Selasa, 30 Desember 2014

Apa Sih Natal Itu ?

 

H+5 natal, tapi sedikit tentang natal dari saya.

Saya sekarang berada di tempat yang selalu saya sebut itu surga, kecil di timur indonesia tapi selalu menjadi tempat hati diobati untuk satu alasan yaitu rindu. Ambon namanya.

Kalimat yang akan diucapkan banyak orang yang baru pertama kali datang di ambon, dan merayakan natal disini yaitu "terlalu banyak aksesoris". 
Di Ambon sudah menjadi tradisi untuk menghiasi rumah, jalanan, perumahan, gang, dan lain-lain dengan banyak aksesoris walau itu hanya lampu warna-warni dan pohon natal dari berbagai limbah rumah tangga. 
Saat anda kesini pada tanggal 30 november maka anda akan melihat banyak sekali acara natal dimana-mana, dengan berbagai nama tentunya. natal inilah natal itulah. Sampai-sampai pendeta yang melayani akan kebingungan mengurusi jadwalnya.

Di Ambon karena mayoritas kristen maka anda akan menemukan segala macam perlengkapan nata yang memang secara sengaja dipersiapkan oleh setiap rumah untuk menyambut hari natal itu. Mulai dari menghiasi pohon natal, mengecat rumah, membuat kue natal, memasang lampu warna-warni di setiap pojok rumah, membeli baju baru untuk digunakan di tiap kebaktian, minuman kaleng, dan yang paling tidak terlupakan kembang api di malam natal. Semua itu sudah menjadi sebuah keharusan untuk orang-orang di Ambon, katanya kalau tidak ada seperti itu belum natal namaya atau belum pas.

Segala persiapan yang dilakukan untuk menyambut; bayi yang mungil yang lahir begitu sederhananya.
Tema natal tahun ini yang dicanangkan oleh Gereja saya yaitu, "Rayakanlah Natal dengan Sederhana dan Ramah Tamah". 
Lalu saya berpikir tentang satu hal? apa itu makna dari kata sederhana sebenarnya. 
Dalam kamus besar bahasa indonesia arti kata sederhana adalah: "Sedang; bersahaja; tidak berlebih-lebihan; tidak terlalu rumit; tidak banyak seluk-beluknya"

Saya tidak percaya bahwa kelahiran Yesus hanya boleh diperigati sepanjang bulan Desember saja. Saya tidak percaya bahwa semua aksesoris natal nan indah dan segala kue yang lezat itu adalah sebuah hal yang menjadi kewajiban.

Mungkin bagi saya 10 tahun yang lalu saya akan berpikiran sama, bahwa semua itu adalah yang wajib ada di bulan desember.
Tapi untuk saya yang sekarang tidak. Karena bagi saya Yesus itu lahir setiap hari. Dan kalau ada yang bertanya maka saya akan menjawab bahwa saya lebih percaya kepada yang namanya persiapan.

Dan kalau berbicara tentang persiapan maka yang dibicarakan adalah hati. Yesus tak pernah menginginkan semua orang menyambutnya nanti dengan banyak kemewahan yang selalu akan ada di rumah karena Ia sendiri datang ke dunia sebagai seorang bayi yang lahir di kandang, tidak seperti anda dan saya yang lahir di rumah sakit dengan berbagai fasilitas mewah dan dokter yang selalu ada 24 jam.
Kembali lagi ke persiapan. Taukah kalian, bahwa hati yang siap itu adalah sesuatu yang lebih mewah dari segala persiapan yang pernah dilakukan. Hati memang tak kelihatan, dan terkadang yang tak kelihatan itu selalu dilupakan.

Banyak orang terlalu sibuk dengan "kewajiban di bulan desember". "Apa yang kelihatan" ketimbang "apa yang tidak kelihatan" sehingga terkadang lupa bahwa persoalan mempersiapkan kelahiran Yesus di dalam hati jauh lebih penting dari apapun.
Lagipula, Yesus yang datang itu RAJA. DIA RAJA, yang memiliki semuanya. Kasarnya dia sudah bosan menerima semua sanjungan, perlakuan baik, semua hadiah, dan lain-lain. 
Sesungguhnya jika kita betul-betul memiliki DIA dalam hati kita, kita sudah memiliki segalanya.

Sudahkah kita memaknai natal di dalam hati kita?

Selasa, 02 Desember 2014

Desember kedua, dan biarkan aku merenung

Tentang sebuah rasa yang perlahan menyusup, seolah meredakan nyanyian hati yang tak berirama. Berdiri layaknya pemimpin paduan suara, dan dia menenangkan lalu membangun sebuah symphony yang ku sebut cinta.
Cinta itu semakin hari semakin dalam, walau terkadang harus menelan yang namanya rasa pahit karena keegoisan diri sendiri, atau hal-hal yang suka terjadi pada muda-mudi yang sedang di mabuk asmara.
Cinta itu tak lagi berada di ruang tamu, dia sekarang berada di ruang makan. Tempat yang paling ku suka, suatu sudut yang ku berikan mark sendiri di rumah. Cinta itu rumah, dan rumah itu kamu.

Biar ku gambarkan kamu inci per inci. Ah terlalu banyak, dan bahkan tak bisa ku gambarkan. Jika aku melukiskan sesuatu tentang kamu, maka seperti biasa yang akan ku berikan Padamu adalah gambar langit. Biru, dan luas. Karena langit selalu indah bagiku.
Maka ku analogikan kamu sebagai gelas. Gelas yang selalu akan ku isi penuh dengan semua cerita suka dukaku, semua tawa dan sedihku. Ku tuangkan kedalam gelas sampai meluber. Ke manapun aku pergi, selalu ku bawa dan akan ku jaga. Karena pecah akan susah untuk di satukan, kalaupun bisa itupun berbekas dan memiliki tandah. Tak elok lagi untuk di tatap.

Ini gila. Kenapa?
Karena sekarang aku terperangkap dalam sebuah perasaan yang susah untuk ku jelaskan. Dan satu pertanyaan yang masih menjadi pertanyaan ku sampai sekarang " kenapa harus jatuh cinta?"
Kenapa disebut “jatuh cinta” kenapa bukan “bangun cinta” atau “bangkit cinta” 

Kembali ke kata “jatuh” pada kata “jatuh cinta” di wikipedia menulis seperti ini:

In romantic relationships, falling in love is mainly a Western concept of moving from a feeling of neutrality towards a person to one of love. The use of the term "fall" implies that the process is in some way inevitable, uncontrollable, risky, irreversible, and that it puts the lover in a state of vulnerability, in the same way the word "fall" is used in the phrase "to fall ill" or "to fall into a trap". The term is generally used to describe an (eventual) love that is strong.

Maka terjemahan bebasnya adalah: “jatuh cinta” adalah sebuah konsep yang mengubah perasaan netral seseorang kepada seseorang lainnya karena cinta. Kata “jatuh” sendiri menyiratkan sebuah proses yang tidak terelakkan, tidak dapat dikontrol, beresiko, dan ireversibel. Dalam hal ini kita bisa menempatkan kekasih kita dalam keadaan rentan. “jatuh cinta” juga sama dengan “jatuh sakit” atau “jatuh dalam perangkap”. Istilah “jatuh cinta” juga sering sekali digunakan untuk mengungkapkan perasaan yang kuat terhadap seseorang.


Kesimpulan ku: kata “jatuh” biasanya terjadi kepada sesuatu/seseorang yang kehilangan keseimbangan atau tidak punya pertahanan yang kuat. Sayang sekali kita tidak bisa mengontrol perasaan ini. Sehingga kita selalu “jatuh”.

Begitupun dengan aku, aku akan “jatuh cinta” ketika tidak punya pertahanan yang kuat. Kekasih yang aku jatuhi pun tidak punya pertahanan ini. Sebaliknya ketika kekasih ku “jatuh cinta” terhadap aku. Ia pun tidak punya pertahanan yang kuat.

Anggap saja kekasihku adalah hujan. Ketika hujan “jatuh” ia tidak punya pertahanan yang kuat. Tapi ia percaya bahwa bumi dan tanah akan menerimanya. “jatuh cinta” mengandung resiko: diterima atau tidak diterima. Kalau tidak diterima ada kemungkinan kita mengalami “luka cinta” karena kata “jatuh” resikonya adalah “luka.”

Anak kecil yang sedang  belajar berjalan pun sering “jatuh” ketika merangkak, lalu berjalan. Tetapi mereka menyenanginya. Karena ketika ia tidak “jatuh” sampai kapanpun ia tidak akan belajar berjalan.

Sampai di titik ini, kesimpulan ku - bukan akhir dari segala sesuatu:


Ketika “jatuh” sudah resiko kamu akan terluka. Tetapi tanpa “jatuh” dan menjadi “luka” sampai kapanpun kamu tidak akan pernah belajar sesuatu.

Tidak ada yang lebih menyenangkan ketika kita “falling into love” atau “jatuh cinta” saya akan memilih untuk “jatuh” kepada “cinta” ketimbang “jatuh” kepada “obat-obat terlarang” atau pun “minuman keras” walaupun saya suka bir.

“jatuh cinta” yang menyebabkan “luka cinta” tidak akan membat hidupmu berakhir atau mati. Itu hanya fase hidup. Kita namakan saja fase belajar.

Setelah “jatuh” “luka” yang perlu kamu lakukan adalah belajar membalut luka itu sendiri atau dengan bantuan orang lain.

Terakhir, berani untuk “jatuh cinta” sebanyak mungkin.

Jangan terlalu percaya kata-kata saya. Percayalah kata hatimu sendiri.

Maka hari ini, percaya saja bahwa saat menangis, kecewa, perhatian, cinta dan semua warna dalam sebuah hubungan itu masih ada, maka itu adalah sebuah keberuntungan karena masih memiliki cinta.
Lalu? Jika Anda pergi karena terluka itu wajar, tapi karena cinta ini terkadang tak pakai logika maka jangan pernah berhenti untuk berharap dan tetaplah berdoa untuk cintamu. 

Sekali lagi, terima kasih untuk semua cerita penuh warna. Terima kasih karena kami masih mau menjadi gelas itu.