Cinta itu semakin hari semakin dalam, walau terkadang harus menelan yang namanya rasa pahit karena keegoisan diri sendiri, atau hal-hal yang suka terjadi pada muda-mudi yang sedang di mabuk asmara.
Cinta itu tak lagi berada di ruang tamu, dia sekarang berada di ruang makan. Tempat yang paling ku suka, suatu sudut yang ku berikan mark sendiri di rumah. Cinta itu rumah, dan rumah itu kamu.
Biar ku gambarkan kamu inci per inci. Ah terlalu banyak, dan bahkan tak bisa ku gambarkan. Jika aku melukiskan sesuatu tentang kamu, maka seperti biasa yang akan ku berikan Padamu adalah gambar langit. Biru, dan luas. Karena langit selalu indah bagiku.
Maka ku analogikan kamu sebagai gelas. Gelas yang selalu akan ku isi penuh dengan semua cerita suka dukaku, semua tawa dan sedihku. Ku tuangkan kedalam gelas sampai meluber. Ke manapun aku pergi, selalu ku bawa dan akan ku jaga. Karena pecah akan susah untuk di satukan, kalaupun bisa itupun berbekas dan memiliki tandah. Tak elok lagi untuk di tatap.
Ini gila. Kenapa?
Karena sekarang aku terperangkap dalam sebuah perasaan yang susah untuk ku jelaskan. Dan satu pertanyaan yang masih menjadi pertanyaan ku sampai sekarang " kenapa harus jatuh cinta?"
Kenapa disebut “jatuh cinta” kenapa bukan “bangun cinta” atau “bangkit cinta”
Kembali ke kata “jatuh” pada kata “jatuh cinta” di wikipedia menulis seperti ini:
In romantic relationships, falling in love is mainly a Western concept of moving from a feeling of neutrality towards a person to one of love. The use of the term "fall" implies that the process is in some way inevitable, uncontrollable, risky, irreversible, and that it puts the lover in a state of vulnerability, in the same way the word "fall" is used in the phrase "to fall ill" or "to fall into a trap". The term is generally used to describe an (eventual) love that is strong.
Maka terjemahan bebasnya adalah: “jatuh cinta” adalah sebuah konsep yang mengubah perasaan netral seseorang kepada seseorang lainnya karena cinta. Kata “jatuh” sendiri menyiratkan sebuah proses yang tidak terelakkan, tidak dapat dikontrol, beresiko, dan ireversibel. Dalam hal ini kita bisa menempatkan kekasih kita dalam keadaan rentan. “jatuh cinta” juga sama dengan “jatuh sakit” atau “jatuh dalam perangkap”. Istilah “jatuh cinta” juga sering sekali digunakan untuk mengungkapkan perasaan yang kuat terhadap seseorang.
Kesimpulan ku: kata “jatuh” biasanya terjadi kepada sesuatu/seseorang yang kehilangan keseimbangan atau tidak punya pertahanan yang kuat. Sayang sekali kita tidak bisa mengontrol perasaan ini. Sehingga kita selalu “jatuh”.
Begitupun dengan aku, aku akan “jatuh cinta” ketika tidak punya pertahanan yang kuat. Kekasih yang aku jatuhi pun tidak punya pertahanan ini. Sebaliknya ketika kekasih ku “jatuh cinta” terhadap aku. Ia pun tidak punya pertahanan yang kuat.
Anggap saja kekasihku adalah hujan. Ketika hujan “jatuh” ia tidak punya pertahanan yang kuat. Tapi ia percaya bahwa bumi dan tanah akan menerimanya. “jatuh cinta” mengandung resiko: diterima atau tidak diterima. Kalau tidak diterima ada kemungkinan kita mengalami “luka cinta” karena kata “jatuh” resikonya adalah “luka.”
Anak kecil yang sedang belajar berjalan pun sering “jatuh” ketika merangkak, lalu berjalan. Tetapi mereka menyenanginya. Karena ketika ia tidak “jatuh” sampai kapanpun ia tidak akan belajar berjalan.
Sampai di titik ini, kesimpulan ku - bukan akhir dari segala sesuatu:
Ketika “jatuh” sudah resiko kamu akan terluka. Tetapi tanpa “jatuh” dan menjadi “luka” sampai kapanpun kamu tidak akan pernah belajar sesuatu.
Tidak ada yang lebih menyenangkan ketika kita “falling into love” atau “jatuh cinta” saya akan memilih untuk “jatuh” kepada “cinta” ketimbang “jatuh” kepada “obat-obat terlarang” atau pun “minuman keras” walaupun saya suka bir.
“jatuh cinta” yang menyebabkan “luka cinta” tidak akan membat hidupmu berakhir atau mati. Itu hanya fase hidup. Kita namakan saja fase belajar.
Setelah “jatuh” “luka” yang perlu kamu lakukan adalah belajar membalut luka itu sendiri atau dengan bantuan orang lain.
Terakhir, berani untuk “jatuh cinta” sebanyak mungkin.
Jangan terlalu percaya kata-kata saya. Percayalah kata hatimu sendiri.
Maka hari ini, percaya saja bahwa saat menangis, kecewa, perhatian, cinta dan semua warna dalam sebuah hubungan itu masih ada, maka itu adalah sebuah keberuntungan karena masih memiliki cinta.
Lalu? Jika Anda pergi karena terluka itu wajar, tapi karena cinta ini terkadang tak pakai logika maka jangan pernah berhenti untuk berharap dan tetaplah berdoa untuk cintamu.
Sekali lagi, terima kasih untuk semua cerita penuh warna. Terima kasih karena kami masih mau menjadi gelas itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar