Jumat, 15 Juli 2016

HYPER PARENTING? Wtf

Pernah dengar kata "hyper parenting"? Atau mungkin pernah merasakan berada di keadaan dimana memilih antara hobby/karir/pasangan dan orang tua adalah pergumulan yang paling besar?
Hahaha iya saya mengalami itu. Bahkan dari dulu.

Tulisan ini sebenarnya bukan untuk menjelekkan mereka para orang tua, anggaplah ini adalah curhatan hati seorang anak yang penurut.

Setiap anak di dunia ini punya sepasang orang tua, papa dan mama. Dua orang yang dikarenakan karena cinta dan telah menjalin hubungan yang serius lalu mengambil kesepakatan untuk bersama. Anak adalah buah cinta. Anak adalah anugerah. Anak adalah penghibur. Anak adalah pelepas penat. Anak adalah alasan. Anak adalah "alat pembalas dendam". Anak adalah "robotnya orang tua". Anak adalah "mainan orang tua".

Banyak anak yang terlahir dengan bakat yang luar biasa, dan setiap anak itu beda-beda tapi semuanya itu harus dikubur dalam-dalam kalau punya orang tua yang hyper parenting. Hyper parenting membuat ruang gerak anak menjadi berkurang, anak dibatasi dalam segala hal, dan anak adalah robot orang tua. Semua passionnya ia kubur dalam-dalam demi menjadi anak yang tidak durhaka kepada orang tua.
Yap, terlahir sebagai anak yang penurut dan susah untuk berkata tidak kepada orang lain membuat saya menjadi orang depersi hahaha. Positifnya menjadi anak penurut adalah hati orang tua akan selalu disenangkan dan menjadi bahagia dan tentu saja menjadi kebanggan. Saya merasakan semua itu.

Setiap dari kita waktu kecil selalu bercita-cita menjadi dokter, saya pun demikian. Saya pikir itu hanya lelucon anak kecil 4 tahun yang hanya bergurau tapi ternyata tidak bagi orang tua saya (papa lebih khusus). Menginjak masa SMP saya lebih suka sering menulis, apa saja saya tulis di buku. Saya suka menulis keseharian saya daripada bercerita, saya suka terbenam didalam tulisan daripada lelah harus bercerita. Saya akan bercerita hanya kepada mama saya, apa saja akan saya ceritakan kepadanya, bahkan hal kecil seperti teman di sekolah mulai suka pacaran, dll.

Lalu satu ketika saya ditanya, "kamu mau jadi apa nanti kalau sudah besar?" "Mau jadi penulis saja" jawab saya dan langsung dibalas "nanti mau makan besok lusa?" Hahaha dan akhirnya saya terjebak di "lingkaran setan" ini.

Saya punya banyak hobby yang selalu ditentang hahaha saya anaknya suka bereksplorasi, suka alam dan selalu dibuat tenang karenanya, saya suka menghilang dan menemukan hal yang baru tapi semua itu selalu ditentang keras oleh ayah saya.
Ayah saya adalah orang yang baik, hanya saja terkadang ia terlalu keras mendidik saya dan membuat saya menjadi anak yang penakut waktu kecil.

Mama saya adalah penyelamat hidup saya. Ia menyelamatkan saya dari rasa takut yang berlebihan saya, ia mendorong saya untuk berani tampil dan berbicara di depan umum, ia mendorong saya untuk mengexplore bakat saya. Apa saja mama suruh saya mencobanya, disuruh gabung di vocal group gereja, disuruh nyanyi setiap hari minggu kalau mama pimpin ibadah, baca puisi, terus menulis apa saja mama akan mendukung saya. Belakangan saya baru tau kenapa saya punya hobby menulis, Oma dan mama saya sangat senang menulis, diary mereka sampai bertahun-tahun dari zaman dulu sekali dan saya baru membacanya ketika mereka berdua tiada. :')

Dan apa rasanya saat mama pergi dan tak kembali lalu yang bisa dilakukan hanyalah menyimpan sendiri dan berbagi kepada Tuhan? Hahaha

Saya terjebak disini dengan banyak rasa yang bergemuruh di dalam hati saya.
Saya akan menjadi tiba-tiba bahagia dan akan murung tiba-tiba, dulu waktu masih belum tau saya pikir itu adalah hal yang biasa tapi setelah belajar baru saya mengerti dan mendiagnosis sakit saya sendiri. Hahaha mungkin adalah salah bagi banyak orang tua kalau anaknya sakit mental (saya juga termasuk) tapi mereka tidak pernah tau kenapa anaknya begitu karena banyak anak seperti saya yang memilih untuk menyembunyikan semuanya sendiri dan membiarkan orang tua saya bahagia, karena itu tadi saya terlahir sebagai anak yang penurut dan ditambah lagi saya terlahir di negara dengan adat turun temurunnya kalau seorang anak melawan perintah orang tua adalah anak yang durhaka. Padahal kami hanya ingin mengikuti passion kami, hanya itu.

Banyak hal saya diperhadapkan di dalam keadaan menuruti saja. Salah satunya memilih tempat kuliah, mereka memilih jurusan kuliah untuk saya dan saya mengalah, dan sekarang mereka juga yang harus memilih dimana saya harus berkuliah? Haha excuse me dad, biarkan kali ini saya yang memilih. Papa lebih suka saya menetap di Ambon dan kuliah saja disana, padahal disana jurusan yang mereka pilih untuk saya baru belum seumur jagung. Banyak drama yang terjadi, banyak universitas yang saya pilih mereka tolak dan hanya di Jakarta pilihan terakhir dan saya kembali pasrah. Bukannya saya tidak suka berada didekat keluarga saya hanya saja saya memilih untuk keluar dengan alasan saya mau bernafas sedikit lebih lega walau saya tau Jakarta akan sama saja seperti di Ambon karena papa akan bolak-balik tugas disini, saya suka papa sering menjenguk saya hanya saja terkadang saya risih ruang gerak saya menjadi sedikit tidak bebas. Saya mau mandiri, saya tidak boleh terus-terusan dirumah dan berteriak saja semuanya ada - dan ini alasan yang paling sangat diterima.

Sekali lagi, saya adalah pemain topeng yang handal. Saya selalu berhasil menutupi semuanya yang saya rasakan kepada semua orang kecuali satu, mama.
Saya mahasiswi tingkat akhir yang sedang sibuk belajar untuk menyelesaikan selangkah lagi menuju sarjana dan saya merasa lebih parah setiap harinya, saya lebih betah di kamar berjam-jam hanya ditempat tidur, mencintai kasur lebih dari makanan, mencintai sepi dan akan berlari ke keramaian saat rasa yang bergemuruh di dada, saya mencintai tenang hanya saya sendiri dan pikiran saya, saya senang menghilang dan akan kembali saat merasa sudah enakan, saya banyak keluar rumah daripada dirumah karena banyak sekali alasan bukan karena rumah saya tidak enak sebenarnya hanya ada sesuatu di dalam diri saya yang tidak pernah akan berhasil saya jelaskan.

Dua minggu terakhir saya menjadi anak yang pemurung, tertawa seadanya dan sewajarnya dan saya akan tertawa lepas saat saya bersama dengan teman dekat saya saat ini, kenapa? Karena saya selalu berhasil bercerita apapun kepada dia sama seperti saya bercerita kepada mama. Tanpa ada rasa takut dan intimidasi, saya akan menjadi anak kecil saat saya bercerita semuanya yang saya rasakan, saya akan menangis sampai saya lega.
Saya suka menghilang sendiri, membiarkan kaki saya membawa saya pergi kemana saja saya ingin pergi, pergi dan menenangkan diri, mencoba menghilang dari kenyataan bahwa saya sudah sejauh ini dan sebenarnya susah untuk kembali lagi dan memulai kembali dari awal, maka jawabannya adalah selesaikan.

Anak-anak seperti saya ini bukan anak yang tidak berhasil nanti karena hobby kita, yang kita perlukan hanya dukungan moral, doa restu dan keikhlasan para orang tua untuk kita. Kalau banyak orang diluar sana yang sukses karena hobby mereka, karena mimpi mereka kenapa kalian harus padamkan mimpi kami, dengan alasan konyol kalian mau jadi apa nanti? Percayalah garis hidup manusia sudah Tuhan tentukan, ga ada manusia di dunia ini yang ga akan gagal dan karena kegagalan itu banyak hal yang terjadi dan kita nikmatin sekarang.

Rasanya sudah terlalu jauh saya berjalan dan meletakan mimpi saya di sana.

Untuk papa, maaf saya belum bisa jadi yang terbaik. Percayalah saya akan membanggakanmu. Sehat-sehat terus ya pap.