasih telah menjadi temanku berbagi setiap hari.
Semoga kita tetap begini, selamanya ya kita wahai manusia lama.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar